All Chapters of The Bastard Boss: Chapter 11 - Chapter 16
16 Chapters
11. Haruskah Berhenti?
"Tolo--!" teriak Renata terpotong karena bekapan tangan kekar Alghara.Renata hanya bisa berpikir untuk berteriak berharap orang yang melihatnya, datang untuk menolong. Tapi semua sia-sia, tangan Alghara dengan satu gerakan mampu membungkam mulut Renata."Ikuti aku!" bisik Alghara dengan sarkasme tepat di kuping Renata.Alghara membuka pintu mobilnya dengan cepat, dia setengah mendorong tubuh ramping Renata."Pak turunkan saya, Pak!"Renata sudah kehabisan akal untuk menghindari Alghara yang telah menyalakan mobil, Alghara tidak memperdulikan kata-kata Renata, dengan tergesa dia melajukan mobilnya. Vroom ... Vroom ...Alghara terus mengemudikan mobilnya, menyalip keramaian di jalanan kota. Dia sudah tidak memperdulikan lagi teriak kasar dari orang-orang yang meneriakinya. Dalam benaknya sekarang hanya ada keinginan untuk membawa Renata ke tempat yang menjadi favoritnya.Alghara membelokkan mobilnya ke suatu tempat yang in
Read more
12. Penghapus Lara (Warning rate 18+)
"Pak Al! Bapak gak apa-apa? Kalau bapak sakit, saya antar ke dokter, mumpung masih di rumah sakit," ucap Renata seraya berdiri, bersiap untuk mengantar Alghara.Alghara sesaat membenturkan kepalanya sendiri ke tembok, seakan sakit tidak dia pedulikan lagi.Renata tidak mengerti dengan sikap Alghara, tampak seperti orang yang tengah frustasi. Dia segera mendekati Alghara yang semakin rapuh, pikirnya memberi kekuatan mungkin bisa sedikit mengurangi kecemasan yang dirasakan Alghara."Ada yang bisa saya bantu, pak?"Greep ...Alghara memeluk Renata dalam cemas, tak terasa satu demi satu bulir-bulir bening membasahi bahu Renata.Renata hanya bisa terdiam, tak mengerti harus berbuat seperti apa? Alghara yang garang berubah menjadi seorang yang rapuh."Maafkan aku, Re...," ucap Alghara dalam lirih."Aku sudah maafin bapak, it's ok." Renata menepuk-nepuk punggung Alghara yang masih dalam pelukannya.Nyaman yang Alghara rasakan p
Read more
13. Many Change
"Ini rumah kamu, Re?" Alghara memarkirkan mobilnya di depan rumah sederhana namun memiliki taman kecil yang tertata rapih, pot-pot kecil menghiasi garis pembatas teras rumah."Masuk dulu, Pak?" "Bolehkah?" tanya Alghara berbasa-basi, namun tak ada niat jahat dibenaknya."Kalau bapak berkenan, silahkan...," ujar Renata, kakinya melangkah menuju pintu dengan aksen kayu berwarna coklat.Alghara mengekor, mengikuti Renata dari belakang. Dia hanya berpikir selama dia hidup, dia selalu diberikan fasilitas super fantastis. Namun hatinya terasa kosong dan tak pernah merasa puas. Tapi lihatlah gadis yang tengah berjalan di hadapannya ini, dengan santai memasuki ruangan yang mungkin hanya seluas dapur rumahnya dengan penuh kebahagiaan.Ceklek ...Renata membuka kunci pintu, terlihat kursi-kursi berwarna krem. "Duduk Pak. Bapak mau kopi atau teh?" tawar Renata."Espresso saja," ucap Alghara menyandarkan punggungnya di kursi de
Read more
14. Bastard On You
Meskipun, dalam keadaan kesal Renata pergi menuju meja kerjanya dengan wajah tersenyum ketika bertemu sahabatnya Alin. Renata tidak mau rasa sedih yang tengah dia rasakan ketahuan oleh Alin."Hai, cantik. Udah lihat meja kerja kamu belum?" Alin menggandeng Renata."Emang kenapa dengan meja kerjaku?""Lah, si Empunya cerita juga gak tahu, ya...," tukas Alin tidak percaya.Renata hanya menggelengkan kepalanya. Hari ini benar-benar membuat hatinya ingin meledak."Kalau kamu belum tahu, aku tutup mata kamu, ya." Dengan gerakan cepat, Alin menutup kedua mata Renata dengan jari-jarinya.Beberapa saat melangkah, akhirnya mereka sampai di kubikel Renata."Taaaraaaa, lihat Renata...," ucap Alin.Buket-buket bunga Orchid tertata rapih di meja kerja Renata. Sesaat terpaku seakan terhipnotis dengan pandangan yang menyejukkan mata."Ini punya siapa?" tanya Renata."Kalau di meja kerja kamu, berarti punya kamu, Re." Alin menghi
Read more
15. Never Mind
"Sudah, Mbak Re. Biar kita saja yang bereskan," ucap Rio, seorang OB gaul. Wajahnya tampan namun sayang karena masih terlalu muda, dia training di bagian OB. Ya, semoga takdir memihak padanya."Gak apa-apa, Rio. Mbak juga dah biasa ngerjain kayak gini." Tangan Renata sibuk mengelap meja yang akan dipakai meeting."Emang, Pak Bos, gak marah kalau lihat, Mbak, lap meja?""Gak, lah. Yang penting uang kita ngalir. Bener, gak?" tanya Renata yang berhasil membuat Rio terkikik.Tak ada pilihan untuk Renata pada saat ini. Selain mengerjakan apa yang diperintahkan oleh atasannya dengan senang hati."Untuk minumannya apa yang harus saya siapkan, Mbak Re?""Seperti biasa saja, Rio. Mereka bukan orang yang menuntut lebih kok...," ujar Renata yang masih sibuk mempersiapkan alat-alat untuk meeting."Kalau gitu saya cek dulu di pantry, ya, Mbak...," sela Rio.Belum Renata menjawab, tiba-tiba datang Demitrio dari belakang."Rio! Kamu ke
Read more
16. Look like!
Dengan berat hati Renata membereskan meja kerjanya. Dalam hatinya terus mengutuk semua perbuatan bos-nya ini. "Ih, kenapa aku harus terjebak dengan manusia minus rasa seperti ini. Aku tidak ingin berada di sini. Tapi keadaan memaksaku untuk selalu mengikutinya. Ahhhh, menyebalkan!" teriak Renata seraya menghapus air matanya dengan kasar.Grep! Satu tangan telah berada di atas lengan Renata mencengkramnya dengan kasar. "Siapa yang menyebalkan, Renata Prameswari?" Mata Renata perlahan menoleh sesaat pada sumber suara. "Ahh, kenapa anda di sini?" tanya Renata seraya menggerakkan lengannya supaya terbebas dari tangan besar sang pria."Ini kantorku, Renata. Apa kamu sudah tidak ingat?Hah!" bentakan seraya melepaskan lengan Renata.Renata mendekati, "Saya tahu ini kantor anda! Dan saya bukan karyawan anda lagi! Dasar the demit!" teriak Renata.Mendengar ejekan Renata, amarah Demitrio semakin menjadi. Dengan cepat dia mendorong Renata p
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status