All Chapters of Dalam Genggaman Sang Raja: Chapter 61 - Chapter 70
239 Chapters
Bab 61 Pelacur
Lima hari berlalu penyelidikan Arys dan Kalfani kepada Kirila. Kedua pengawal elit membawa dokter muda itu ke hadapan Dafandra. Saat ditemukan, Kirila tengah bekerja sebagai pengajar tenaga kesehatan di kota Tigryzh. Saat dihadapkan dengan Dafandra, pria itu tampak bingung. Dengan tangan terikat ke atas, Kirila berada di ruang bawah tanah kastil Nikyzh. Dia tidak pernah menyangka akan terikat di tempat yang gelap dan pengap seperti ini. "Langsung saja, katakan yang sebenarnya. Apa hubunganmu dengan Pangeran Mahkota Fasya?" tanya Dafandra memulai interogasi. Wajah Kirila sedikit terkejut, kemudian ekspresinya berubah keheranan. "Pangeran Mahkota? Hamba tidak mengerti apa maksud Yang Mulia," jawab Kirila. Dafandra memberi isyarat kepada Kalfani untuk melemparkan cambukan. Dengan patuh pria itu menjalankan perintah tuannya kemudian diiringi suara teriakan Kirila. Alisya yang baru saja mengetahui keberadaan Kirila dari Kiron buru-buru menuju ke ruang bawah tanah. Tetapi Kiron berus
Read more
Bab 62 Kebohongan
Kirila terdiam, dia tidak mungkin menjawab pertanyaan Dafandra, apa pun yang terjadi. "Bersekongkol dengan orang yang ingin membunuh seorang keluarga kerajaan dan menyebut wanitaku sebagai pelacur. Rupanya kamu memang sudah bosan hidup." Sebuah seringai menyeramkan menghiasi bibir Dafandra. Rasanya dia tidak sabar untuk mencabik-cabik Kirila. "Memangnya apa sebutan yang pantas untuk dirinya? Apakah Yang Mulia yakin wanita itu dan pangeran mahkota tidak pernah melakukan ..." melihat wajah marah Dafandra, Kirila mengurungkan ucapannya, tapi malah tertawa. "Cukup!" teriak Dafandra geram. "Kamu tidak tahu apa pun tentang sodaraku!" lanjut Dafandra. Alisya yang kembali mendengar tuduhan keji Kirila semakin tidak bisa menahan diri. Sang putri bangkit dari lantai, dengan berurai air mata dia pergi meninggalkan ruangan bawah tanah. Kiron segera mengikuti Alisya meninggalkan penjara bawah tanah. Sang kepala pelayan hanya bisa mengantar Alisya hingga depan pintu kamar. Menyadari Alisya t
Read more
Bab 63 Berharga
Pria berambut cokelat yang menjuntai hingga ke dada mengambil sebuah anggur segar dan menikmati kelezatannya. Dia menerawang keadaan Alisya dan Dafandra saat ini. Dia berpikir Alisya dan Dafandra sedang menikmati kebersamaan karena bantuannya. Setelah menelan buah anggur dia tertawa, tetapi juga menyesal karena bukan dirinya yang ada di sisi Alisya. Rasanya sangat sakit bagi pangeran mahkota melihat Alisya diabaikan. Akan tetapi, melukai adik yang dia benci untuk membuat hubungan Alisya dengan suaminya membaik, rasanya tidak buruk. Fasya merasa pangeran kedua memang layang untuk mendapatkan luka itu, sebagai hukuman karena mengabaikan Alisya. "Maaf Yang Mulia, akan tetapi dokter muda itu berhasil di tangkap." Pria berbaju hitam tampak gusar. "Itu bagus. Pria itu bisa dijadikan kambing hitam di hadapan raja." "Bagaimana jika dokter muda itu membuka mulut?" tanya pria berbaju hitam. "Selagi keluarganya ada di tangan kita, pria itu tidak akan berani membuka mulut." Fasya menghela na
Read more
Bab 64 Cincin Kupu-Kupu
