All Chapters of Jatuh Miskin Karena Selingkuh: Chapter 21 - Chapter 30
40 Chapters
Rekaman CCTV
Dalam hitungan detik, mereka memborgol tanganku. Rey mengikuti kemana polisi membawaku pergi, ia tampak mengkhawatirkanku.*Ruangan ini sempit dan gelap, aku dibiarkan duduk seorang diri dengan segelas kopi di atas meja. Entah mengapa, lama sekali menunggu mereka datang. Aku ingin segera diinterogasi, tak tahan terlalu lama di ruangan pengap ini.Teringat nasihat Rey sore tadi, saat kami berhadapan dengan jarak yang sangat dekat— sebelum dia menunjukkan letak salad buah dari Mama Mira.“Berita sudah tersebar kemana-mana, mungkin sekarang polisi tengah datang kemari untuk menangkapmu,” ucapnya seraya menggenggam kedua tanganku. Jujur, aku terbawa perasaan saat Rey melakukannya.“A—apa yang harus kulakukan jika mereka datang?” tanyaku, gugup akibat tingkah Rey yang tak biasa.“Atur napas, dan tetap tenang. Ketika tim penyidik mengiterogasimu, mereka biasanya punya banyak pertanyaan menjebak, yang akan
Read more
Siap-Siap Ditangkap Lagi
“Sa—saya ….”Kenapa sulit sekali menghadapi mereka. Aku mati gaya dan salah tingkah untuk beberapa saat. Bagaimana caranya menjelaskan, agar mereka percaya padaku? Dari tadi pun, mereka tak mau mempercayai setiap jawabanku. “Nona, Anda lihat sendiri bukti rekaman CCTV ini. Kau memakai jam tangan ini pada pagi hari. Menjelang siang, korban datang ke kantor Anda. Dan pada malam harinya, korban tewas ditusuk. Jam tangan Anda ditemukan di lokasi kejadian. Benar begitu urutan kejadiannya?” Juna tak henti bertanya.Danis mengembalikan laptopnya ke posisi semula, ia bersiap untuk mengetik jawabanku.“Saya tak ingat memakai jam tangan pada hari itu. Tapi baiklah, karena rekaman CCTV memperlihatkan saya memakainya. Benar pagi itu saya bersama supir, sarapan di kedai Morning. Lalu menjelang siang Renata datang ke kantor. Setelah dia pulang, kami tak berhubungan lagi. Saya langsung pulang ke rumah setelah pulang dari
Read more
Tersangka Baru!
“Aku yakin telah menjawab dengan tepat, Rey. Tapi mereka tak akan percaya jawabanku. Mereka punya rekaman CCTV yang membuktikan aku memakai jam tangan itu di hari kejadian, sementara sebelumnya aku menjawab tak pernah memakai jam tangan itu lagi. Ditambah, Mama Mira memberikan keterangan palsu yang.” Moodku kembali ciut jika tering memberatkanku at hal itu.“Mama Mira—?” Rey menghentikan bicaranya, dan terlihat bingung beberapa saat. Sepertinya, dia salah bicara, memanggil ‘Mama’ kepada Mama Mira, seharusnya ia panggil ‘Nyonya’.“Eum, maaf. Aku jadi ikut-ikutan manggil ‘Mama’. Menurutku, penyidik itu hanya berbohong saat menceritakan keterangan dari Nyonya Mira. Itu salah satu trik untuk menyudutkanmu, agar kau mau mengaku.”“Dari awal hingga akhir penyelidikan, aku tetap dengan jawabanku, bahwa aku berada di rumah ini pada malam kejadian. Meski mereka memaksaku untu
Read more
Buku Diary Renata
