Semua Bab Dalam Genggaman Sang Raja: Bab 71 - Bab 80
239 Bab
Bab 71 Pendekar Misterius
"Hentikan!" Seorang gadis bermata biru dengan gaun berwarna merah menatap gadis bergaun biru dengan tajam. Kedua mata biru itu beradu sengit."Dasar bodoh! Apa kamu ingin menghancurkan pesta ini?"Para gadis dalam rombongan menahan tawa ketika gadis bergaun biru berhadapan dengan putri kesayangan Raja Diamantyzh. Mereka menduga Putri Orlin itu akan menghukum adik tirinya dengan kejam."Mereka menggangguku terlebih dahulu!" sangkal gadis bergaun biru."Aku tidak peduli. Perbaiki sikap liarmu, minta maaflah kepada gadis yang telah kamu sakiti!""Minta maaf? Cih!" Seolah tidak memperdulikan apa pun, gadis bergaun biru pergi meninggalkan kerumunan gadis bangsawan. Setelah itu, si gadis bergaun biru tidak pernah tampak kehadirannya hingga pesta berakhir. Pada tahun berikutnya, Rifian kembali berkesempatan untuk berkunjung ke kerajaan Diamantyzh untuk peringatan hari berdirinya kerajaan itu. Sebelum pesta dimulai, pangeran itu menyempatkan diri untuk melihat turnamen bela diri yang juga t
Baca selengkapnya
Bab 72 Penasaran
Menyadari mangsanya telah kabur, bak serigala kelaparan Rifian segera mengejar laju sang pendekar misterius. Selain gerakannya yang lincah, kecepatan kaki sang pendekar juga sangat mengagumkan. Pendekar itu melompat ke pagar istana, karena tidak ingin kehilangan jejak, Rifian pun melakukan hal yang sama. Dengan hati-hati pendekar itu menyelinap ke dalam istana yang tengah ramai menyambut pesta yang akan berlangsung malam ini. Saat segerombolan prajurit melintas, pendekar itu menyembunyikan tubuh rampingnya di balik tiang istana yang besar. "Mau lari ke mana?" kata Rifian mengejutkan pendekar bertopeng yang tengah bersembunyi. Tanpa bersuara, lagi-lagi pendekar itu menghindar. Akan tetapi, kali ini Rifian bisa bergerak lebih cepat dan mendapatkan tangan pendekar itu. "Kemarilah sebentar, ada patroli di depan sana. Kalau kamu bergerak sekarang, kamu bisa ketahuan." Pendekar itu terdiam menyetujui ucapan Rifian. Diam-diam Rifian menarik napas dalam dan membaui aroma parfum pendekar i
Baca selengkapnya
Bab 73 Menyembunyikan Luka
Perlahan tapi pasti langkah Rifian semakin mendekati meja gadis berambut hitam. Sialnya gadis itu menutupkan kipas di depan wajahnya. Rifian kembali memperhatikan wajah orang-orang yang ada di dalam ruangan. Tiba-tiba gadis berambut hitam telah berdiri di depannya. Untuk sesaat Rifian beradu pandang dengan gadis itu. Wajahnya memang terlihat mirip dengan gadis yang menabraknya tahun lalu, matanya juga terlihat sama birunya . Hanya saja postur tubuh gadis itu sedikit lebih berisi dan alisnya lebih tipis. Selain itu warna bibirnya juga lebih mencolok. "Ada yang bisa kubantu, Tuan?" sapa gadis itu dengan ramah."Aku ingin ke kamar kecil. Apakah jauh dari sini?" dusta Rifian. Pangeran itu tidak mungkin mengatakan maksud yang sebenarnya."Tidak jauh, Tuan. Anda tinggal melangkah ke luar ruangan, kemudian belok ke arah kanan melalui taman. Di ujung jalan ada gambar prajurit berkuda yang terpahat di dinding. Kamar kecil ada di balik tembok itu." Gadis itu kembali berkata dengan ramah dan se
Baca selengkapnya
Bab 74 Rahasia Putri Faina
