Semua Bab Hot Mother: Bab 101 - Bab 110
140 Bab
101. Sebuah Keputusan
Sudah beberapa hari semenjak kejadian itu, Sofia dan Nicholas tidak pernah lagi bertemu. Hanya terjadi komunikasi singkat di antara keduanya.Pikiran mereka berdua terlalu sibuk memikirkan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Tak hanya itu, pekerjaan Nicholas juga bertambah dua kali lipat akhir-akhir ini sehingga dia sama sekali tidak memiliki waktu untuk sekadar bersantai.Sementara Sofia, wanita itu sibuk dengan pertanyaan-pertanyaan yang selalu membayangi benaknya.Apakah semua ini salah?Sofia duduk terdiam di ruang kerjanya. Beberapa hari ini dia lebih banyak menghabiskan banyak waktu di kafe. Bahkan El juga ikut begitu. Mereka berdua pulang larut malam.Sebenarnya Sofia sama sekali tidak berniat membuat anaknya sendiri ke lelah. Namun, apa yang dapat dia lakukan lagi selain bekerja dan terus bekerja?Duduk berdiam diri di rumah, membuat kepalanya terus saja mengingat perkataan orang-orang yang terasa begitu menyakitkan.“Ap
Baca selengkapnya
102. Perpisahan yang Sesungguhnya
Nicholas tercengang, tidak percaya dengan kata-kata yang baru saja keluar dari bibir Sofia. Untuk menutupi rasa tidak percaya itu Nicholas sampai tertawa cukup keras.“Sayang, hentikan omong kosongmu. Aku rasa kau belum sepenuhnya sadar dari mimpimu.”Bukan tanpa sebab Nicholas mengatakan semua itu. Menurutnya, apa yang dikatakan Sofia tidak lebih hanya sekadar racauan wanita itu.“Nic!” panggil Sofia lagi. “Aku tidak sedang bercanda. Apa yang aku katakan tadi itu sungguh-sungguh.”Tawa Nicholas mendadak berhenti. Pria itu menatap Sofia dengan penuh tanda tanya. Tiba-tiba saja jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya.“Ayo kita pulang!” ajak Nicholas. Pria itu masih mampu tersenyum kecil. “Aku rasa kau sedikit mabuk.”“Aku tidak mabuk, Nic. Aku memang ingin mengakhiri semua ini!” tegas Sofia, mengulangi perkataan yang dia ucapkan beberapa menit yang lalu.D
Baca selengkapnya
103. Apakah Ini Nyata?
Embusan angin malam yang terasa dingin tak membuat Arnold menyurutkan niatnya. Seorang pria putus asa, yang menghabiskan malam dengan berkeliling menggunakan mobil, dan selalu berakhir di taman kota seperti saat ini.Arnold melirik ke arah jam tangan di pergelangan tangan kirinya. Belum terlalu malam, tetapi suasana di taman sudah terlihat begitu sepi. Jauh dari suasana biasanya.Pria berdarah Belanda itu berjalan pelan, menyusuri taman dengan jaket tebal. Akhir-akhir ini, waktu memang sudah memasuki musim hujan, dan angin juga berembus cukup kencang.Pria itu menghela napas berat. Usahanya masih tetap sama saja. Sia-sia! Tidak ada petunjuk apa pun tentang keberadaan Sofia.Sudah beberapa kali dia datang ke kafe, tempat di mana pernah melihat Sofia, tetapi Arnold sama sekali tidak mendapatkan informasi apa pun. Nihil!“Apa semuanya sudah benar-benar berakhir, Fia?” Arnold menghentikan langkah kakinya. Kemudian pria itu duduk di kursi ta