Dafandra terdiam memandang pipi Alisya yang basah perlahan. Tanpa sadar tangan pria itu bergerak menuju pipi putih kemerahan milik Alisya. Belum sempat ibu jari Dafandra menyentuh pipi, Alisya segera menepis tangan pangeran dengan kasar. "Jangan sentuh aku!" Selain basah, mata Alisya juga terlihat merah, memantulkan kepedihan yang teramat dalam. Lagi-lagi Dafandra dibuat tidak mampu berkata-kata. "Jangan sentuh aku, sekali lagi jangan sentuh aku!" Alisya mempertegas ucapannya. "Maaf ..." lirih Dafandra. "Akan tetapi, perlu kamu tahu. Aku tidak pernah menganggapmu pelacur, apalagi jijik terhadapmu. Aku menikahimu karena kesadaran dan keinginanku sendiri." "Lalu apa alasanmu menginginkan pernikahan sandiwara?" "Karena saat itu aku tahu, kamu masih mempunyai perasaan kepada Fasya." Seketika Alisya membeku. Yah, dia memang masih mencintai Fasya saat menikah dengan Dafandra. Bahkan Alisya hampir melepaskan gandengan tangan saat melihat pangeran mahkota datang menghampiri di hari p
Read more
Bab 65 Latar Belakang Fayvel
Alisya sempat menduga pangeran berambut pirang itu akan memberikan kata-kata manis atau mengutarakan perasaannya. Akan tetapi, yang keluar dari mulut Dafandra lagi-lagi tentang pernikahan politik. Alisya kembali menarik tangan, dengan raut wajah terlihat sinis. "Jangan marah. Aku belum selesai berbicara. Pernikahan politik juga tidak sepenuhnya buruk." Pangeran itu tersenyum simpul. "Bukankah itu berarti pernikahan kita adalah simbol perdamaian? Bukankah itu berarti pernikahan kita direstui banyak orang? Bukankah itu berarti pernikahan kita menjadi berkah bagi kita semua?" Kata-kata Dafandra membuat Alisya terdiam. Pangeran itu memang pandai berbicara. Tentu saja, sebagai seorang berkedudukan tinggi di kerajaan, kemampuan menarik perhatian lawan bicara menjadi sebuah keahlian dasar yang harus dimiliki. Bagi Alisya, ini tidak ada hubungan sama sekali dengan ketertarikan lawan jenis. Dengan kata lain, kata-kata manis itu tidak bisa serta-merta menjadi bukti, kalau pangeran kedua me
Read more
Bab 66 Perdamaian Kerajaan Crysozh dan Margaritaryzh
"Tuanmu ingin agar kamu memenangkan Turnamen Terbuka Kesatria Margaritaryzh." "Apakah itu seperti perlombaan membunuh orang?" tanya Fayvel masih dengan posisi berdiri terbalik menggunakan kedua tangan sebagai tumpuan."Sebenarnya bukan perlombaan membunuh, hanya saja perlombaan itu berpotensi membunuh peserta yang mengikutinya.""Memangnya, apa yang akan aku dapatkan setelah berhasil memenangkan turnamen itu?""Tuanmu akan mengambilmu kembali. Kamu akan tinggal di kediamannya.""Di mana itu?""Di kota Eliozh, ibu kota kerajaan Margaritaryzh." 'Eliozh?'Fayvel muda yang penuh gairah sangat penasaran dengan ibu kota. Selama ini dia hanya berada di pedalaman bersama gurunya dan beberapa orang murid senior. Dia ingin sekali melihat dunia di luar tempatnya saat ini, oleh karena itu dia giat berlatih untuk menjadi yang terbaik. Setelah usia Fayvel mencapai tujuh belas tahun, dia mendapatkan persetujuan dari sang guru, akhirnya Fayvel melangkahkan kaki keluar dari tempat dia belajar. Langk
Read more
Bab 67 Membuang Atau Melindungi
Sebelum Fayvel dikirim ke kerajaan Crysozh, sempat terjadi dialog antara Afanas dan Fayvel. Pemuda itu merasa tidak puas dengan keputusan sang ayah. "Apa Tuan yakin akan mengirimku ke kerajaan Crysozh?" Kegalauan menyelimuti pemuda itu. Fayvel hanya tidak menyangka selama hampir empat tahun menjadi anjing Afanas, ternyata dia berakhir dengan dilemparkan ke luar dari wilayah Margaritaryzh. Dia merutuki dirinya sendiri di dalam hati. "Tentu saja, aku hanya khawatir kepada putra mahkota dengan keberadaanmu di tempat ini." 'Khawatir dengan pangeran mahkota? Bukankah aku juga putranya? Apakah ayah pikir aku akan sepicik itu mengenai kedudukan?' batin Fayvel tidak puas. Bagai belati yang menghujam di tengah jantung. Ucapan Afanas begitu menyakitkan terdengar di telinga Fayvel. Pemuda itu segera sadar, dia memang bukan anak dari garis keturunan yang sah. Akan tetapi, melengserkan pangeran mahkota demi kedudukan bukan hal yang pernah terpikirkan olehnya. Fayvel yang dulu sangat lugu ingi
