Semua Bab Kita yang Menjadi Kita: Bab 41 - Bab 50
115 Bab
Itu Disebut Cinta
 Ben mengusap wajah dengan lelah, di sebelahnya ada Jeffrey yang tampak lesu. Ini sudah dini hari, tapi tidak ada tanda-tanda Luke akan siuman. Mereka khawatir, meski Luke adalah pria yang kuat, tapi pria itu bahkan sempat hampir kehilangan detak jantungnya. Walaupun dokter mengatakan kondisi Luke telah stabil, mereka masih khawatir.Seharusnya mereka bersama dengan Bella dan Riana. Tapi dua perempuan itu pulang ke apartemen Ben di bawah penjagaan James. Mereka sempat menolak, namun kemudian menjadi penurut saat melihat kefrustasian Ben dan Jeffrey."Aku khawatir. Kenapa si berengsek itu belum juga bangun?" Jeffrey mulai menggerutu, merasa sedikit frustasi karena kesabarannya belum juga membuahkan hasil yang baik."Bersabarlah sedikit lagi. Ia baru saja melewati masa kritis." Jeffrey merasakan bahunya ditepuk-tepuk dengan ringan setelah perkataan itu menyahutnya. Itu Ben."Tapi tidakkah kamu pikir ini terlalu memakan waktu?" Jeffrey menuntut.
Baca selengkapnya
Kedamaian Sejenak
 Sinar mentari telah menyapa bumi, menarik insan-insan yang masih bergelung dalam nyamannya pelukan mimpi. Tapi pria itu selalu siaga, mengartikan sinar mentari yang masuk melalui celah gorden adalah sebuah bel memulai pertarungan. Mata gelap segelap malamnya terbuka dengan perlahan dan setelah menemukan cahaya, ia sadar ia masih terbaring di bangsal rumah sakit. Luke menggeram sesudahnya, merasa ia begitu lemah setelah kembali tertidur di ruang rawat."Oh? Luke telah bangun." Ia mendengar suara seseorang di dekatnya, bukan suara yang asing karena ia sudah sangat mengenalnya. Itu Jeffrey, suara seseorang yang ia yakin telah menjalankan tugas dengan baik selama ia tidak sadarkan diri. Luke sungguh benci saat mengingat ia sempat hampir kehilangan nyawanya karena bajingan gila itu."Yah …, aku bangun lagi.” Luke menghela napas lalu tersenyum lucu sesudahnya.“Bagaimana perasaanmu? Lebih baik?” Seseorang itu mendekati r
Baca selengkapnya
Memecahkan Kerinduan
 "Sialan, Armstrong!" Jeffrey mengumpat sesaat setelah Luke melemparinya dengan pakaian rumah sakit yang tadi dipakainya."Urus semuanya, aku akan menemui Rena." Luke benar-benar akan mendapatkan sumpah serapah hati Jeffrey yang luar biasa kesal saat ia malah merapikan pakaian yang dikenakannya."Aku tahu kamu ingin menemuinya dan aku tahu aku adalah tangan kananmu. Tapi aku tidak menikmati uangmu sebagai seorang pembantu." Jeffrey menggeram, suaranya terdengar mengeras dan matanya menatap tajam."Ya, memang. Tapi aku ingin bertanya sesuatu ..." Luke mendekati Jeffrey dan meletakkan bibirnya sangat dekat dengan cuping telinga Jeffrey, membuat kerutan tidak suka makin memenuhi wajah tampan itu."Apa kamu pernah berpikir untuk menunda saat gairah memintamu untuk menderitkan ranjang? Saat rasa panas mulai berkumpul di satu titik dan meminta desahan dan pencapaian? Juga di saat imajinasimu mempertontonkan ingatan tentang teriakan tidak berdaya sa
Baca selengkapnya
Teror