Betapa terkejutnya Orlin ketika mendapati seorang gadis berada dalam cengkeraman Rifian. Meski Orlin tidak dapat melihat dengan jelas apa yang mereka lakukan. Yang pasti, pangeran itu menundukkan kepalanya, sedangkan gadis itu terhalang dari pandangan Orlin karena tubuh pria itu. 'Apa yang mereka lakukan? Apakah mereka berciuman?' Kedua tangan Orlin mengepal kuat. Tubuh sang putri seolah membeku dan jantungnya berhenti berdetak. Berkali-kali putri itu mengatur napas, untuk meyakinkan jantungnya masih berfungsi seperti semestinya. Akan tetapi, siapakah gadis itu? Benarkah itu Faina? Mungkinkah? Sejak dulu dia tidak pernah terlihat mempunyai minat untuk memperbincangkan para pangeran atau pria bangsawan. Entah, apa yang ada dalam pikirannya. Yang jelas, gadis itu menyebalkan di mata Orlin. Rambut merah dan juga postur tubuh pangeran mahkota itu tidak akan Orlin lupakan. Putri itu tidak akan salah dalam mengenali sosok pria itu. Bahkan belum lama ini mereka bercakap-cakap di dalam rua
Baca selengkapnya
Bab 75 Bunga Paling Indah
"Benar-benar rumit," celetuk Rifian."Tentu saja. Untuk mendapatkan bunga yang indah memang diperlukan pengorbanan yang tidak sedikit.""Bagaimana menurutmu jika aku menikahi kedua putri raja itu?""Maksud Yang Mulia menikahi Putri Orlin dan Putri Faina sekaligus?" tanya dokter keheranan. Rifian mengangguk tanda membenarkan pertanyaan dokter itu."Kurasa Putri Orlin juga tidak terlihat buruk, meski tujuan utamaku sebenarnya adalah adiknya.""Di dalam budaya kerajaan kami, tidak dibenarkan mengumpulkan dua orang kakak-beradik dalam satu pernikahan. Yang Mulia hanya bisa memilih salah satunya. Lagi pula hubungan mereka berdua tidaklah baik. Yang Mulia bisa kerepotan di kemudian hari." Mendengar penjelasan dokter yang begitu detail justru membuat Rifian tertawa. "Terima kasih sudah mau menceritakan banyak hal tentang Faina." Tangan pangeran itu mengulurkan sekantong emas kepada dokter yang merawatnya."Tetntu saja, Yang Mulia." Dokter itu menyambut pemberian Rifian dengan senyum ramah.
Baca selengkapnya
Bab 76 Membereskan Barang Bukti
Myran memandang gadis berambut hitam itu dengan seksama. Dari sekian banyak gadis bangsawan yang ada di deretan paling depan hanya gadis itu yang terlihat paling mencolok. Akan tetapi, entah kenapa Myran tidak yakin jika gadis itu adalah sang pengirim surat. "Menurutmu, apa yang harus kita lakukan? Haruskah kita menemui putri itu malam ini?" tanya Alisya."Entah kenapa aku merasa tidak yakin dengan wanita bergaun merah muda itu. Di dalam surat ini, Putri Faina telah berjanji akan membawa kita menemui kakak besok pagi. Sebaiknya kita turuti saja permintaannya." Alisya menyetujui pendapat Myran. Setelah acara perjamuan usai, Alisya dan Myran segera menuju ke kamar yang telah kerajaan sediakan bagi para tamu undangan. Alisya memasuki kamarnya seorang diri, sedangkan Myran tinggal dalam kamar yang sama dengan Rifian. Meski acara perjamuan telah usai, perasaan Orlin masih saja gelisah. Putri itu masih penasaran dengan keberadaan Rifian karena sampai akhir acara pangeran itu tidak tampak
Baca selengkapnya
Bab 77 Tuduhan Tidak Terbukti
Faina segera memberi isyarat pada Rifian untuk bersembunyi. Dengan hati-hati pria itu berbaring di bawah ranjang yang tertutup kain seprai. Dengan cepat Faina meneliti keadaan kamarnya. Untung saja mata Faina segera menemukan sepatu Rifian yang masih ada di sisi ranjang. Tanpa membuang waktu, sang putri segera menendang sepatu itu ke bagian bawah ranjang bersama Rifian. "Biarkan dia masuk!" perintah Faina. Tidak lama kemudian Orlin memasuki kamar adik tirinya. Pandangan matanya menyapu ruangan seolah mencari sesuatu. Meski Myran telah mengatakan Rifian sedang tidak enak badan, nyatanya firasat Orlin berkata sebaliknya. Apa lagi sikap Myran yang berkesan menghalangi Orlin untuk mengundang dokter kerajaan ke kamarnya. Itu sangat mencurigakan. "Ada perlu apa kakak datang ke mari?" tanya Faina ketus."Tidak ada apa-apa. Aku hanya sedikit merasa heran, dan merasa jawabanku ada di tempat ini." Tanpa meminta persetujuan Faina, putri itu duduk di atas ranjang."Apa yang membuat kakak merasa