Baca selengkapnya
104. Kau Milikku!
“Sofia!”Sofia menengadahkan kepalanya. Wanita itu terlihat begitu bingung, ketika melihat seorang pria berdiri tegap di hadapannya.“So-sofia!” panggil pria itu lagi dengan mata terbelalak. Wajahnya terlihat sangat terkejut, seperti seseorang yang mendapati sesuatu yang selama ini dia cari.Sofia cepat-cepat menghapus jejak-jejak air mata di pipinya. Wanita itu terlihat bingung, ketika pria itu memanggil namanya. Terlebih lagi, pria itu terlihat seperti mengenali dirinya.“Maaf, mungkin Anda salah orang. Saya tidak mengenal Anda.” Sofia berdiri kemudian meraih tas yang dia letakkan di atas kursi, dan berniat pergi dari tempat ini.Dia hanya merasa bahwa mereka sama-sama tidak saling mengenal, atau mungkin saja pria itu salah mengenali orang.Di dunia ini bukan hanya dia saja yang memiliki nama, Sofia.“Tunggu dulu!” Pria itu menyentuh tangan Sofia, berusaha mencegah Sofia agar tidak per
Baca selengkapnya
105. Harga Sebuah Kesalahan
Tidak ada yang tahu bagaimana takdir kehidupan manusia ke depannya. Meskipun sekeras apa usaha yang sudah mereka lakukan, tetapi jika sang pemilik takdir belum berkehendak, maka semua usaha itu akan tetap terasa sia-sia.Sama seperti hal yang dialami oleh Arnold. Ketika hatinya mulai putus asa, ketika logikanya mulai meminta dirinya untuk berhenti mencari keberadaan Sofia, tetapi hal terduga justru terjadi begitu saja.Pertemuan yang sama sekali tidak pernah Arnold bayangkan. Tempat, dan bahkan momen yang sama sekali tidak pernah terlintas dalam benak pikiran pria Belanda itu. Dia sama sekali tidak pernah menduga, akan bertemu Sofia dalam kondisi seperti ini.“Lepaskan aku! Kita tidak saling mengenal, jadi jangan memaksaku seperti ini, atau aku akan melaporkanmu kepada polisi!” teriak Sofia yang langsung membuat langkah kaki Arnold terhenti. Tidak hanya itu, Sofia juga menghempaskan tangan besar Arnold yang mencengkeramnya sejak tadi. Tangan besar ya
Baca selengkapnya
106. Perasaan Berbeda
Arnold hanya diam seraya membiarkan Sofia duduk, dengan tangisan yang belum saja terhenti sejak tadi. Tangan pria itu terasa kaku, walau hanya untuk membantu Sofia untuk mengusap air matanya.‘Apa kau sangat menderita selama ini, Sofia?’ tanya Arnold pada hatinya sendiri. ‘Apa seorang bajingan sepertiku pantas mendapatkan maaf darimu?’Batin pria itu terus bergelut. Melihat Sofia yang menangis di depannya, membuat perasaan bersalah dalam dirinya kian besar.Sampai di mana Sofia terdiam setelah cukup lama terisak. Ruangan yang dingin itu terasa semakin dingin. Tidak ada suara yang terdengar sama sekali. Hanya denting jam beberapa saat lalu, yang terdengar dan berhasil membuat Sofia tersadar.“Maafkan aku.” Hanya dua kata itu saja, yang masih mampu keluar dari bibir Arnold, yang sedang menatap Sofia dengan tatapan berbeda-beda.Rasanya dia terlalu malu, untuk banyak berbicara kepada Sofia. Bahkan dia sudah merasa m
Baca selengkapnya
107. Yang Sebenarnya
Jakarta, 26 Maret 2013 Arnold menatap wajah wanita yang terlelap dalam pelukannya. Setelah menghabiskan malam yang panjang, pria itu tidak dapat tertidur sama sekali.Bibir tipisnya melengkung, menciptakan sebuah senyuman yang terlihat begitu manis. Di kegelapan kamar, dia terus menatap paras cantik gadis muda yang terlihat begitu menawan.“Kenapa aku seperti ini?” Pria berdarah Belanda itu tertawa kecil. Tangan besarnya terulur, menyibakkan beberapa anak rambut yang menutupi wajah Sofia.Rambut hitam berwarna panjang, serta aroma manis yang menguar dari rambut itu, membuat Arnold benar-benar merasa melayang. Sungguh, dia tidak bisa melupakan kejadian yang baru saja terjadi.“Kau milikku. Aku janji akan menjadikanmu milikku.” Arnold terus saja berbicara, seraya menatap wajah gadis yang baru saja dia tiduri.Seorang gadis muda yang terlihat begitu polos. Seorang gadis muda, yang membuat Arnold merasakan g