 "Tidurlah." Luke berbicara lembut saat mata Rena terlihat telah redup. Ia tahu Rena lelah. Ia masih belum pulih dan ia tengah mengandung, terlebih mereka baru saja melakukannya. Luke bisa mengerti kalau Rena merasa lelah."Ya. Tapi jangan tinggalkan aku." Rena berujar lirih dengan suara yang serak, matanya perlahan tertutup dan tidur lelap benar-benar menjemputnya. Tidur yang tiba-tiba nyenyak seakan mengganti seluruh lelahnya.Luke sedikit tersenyum. Entah apa yang membuatnya ingin tersenyum, tapi ia tiba-tiba saja tersenyum. Ia merebahkan tubuh perlahan di samping Rena, menatap langit-langit ruangan yang mewah. Ia tidak mengantuk karena telah tertidur terlalu lama, tapi ia juga tidak ingin pergi seakan sesuatu tengah menahannya. Bayinya, mungkin bayinya yang menahannya. Terdengar menggelikan. Tapi percaya atau tidak, Luke benar-benar merindukan bayinya."Ayah tidak akan meninggalkanmu." Luke bergumam kecil lalu memiringkan tubuh untuk menatap Ren
Baca selengkapnya
Kekasih
 Rena mendesah lega sesaat setelah meminum minumannya. Masakan Riana adalah yang terbaik. Diam-diam dia jadi merindukan kakaknya itu."Sudah selesai?" Luke memasuki ruangan. Ia tampak baru saja selesai membuat panggilan. Terlihat ia yang masih menekan-nekan layar datar benda dalam genggamannya."Ya, sudah." Sedangkan Rena menyahut lirih dengan mata yang menatap setiap pergerakan Luke. Tapi kepalanya menunduk dengan cepat saat Luke mengangkat kepala dan menatapnya."Aku akan meminta sedikit waktumu, ya, Rena?" Kini Luke tampak lebih fokus, tangan kanannya memasukkan benda tadi ke dalam saku celananya."Tentu. Apa yang harus aku lakukan?" Suara itu masih menyahut dengan lirih meski nada suara ingin tahu terdengar jelas."Kudengar dari Jeff kalau kamu sering mual sejak aku tidak di rumah. Aku tidak tahu untuk pagi ini, tapi saat aku menyiapkan makananmu aku melihat teh jahe. Kamu juga mual pagi ini?" Luke berbicara dengan suara selembut m
Baca selengkapnya
Perubahan Diri
 "Tidak, ini bukan sesuatu yang buruk, bayimu tidak apa-apa. Ini hanya tentang mual tidak normal yang Rena alami, penyebab dan pencegahan agar tidak lagi sering terulang. Tenangkan dirimu dan pastikan kamu mendengar penjelasanku." Hongli berdehem sebentar lalu memperbaiki posisi duduknya. Dapat dilihat dari ekor matanya Luke sempat mengangguk kecil."Kejadian tidak normal ini bisa terjadi karena beberapa faktor. Salah satu penyebabnya bisa karena seorang ibu mengandung anak kembar. Tapi kandungan Rena masih terlalu kecil untuk diketahui apakah janin yang berada dalam rahim Rena terdapat lebih dari satu bakal janin. Hal lain yang mungkin terjadi adalah bisa saja Rena pernah mengonsumsi papermint sebelum tidur sehingga memicu morning sickness. Apa kamu melakukan itu, Rena?" Hongli berbicara panjang lebar dan diakhiri pertanyaan pada Rena yang langsung berupaya mengingat."Kurasa tidak. Maaf, tapi aku tidak menyukai p
Baca selengkapnya
Kekuatan Mencintai
  “Ah! Rena! Ben bilang Riana juga tidak akan ke sini.” Suara Bella berubah lagi menjadi tinggi dan ceria, membuat Rena yang tadi menunduk menjadi mengangkat kepala dengan wajah yang tampak kebingungan.“Kata Ben, Jeff membawanya pergi. Luke yang meminta seperti itu. Ia meminta Riana untuk pergi memilih beberapa furnitur untuk rumah maupun acara pernikahan kalian, karena ia tahu kamu dan Riana memiliki selera yang sama.” Bella mengatakannya dengan cara biasa ia berbicara, tapi entah mengapa itu mempengaruhi Rena. Pipinya tampak merona dan ia menunduk dengan senyum malu-malu.Pernikahan. Rena jadi sedikit melupakannya karena mereka tidak pernah membicarakan tentang hal itu dengan cara yang sangat serius. Tapi Rena tidak tahu kalau Luke benar-benar mengingatnya bahkan telah sampai mulai melakukan persiapan.“Astaga! Aku baru ingat sesuatu. Aku tidak boleh di sini terlalu lama. Aku akan pergi. Tadi aku ke sini hanya i