Baca selengkapnya
Bab 78 Kembali Ke Kerajaan
"Jangan bicara omong kosong! Aku sangat mengantuk dan lelah hari ini." Faina tidak memperdulikan ocehan Rifian. Hari ini memang sangat melelahkan baginya. Selain karena pertarungan yang dia lakukan di turnamen kerajaan, kejadian yang menimpa dirinya dan Rifian juga cukup menguras kesabaran. Putri itu sudah tidak sabar untuk memejamkan mata, mengistirahatkan tubuhnya untuk kembali terbangun esok pagi. Pagi harinya saat terbangun, Faina mendapati sebuah selimut terbentang di atas tubuhnya. Sudah pasti ini perbuatan Rifian. Tidak sampai di situ, saat Faina bangkit dari sofa dikejutkan dengan pemandangan Rifian yang tengah duduk menikmati secangkir teh hangat di meja bersama dengan semangkuk bubur hangat. "Selamat pagi." Rifian menyapa Faina dengan senyuman nakal."Selamat pagi." Faina dengan malas menjawab sapaan Rifian."Siapa yang menyediakan teh hangat ini untukmu?""Pelayan pribadimu." Faina menghela napas lega. Dia baru ingat pelayan itu memang sudah tahu perihal keberadaan Rifia
Baca selengkapnya
Bab 79 Keresahan Raja Faridzy
"Memfitnah pangeran mahkota?" tanya raja keheranan."Dokter itu bahkan menduga Putri Alisya melakukan perbuatan zina dengan pangeran mahkota," jawab Dafandra apa adanya."Omong kosong! Meski aku sangat mencintainya, tetapi aku tidak pernah melakukan hal itu!" Tiba-tiba Fasya berteriak mengejutkan semua orang."Tenangkan dirimu, Kakak. Aku mengenalmu dengan baik. Aku juga percaya kepada istriku." Seulas senyum mengembang di bibir Dafandra, "Rupanya kakak masih sangat mencintainya." Suasana di dalam ruangan itu kembali hening. Alisya yang sudah berjanji untuk mengikuti sandiwara Dafandra tidak berani mengangkat wajahnya untuk menatap Fasya. Bahkan raja dan ratu pun ikut terdiam. "Aku ..." kata-kata Fasya terputus."Tidak apa-apa, Kakak. Aku tahu hubungan kalian memang sudah lama terjalin. Aku juga tahu, tidak mudah untuk memutuskan hubungan secara tiba-tiba. Akan tetapi, aku peringatkan dirimu untuk berhati-hati dengan perasaanmu sendiri.""Apa maksud ucapanmu, Adik? Apakah kamu mencu
Baca selengkapnya
Bab 80 Insting
Dengan terkejut Fasya menatap wajah raja."Seorang calon istri?" "Benar, Anakku.""Siapakah calon istri yang ayah usulkan untukku?""Putri Selena dari kerajaan Samargdyzh. Kudengar dia gadis yang cantik. Dia memang bukan ahli pengobatan seperti Alisya, tetapi dia seorang ahli beladiri. Setidaknya kamu tidak perlu mengkhawatirkan keselamatannya." Fasya mendengkus seolah mencela dirinya sendiri. Wanita kuat memang tidak merepotkan. Akan tetapi, jiwa lelakinya meronta. Jangankan melindungi istri, untuk memindahkan tubuhnya sendiri Fasya harus bersusah payah. "Ayahanda, tolong berikan waktu untukku berpikir.""Baiklah, aku akan memberikanmu waktu satu bulan untuk berpikir. Jika kamu tidak setuju dengan calon yang aku ajukan, kamu harus sudah mempunyai gadis pilihanmu sendiri." Keputusan Raja sudah bulat. Raja hanya ingin Fasya tidak larut dalam cintanya kepada Alisya. Karena sekali saja seseorang terhanyut dalam deras aliran cinta buta, dia akan mudah kehilangan akal sehatnya. "Hamba
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
24
DMCA.com Protection Status