Baca selengkapnya
108. Kehidupan Arnold
Schiphol Airport, Amsterdam, Belanda.Suasana bandara terlihat cukup ramai di jam-jam seperti ini. Banyak orang yang berlalu-lalang sembari menyeret koper di tangan mereka.Setelah mengudara selama kurang lebih lima belas jam, Arnold kembali menginjakkan kaki di tanah kelahirannya, setelah beberapa tahun tidak kemari. Pria yang kini sedang menarik koper itu, terlihat berjalan dengan tergesa-gesa.Manik abu di balik kacamata hitam miliknya, melihat ke sana-sini, mencari seseorang yang akan menjemput mereka.Di samping Arnold, berjalan seorang pemuda yang terlihat sangat lelah. Tidak hanya itu, mata pemuda itu jelas menampakkan rasa kantuk yang tidak tertahan lagi.“Kak, bisa pelankan langkahmu?” tanya Dareen dengan suara lesu.Dareen merasa kurang nyaman tidur di pesawat. Tidak hanya itu, dia juga merasa kurang puas jika tidak tidur di atas ranjang empuk. Maka dari itu, dia tampak sangat kelelahan karena kekurangan jam tidur.
Baca selengkapnya
109. Perasaan Aneh
Setelah satu bulan lebih berada Di Belanda, kini Arnold kembali lagi ke tanah air. Tidak hanya sendiri, kali ini mereka pulang berempat. Selain itu, dalam kepulangannya kali ini Arnold tidak lagi memakai penerbangan komersial. Kakeknya memaksa mereka untuk pulang menggunakan pesawat pribadi milik keluarga Danique. Dengan berbagai alasan yang menurut Arnold sangat berlebihan. Beberapa kali Arnold sempat menolak permintaan sang kakek. Pria itu sama sekali tidak suka diperlakukan seperti ini. Dia lebih suka bepergian sama seperti orang pada umumnya. Namun, kakeknya iri terus saja bersikukuh. Sikap keras kepala pria paru baya itu sama sekali tidak ada yang mampu menandingi. . . “Opa, aku akan pulang dengan penerbangan biasa saja. Jika mau, Opa bisa meminta yang lain saja untuk menggunakan pesawat pribadimu itu!” Arnold kembali teringat percakapannya dengan sang kakek sebelum kembali. “No. Semua aset yang aku miliki
Baca selengkapnya
110. Dia Sahabatku
Sofia terdiam. Wanita itu tidak mampu mengucap sepatah kata setelah mendengar penjelasan Arnold. Bahkan, dia mendengarkan semua cerita Arnold dengan saksama, tanpa berniat memotong ataupun bertanya.“Aku selalu mencarimu selama lima tahun ini, Sofia.” Arnold menatap manik cokelat Sofia dengan tatapan sendu.Pria itu sudah menceritakan segalanya. Dia sama sekali tidak berniat meninggalkan Sofia begitu saja. Tidak pernah sama sekali.Sofia bergeming. Wanita itu masih belum mampu memikirkan segalanya. Dia terlalu bingung dengan situasi yang sedang terjadi. Wanita itu bertanya-tanya pada hatinya sendiri, mengapa dia mau mendengarkan penjelasan pria itu?“Semua usaha sudah aku lakukan. Aku mencarimu ke mana-mana, tapi aku tidak pernah mendapatkan satu petunjuk pun.” Arnold menyentuh rambut pendek Sofia. Pria itu masih coba meyakinkan Sofia, bahwa dia sama sekali tidak pernah meninggalkan wanita itu, dengan sengaja.Tatapan pria i
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status