All Chapters of RENDEZVOUS: Chapter 11 - Chapter 20
42 Chapters
10. RENDEZVOUS - Terpaksa Pergi Bersama
Kanza mengrenyit melihat Abian benar-benar menjemputnya. Dalam hati ia sudah menggerutu sebal, lama kelamaan Abian itu seenaknya sendiri tidak di kantor, di luar pun juga sulit dibantah. Bodohnya Kanza juga tidak bisa membantah, mungkin karena dulu gurunya jadi ia benar-benar harus menghormati. Tapi tetap saja menjengkelkan kalau dipikir-pikir. Dan Kanza melihat Abian sudah berdiri di samping mobilnya dengan wajah datar andalannya. Huft, Kanza penasaran kenapa Abian jarang sekali tersenyum. Tapi, tunggu... "Loh istri bapak gak ikut?" tanya Kanza melihat bangku depan kosong dari kaca depan. Ia jadi was-was kalau ternyata Abian sudah punya calon atau istrikan bisa gawat. Ia tidak ingin dilabrak tiba-tiba disangka pelakor. Tunggu, memang Kanza berulah apa saja sampai berpikiran jauh seperti itu. Tapi semua bisa terjadi, contoh saja Panca
Read more
11. RENDEZVOUS - Call Me 'Mas'
Setelah memutuskan untuk pulang, akhirnya Kanza kembali satu mobil dari Abian. Ia menghela nafas berfikir agar tidak terlalu canggung. Kalau sebelumnya saat ia membonceng Abian dengan motor maka tidak secanggng ini karena bisa alasan ia tidak mendengar ucapan Abain karena berisiknya sekitar, tapi jika didalam mobil seperti ini bisa-bisa ia mati karena canggung. Tidak. Bercanda. Di dalam mobil mereka berdua hanya terdiam, Gibran yang kelelahan pun jatuh tertidur di kursi belakang. Baru beberapa menit, Abian membelokkan stirnya ke salah satu market kecil. Di situ juga ada beberapa jajanan seperti cilok, siomay dan batagor. Ada juga es buah, es cendol di sekitaran situ."Bentar saya mau beli batagor. Saya laper."Sontak membawa keterkejutan pada Kanza, "Loh bapak belum makan? Tadi gak makan?"
Read more
12. RENDEZVOUS - NEWS
Pagi ini Kanza datang dengan sedikit bertanya-tanya. Saat masuk ruangannya terlihat sedikit ramai, ada pegawai yang tadi malam jadwalnya shift bersama dengan timnya. Ia melihat tanda merah di salah satu layar besar seperti monitor didepannya itu. Layar untuk memantau wilayah Indonesia. Disitu ada Abian yang sudah sibuk memantau bersama pegawai yng bershift malam. Lagi dan lagi Kanza melihat tanda merah yang masih hidup disalah satu titik wilayah. Mata Kanza menatap layar tanpa kedip, ia melihat bahwa tadi pagi terjadi gempa bumi di salah satu wilayah Yogyakarta. Tercatat magnitudo 5.3, titik kedalaman 48 km di bawah permukaan laut dan tidak berpotensi tsunami, setidaknya itu yang Kanza tangkap. Sedangkan hatinya mendadak tidak karuan mengingat keluarganya tinggal di Yogyakarta. "Perhatian!" suara Abian mengintrupsi semua anggota timnya termasuk nenyadarkan Kanza dari pikiran yang mulai kacau. "Tim Cirrus ambil alih pantauan mulai sekarang. Meski gempa tidak b
Read more
13. RENDEZVOUS - Saras and her mind
Tok tok tok"Mas Al?" Saras mengetuk pintu kamar Abian dengan pelan."Masuk gak dikunci." Ujar Abian dari dalam.Saras membuka pintu kamar Abian, kepalanya menyembul sejenak sekedar memastikan apakah kakaknya itu sibuk tidak. Ternyata kakaknya sedang tiduran dan bermain ponsel, tumben sekali tidak sibuk."Mas sibuk gak?" tanya Saras kini masuk ke dalam kamar dan mendekat kearah ranjang yang Abian tempati."Udah kelar sih, kenapa?" tanya Abian mendudukkan dirinya dan meletakkan ponselnya.
Read more
14. RENDEZVOUS - Kalian Pacaran?
"Oh ya nama saya Saras, Kak. Saya adik Mas Al."Kanza tiba-tiba tersenyum lebar mengusir rasa canggung, "Saya Kanza, salam kenal ya.""Kak Kanza dipaksa Mas Al ya kesini?" tanya Saras membuat Kanza tersenyum kikuk pasalnya memang benar kalau dia dipaksa.Saras mengangguk paham, "Jujur aja random banget Mas Al.""Iya. Oh ya ngomong-ngomong kamu semester berapa?" tanya Kanza kini menaruh atensi penuh ke wanita manis di depannya itu. Saras tersenyum canggung dan kikuk, ia merasa sedikit trauma sekarang jika ditanya perihal kuliah. Tapi melihat mata Kanza yang sangat penasaran akhirnya Saras memberanikan diri untuk menjawab."Semester 3."