Baca selengkapnya
Prasangka yang Keliru
 Berjalan dengan cepat dan menyambar kerah baju Hendry, Luke ingin langsung menamparnya. Tapi ia hanya bernapas beringas, berusaha mengendalikan diri. Jika Hendry memang menyakiti Rena, dia baru akan menampar.“Di mana Rena?” tanyanya dengan desis penuh kemarahan. Tapi dia menjadi lebih marah lagi saat Hendry malah terkekeh. Apa dia ingin mati?“Di mana dia?” Dia berteriak lebih marah, mengguncang tubuh Hendry kencang.“Kamu pikir aku akan di sini jika aku ingin mengganggunya?” Ucapan Hendry membuat rasa lega menyeruak dari dada Luke. Dia kemudian melepaskan cengkramannya kasar.Diedarkannya pandangan ke sekitar dan menemukan banyak mata menatapnya. Tapi dia tidak peduli karena rasa marah masih mengisinya. Dia kemudian berlari tergesa menuju lift setelah selesai menatap tajam orang-orang di sekitarnya.“Itu lebih baik untuknya segera pergi menemui Rena seperti ini.” Ben berujar s
Baca selengkapnya
Anugerah Terindah
 Sunyi, hanya sunyi yang bisa ia dengarkan saat ini, bahkan gemuruh bunyi kendaraan seakan tidak mengusik kesendirian yang sedari tadi menemaninya. Atau malah sejak kelahirannya? Ia tidak menyalahkan takdir, tidak pernah. Karena hal itu hanya akan sia-sia. semua telah terjadi dan itu hanya akan membuatnya semakin tampak bodoh jika menyalahkan hal yang tidak akan mampu kembali terulang. Satu-satunya hal yang mampu ia lakukan adalah menjadi orang tua terbaik bagi anaknya, bersama Luke.Rena menghela napasnya sekali lalu memejamkan mata. Ia tidak tahu mengapa hanya ada pikiran menyedihkan yang menghinggapi kepalanya. Ia tidak tahu.“Dasar tidak berguna!”“Apa gunanya kamu dilahirkan di dunia ini? Kamu tidak berguna!”“Dimana orang tuamu? Apa kamu dibuang? Kata ayahku, seorang anak yang dibuang adalah anak yang tidak diinginkan. Mereka anak nakal dan memalukan. Mereka tidak patut dibanggakan.&rd
Baca selengkapnya
Anggap Saja Cinta
 “Apa ia baik-baik saja? Bayi kita?” Luke memecahkan keheningan di antara mereka. Tangannya yang memeluk tubuh kecil calon istrinya mulai bergerak mengelus perut yang belum membesar itu.“Ia baik. Aku pastikan ia sehat.” Rena menyahut dengan rasa bahagia yang membuncah di dada, ia sangat menikmati saat mereka membicarakan tentang bayi mereka.“Itu bagus. Ia akan menjadi anak yang indah dan kuat.” Luke mengecup Rena lagi, kali ini di perpotongan lehernya.“Ya, Luke.” Diam-diam di dalam hati Rena membenarkan dengan sangat semangat. Bayi mereka akan menjadi indah dan kuat karena memiliki ayah yang tangguh.“Sampaikan maafku padanya.” Luke kembali berbicara lirih. Rena memang tidak melihatnya, tapi Luke sebenarnya sedang menutup mata penuh penyesalan.“Ya?” Rena mengernyitkan kening. Luke mengatakan itu dengan terlalu tiba-tiba, menjatuhkan lagi suasana yang sudah terb
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status