Read more
Bab 68 Ikan Bakar
Sepulang dari jalan-jalan, Alisya dan Dafandra berjalan bersama menuju kamar mereka masing-masing. Rasa canggung di antara mereka sudah mulai berkurang. "Terima kasih untuk jalan-jalannya hari ini." Alisya tersenyum sesaat. Pancaran kebahagiaan bisa terlihat dari mimik wajahnya. Sementara Dafandra hanya terdiam meski dalam hati dia juga senang mendengar ucapan Alisya. Tidak sia-sia waktunya terbuang untuk menyusuri jalanan kota yang padat. Langkah Dafandra terhenti begitu sampai di depan pintu kamarnya. Pangeran itu menoleh memandang Alisya. Padahal seharian mereka telah menghabiskan waktu bersama, tetapi rasanya pangeran tidak ingin berpisah. Entah apa alasannya. Jika memungkinkan pangeran itu ingin mengulang waktu, menikmati kebersamaan bersama sang putri. "Alisya, maukah kamu memeriksa lukakku?" Dafandra meminta kepada Alisya dengan sopan. Sejujurnya Alisya merasa aneh dengan tingkah Dafandra yang tiba-tiba menjadi begitu sopan. "Tentu saja, Yang Mulia." Alisya kembali terseny
Read more
Bab 69 Perintah Raja Nandri
Seorang utusan memasuki ruang belajar Rifian. Lelaki berjenggot hitam lebat itu memberi hormat dengan takzim. Sepertinya akan ada hal penting yang disampaikan oleh raja. "Raja meminta kehadiran Pangeran Mahkota dan Pangeran Kedua ke aula kerajaan sekarang." Ternyata sebuah perintah sederhana yang raja berikan. Akan tetapi, untuk apa? Kedua putra raja itu segera menyanggupi permintaan raja dan menuju ke aula kerajaan. "Kakak, apa kamu tahu apa yang akan raja sampaikan?""Entahlah. Semoga bukan hal buruk." Sesampainya di depan singgasana raja, kedua pangeran itu memberikan hormat, juga siap mendengarkan perintah atau arahan dari raja. Ratu yang dudk di samping raja terlihat tersenyum menatap kedua putranya yang telah menjadi dewasa. Sekilas ratu melirik raja, memberikan kode kepada raja untuk segera menyampaikan permintaan dan keputusannya. "Bagaimana kabar kalian?" tanya raja berbasa-basi."Kami dalam keadaan baik," Jawab kedua putra raja serempak. Raja tersenyum dan mengangguk-an
Read more
Bab 70 Penolakan Raja Nandri
"Yang Mulia, hamba bersedia menikah, akan tetapi tolong berikan waktu. Hamba tidak ingin menjalani pernikahan dengan tergesa-gesa." Selagi memungkinkan, Rifian berusaha mengulur waktu. Dia tahu penguluran waktu tidak akan terus berlaku. Pangeran itu harus mengatur rencana untuk mengambil hati keluarga gadis pujaannya. Sebagai calon raja kerajaan Crysozh, takdirnya sudah ditentukan akan dikelilingi banyak wanita. Akan tetapi, rasa cinta Rifian pada gadis itu seperti membelenggu hatinya. "Tidak bisa! Kamu sudah terus mengulur waktu. Apa yang sebenarnya terjadi denganmu? Apakah ada seorang gadis yang menolak untuk hidup bersamamu? Betapa kurang ajarnya dia!" Nada bica raja sedikit meninggi. Pria tua itu sudah cukup bersabar dengan sikap Rifian yang terus menunda pernikahannya. "Kamu seorang calon raja. Prioritas utama dalam hidupmu adalah kerajaan dan rakyat. Apa kamu tidak mengerti?""Hamba mengerti." Ekspresi wajah Rifian terlihat datar. Perasaan Rifian sedang tidak menentu. Mungkin
Read more
PREV
1
...
56789
...
24
DMCA.com Protection Status