Mereka lekat menatapku. Aku ingin tahu bagaimana respon Juna dan Helen setelah kuceritakan tentang kesaksian Lexa pada malam kejadian. “Semua bukti mengarah kepada Anda, Nona,” ucap Juna seraya menyondongkan badan ke arahku, tangannya terlipat di atas meja, tatapannya begitu sinis. “Oh ya? Kalian hanya punya rekaman CCTV dari kedai Morning, yang hanya memperlihatkanku tengah memakai jam tangan itu. Tapi, apakah kalian punya rekaman CCTV yang memperlihatkanku tengah menusuk Renata, hah?” Aku menantang mereka. Juna tertawa kecil, ia seolah menganggapku bodoh. “Anda dikenai pasal pembunuhan berencana, Nona. Sebelum membunuh, Anda telah merusak semua kamera CCTV di kamar 305. Iya, kan?” Ia menyeringai. Napasku memburu, sungguh membuatku emosi! Aku merasa dipermainkan. Jika kulihat dari ekspresi mereka, sebenarnya mereka pun tahu aku tak bersalah. &
Read more
Anak Kecil Yang Diasuh Mama
“Itu barang bukti, Nona. Kami tak bisa menyerahkannya—” ucap Helen.“Sstt ….” Potong Mas Kun. “Istriku akan membawa diary itu!” Juna dan Helen berpandangan. Mereka tampak menimbang perintah Mas Kun. Tiba-tiba, Danis—penyidik yang kemarin mencatat setiap jawabanku ketika diinterogasi—masuk. Ia mengatakan bahwa aku boleh membawa diary ini.“Tidak ada yang tahu perihal diary itu kecuali kita yang ada di sini,” kata Danis. “Bukti yang sudah terekspos hanya jam tangan.”“Atasan kita? Pasti dia sudah tahu, kan?” tanya Helen ragu. Sementara Juna hanya diam saja.“Tidak! Diary itu, aku yang menemukan. Dan langsung kusimpan dalam tas, tak masuk laporan penemuan barang bukti,” jawab Danis.Juna mengernyitkan dahui. “Kenapa kau tak melaporkannya?” “Entahlah, aku merasa tak perlu. Lagipula, korban meninggal ka
Read more
Ancaman, Ancaman, Ancaman!
“Ada hubungan apa sebenarnya kau dengan Mama Mira?” tanyaku, penasaran karena jawaban Rey kontras dengan pernyataan Mama Mira kemarin. Mama bilang, Rey bukan anak itu.Rey tak menjawab, perhatiannya sibuk pada buku diary Renata. Ia tampak mengernyitkan dahi saat membaca kode angka di sana, mungkin karena tak mengerti. Aku yang masih penasaran dengan hubungan Rey dan Mama Mira, merasa tak enak untuk tetap bertanya. Rey begitu serius memecahkan kode angka itu.“Ini bukan kata sandi yang umum. Sepertinya hanya Renata yang tahu artinya,” gumamnya sambil mengetuk-ngetuk telunjuknya ke diary.“Aku pernah menulis diary dengan kode-kode angka, Rey. Misalnya, angka satu sebagai huruf A, angka dua sebagai huruf B,” kataku.Rey menyerahkan diary itu padaku. “Coba artikan,” titahnya, seolah ikut penasaran.“Di sini tertulis angka (12)(21)(24) -61(19)89(15)(14)-(19)(20)(15)(18)5, itu artinya Lux Fashion Stor
Read more
The Blue Lover
Lexa memasang muka cemas, ia memang seperti itu, mudah terusik jika ada hal mengganggu. Aku meyakinkannya untuk percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja.“Apa yang seharusnya kita lakukan, Nona?” Maura ikut bertanya. “Kemarin, salah satu anak buahku menemukan kiriman bangkai ayam di depan gedung ini, saat ia datang di pagi hari.”“Bangkai ayam lagi? Oh, Willy …. Jika kau memang serius ingin menghabisiku, cepatlah datang menghadapku! Jangan hanya beraninya mengirim teror terus-menerus!” Aku menggeram dalam hati.Berusaha bersikap tenang di hadapan mereka, aku memasang senyum palsu. “Oke, aku harap kalian tak terpancing ancaman itu. Ayo, kembali bekerja,” kataku.“Nona, apa kau tidak terganggu dengan ancaman itu? Jika ada sesuatu, atau kau butuh bantuan, bicaralah,” cetus Irene. Ia dan yang lainnya tampak mengkhawatirkanku.“Tahun depan, Lux Fashion Store diprediksi akan menja