Read more
15. RENDEZVOUS - Makaroni Schotel
Sejak pertemuanku dengan Saras. Adik dari Bapak Abian itu, ia terus-terusan berkomunikasi denganku. Sayangnya kami belum bisa bertemu lagi. Tapi hari ini kami berdua sudah janjian untuk jalan-jalan berdua membeli bahan makanan. Dia ingin mengajakku membuat Makaroni schotel di rumahnya. Aku mengiyakan saja karena ia juga bilang Pak Abian sedang tidak berada di rumah. Terlebih jika di rumahku tidak ada alat yang lengkap termasuk oven. Setelah bersiap Saras menjemputku dengan motor maticnya. Aku tersenyum lebar ketika Saras sampai di depan rumah. "Ayok Mbak keburu siang." Ucap Saras menyerahkan helm yang sering aku pakai ketika pulang dengan Pak Abian. Tunggu, jika dipikir aku terlalu sering pulang bersama Pak Abian. Oke mulai sekarang tidak boleh dekat-dekat. Aku menerima helm tersebu
Read more
16. RENDEZVOUS - Drunk Text
—Kanza's pov Malam ini aku menghela nafas kasar menunggui Jihan yang tidak kunjung pulang. Biasanya aku bisa langsung tidur karena Jihan sudah membawa kunci, tapi tumben sekali ia lupa tidak membawa kunci. Berakhirlah aku harus menungguinya sampai pulang. Sudah pukul 1 malam dia juga masih belum pulang, aku mengirimi pesan tapi tidak dibalas. Bahkan aku meneleponnya. Aku hanya takut, jika Jihan itu seperti dulu. Apalagi akhir-akhir ini dia terlihat stress dengan pekerjaannya. Aku menatap ponselku sejenak, apa aku harus telepon Seno? Akhir-akhir ini Jihan sering hangout dengan Seno. Dan Seno juga sering main kesini sekedar mampir setelah mengantarkan Jihan. Seno yang ku lihat dia pria baik-baik, dia sopan meski sedikit nyablak.
Read more
17. RENDEZVOUS - Bertemu Teman Abian
Abian dan Kanza selalu jadi yang terakhir saat pulang. Entah kenapa laki-laki itu selalu saja menambah pekerjaan Kanza. Yang memindah file, ikut membuat laporan, kadang disuruh berjaga-jaga memantau komputer. Angan-angan Kanza untuk segera pulang sungguh pupus ya meski Abian sering mengantarnya pulang, tapi tetap saja bersama Abian itu membuat ia malas. Apalagi sekarang hectic karena rapat evaluasi akhir bulan akan dilaksanakan. "Ck. Bapak tu kebiasaan pas saya udah mau pulang, udah siap-siap eh disuruh mindah file. Kenapa gak dari tadi gitu loh pak. Mana filenya cuma dikit-dikit." Kanza mengomel-ngomel sedari tadi perihal file, meski begitu ia tetap menurut memindahkan file dari komputer ke laptop Abian. Mereka berdua masih di kantor sambari. Sedangkan Abian hanya diam saja, ia sud
Read more
18. RENDEZVOUS - Long Conservation
Kanza membalas beberapa pesan yang masuk dalam ponselnya setelah tadi sempat tertunda. Ia melongok ke kanannya, Saras dan Jihan sudah tidur setelah tadi ribut berdebat. Ia lantas beringsut mendudukkan dirinya ketika pesan yang masuk itu sangat mengganggu pikirannya, terlebih orang yang mengirimi pesan masih online jam segini. Kanza memilih keluar kamar dengan pelan. Setelah sukses keluar kamar ia lantas berjalan menuju balkon bersamaan dengan itu ada panggilan masuk yang tertera pada layar. “Hallo?” sapa Kanza pertama kali dan obrolan itu berlanjut dengan Kanza yang mendengar dengan seksama.  Beberapa kali Kanza menghela nafas berat dan memberi argumennya, tapi orang yang diseberang sana juga terlihat mempertahankan argumentnya yang tidak bisa disanggah. Kanza menatap langit malam yang tidak ada satupun bintang atau bulan menghiasi malam ini. Perlahan ia mengangguk ketika
Read more
19. RENDEZVOUS - Komunitas
Kanza resmi menjadi pegawai tetap sekarang dan semakin lama ia semakin sibuk. Hanya sibuk bekerja tapi tenaga dan pikirannya benar-benar terkuras. Untuk hari libur saja Kanza memilih tidur kalau tidak hanya bermalas-malasan. Sebenarnya ia ingin mengajak siapa saja untuk berkeliling Jakarta. Ia masih belum tahu dimana makanan yang perlu ia coba. Tapi Jihan sibuk, Saras juga sibuk dengan kuliahnya. Sayang sekali ia tidak punya teman disini. Dengan iseng ia melihat story milik seseorang yang selalu membuatnya kesal. Ia sedang bersenang-senang dengan kelompok orang yang Kanza yakin mereka adalah temannya. Kanza keluar dari aplikasi tersebut sembari menghela nafas pelan lalu menatap langit-langit kamar. Dahulu ia suka sekali memilih tidak bergabung mencari teman karena ia tipe orang yang mudah lelah di tengah keramaian dengan waktu cukup lama. Atau bisa dibilang ia juga cukup malas apalagi acara-acara kumpul-kumpul tanpa ada tujuan. Ia juga menolak sering ikut pergi jalan
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status