Read more
Flashback Kejadian
“Persetan dengan Lux Fashion Store! Aku ke sini untuk mengantar istriku tercinta. Bukan untuk mendengarkan ceritamu,” ucap Mas Kun setengah membentak. Madame sontak terdiam, ia pasti terkejut menerima respon Mas Kun. Aku tertawa puas dalam hati. Salahnya sendiri, terus-menerus menyinggung orang yang telah mati! Mas Kun paling tak suka hal itu.“It’s okay, Honey. Aku malah tertarik dengan ceritanya,” ucapku pada Mas Kun, sambil mengusap punggung tangannya. Kemudian, pandanganku beralih ke Madame, kupasang muka serius. “Madame, can you tell me more about Lux Fashion Store, please?” Seperti biasa, jika sedang malu, ia menyelipkan rambut ke belakang telinga. Kemudian mendelik sinis selama sepersekian detik, lalu tertawa akrab dengan menutupi mulut menggunakan telapak tangannya. “I think, it’s enough. Kau bisa datang sendiri ke sana untuk melihat-lihat, bukan? Atau … kau tak berani karena minder
Read more
Isi Diary Sugar Baby
[Semua teman-temanku melakukannya, aku tak sendiri. Mencari om-om tajir yang mau membiayai hidupku.]Begitulah isi diary Renata di halaman pertama, paragraf pertama. Tertera titimangsa 11 November 2019 di atas tulisan itu. Berarti, Renata lah yang lebih dulu bertemu dengan Mas Kun.[Audisi pemilihan Brand Ambassador SwimSwim membawaku pada Mas Kun. Ia tertarik saat melihatku berpose di depan kamera dengan mengenakan bikini. Saat kamera memotret punggungku, Mas Kun menghampiri dan ia menciumi tahi lalat di punggungku. Aku tak nyaman. Kupikir, kenapa seseorang sangat berani menyentuhku tanpa izin!]Itu adalah paragraf kedua. Menceritakan bagaimana awal pertemuan mereka. Aku berdiri dan mendekati pagar balkon, kemudian duduk di lantai sambil menyandarkan punggungku ke pagar. Mataku tetap fokus membaca tulisan Renata, yang waktu itu ia berumur delapan belas tahun. Kuperkirakan, ia masih kelas tiga SMA.[Hari berikutnya, Mas Kun datang ke apartemenku—aku
Read more
Sinar XY
Segera kulesatkan mobil menuju Lux Fashion Store. Waktunya berhenti bermain-main, dan mulai bertarung! Willy … dia tidak tahu siapa aku sebenarnya!“Kay, tolong urus persuratan untuk legalitas perusahaan, yaitu akta pendirian, surat perijinan, dan surat kontrak perjanjian. Lakukan mulai hari ini, oke?” Aku menyempatkan menelepon Kay sambil mengemudi.“Oke, Nona—”Telepon langsung kututup. Sudah tiba di halaman parkir Lux Fashion Store. Bangunannya begitu megah dengan gaya arsitektur yang unik, tak heran orang menggembar-gemborkan toko ini akan menggeser posisi Butik Madame. Dan ya, lukisan Renata dengan berbagai pose dalam nuansa warna-warna ‘menantang’ begitu jelas terpampang di seluruh dinding, menambah kesan glamor dan ‘berani’ toko ini sebagai pegiat bisnis baru yang siap bersaing.“Kau sudah di dalam?” tanyaku pada Madame lewat telepon.“Yes, semuanya sesuai rencana
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status