Semua Bab Boss Mafia, I Love You: Bab 61 - Bab 70
131 Bab
Belajar Menjadi Kekasih
Sambil membopong Sonya di pundaknya, Ace membawanya masuk ke dalam apartemen pribadinya.  Tidak ada siapa-siapa disana, hanya ada seorang asisten rumah tangga yang dipekerjakan Ace sampai jam lima sore, untuk membersihkan apartemen miliknya setiap hari. Masih dalam keadaan terikat dan mulut yang disumpal, Ace melemparkan tubuh wanita itu ke atas ranjang king size-nya.  Jaket kulit yang dipakai Sonya tersingkap dan memperlihatkan pakaian yang biasa dia kenakan jika sedang bekerja di club malam itu. Melihatnya Ace kembali naik pitam, masih jelas teringat dalam benaknya bagaimana pria-pria hidung belang di club tadi menatap lapar pada wanita ini. Menarik dengan kasar lakban yang Ace tempelkan di mulut Sonya, wanita itu berteriak kesakitan. Belum sempat mengeluarkan kata untuk memaki pria gila di depannya, Ace dengan cepat menyambar bibir tipis Sonya.
Baca selengkapnya
Nightmare
"Bos, ada kiriman paket untuk Anda…."  Adam meletakkan berkas di tangannya dan mengambil paket itu dari anggotanya. "Dari siapa?"  "Dari pemimpin misi yang kemarin menyerang kapal musuh kita, Bos."  Adam mengangguk dan membuka paket yang di rekatkan rapat dengan selotip itu. Dua matanya terbelalak saat melihat ada bola mata dan potongan bibir manusia disana. "Brengsek!" pekiknya melempar paket tersebut.  "Apa yang kamu berikan padaku ini, hah?!" sambung Adam menunjuk anggotanya tadi. "Ma-maaf Bos, saya tidak tahu kalau itu berisi hal yang menjijikkan, Bos…." sahutnya mulai ketakutan. Adam yang marah dengan pekerjaan anggotanya yang tidak becus, mengambil pistol miliknya di atas meja dan menembak kepala anggotanya tersebut hingga mati. "Dasar tidak berguna!" marahn
Baca selengkapnya
Pingsan
"Al…!" teriak Rose kaget mendapati pria itu pingsan di lantai ruang kerjanya. "Al, bangun Al…." Rose mencoba membangunkannya dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya namun tidak berhasil. Wanita itu pun terpaksa menghubungi Ace yang tengah sibuk bermain panas dengan kekasihnya Sonya.  "A-ada apa, Rose?" tanya pria itu dengan nafas terengah-engah. "Ace, kau kesini sekarang. Allen pingsan, aku tidak bisa membangunkannya sejak tadi. Cepat kesini!" ujarnya panik dan menutup panggilan itu sepihak. Ah, sial! Kenapa juga harus disaat yang tidak tepat seperti ini, gumamnya kesal. "Ada apa Ace?" tanya Sonya dengan mata berkabutnya. "Bosku katanya pingsan, aku harus ke mansionnya sekarang." sahutnya menarik keluar miliknya dari dalam kelembutan Sonya. "Maaf meninggalkanmu sendirian disini, So. Aku janji akan cepa
Baca selengkapnya
Kejadian Enam Tahun Lalu
"Bagaimana perasaanmu, Al?" tanya Liam dokter pribadinya. "Aku baik-baik saja…." sahutnya dingin. Pria itu mencabut jarum infus di tangannya dan bergegas bangun dari ranjang.  "Kamu mau kemana Al?" cegat Rose. "Tubuhmu masih lemah, jangan pergi kemana dulu…," sambungnya khawatir. "Aku sudah tidak apa-apa Rose. Tenang saja, aku harus ke markas sekarang."  "Untuk apa?"  "Ada yang harus aku pastikan disana, aku tidak bisa mengantarkanmu pulang!" ujar pria bermanik mata biru itu berlalu dari kamarnya. "Ace!" panggil Allen. "Siap Bos," sahutnya mengikuti bosnya dari belakang. Rose hanya bisa menatap bingung pria yang sudah membuatnya khawatir sejak semalam.  Apa yang terjadi padanya? Rose ingin sekali menanyakan itu pada Allen.  
Baca selengkapnya
Terlalu Berharap
Terhitung sejak tiga hari setelah kejadian Allen pingsan di ruang kerjanya, Rose tidak pernah bertemu lagi dengan pria berjambang itu. Allen tidak pernah menampakkan batang hidungnya di perusahaan bersama Ace. Dua pria itu bertingkah sangat kompak satu sama lain, dengan menghilang dan tidak bisa dihubungi.  Rose duduk di sebuah cafe menunggu kedatangan sahabatnya Sonya. Menikmati secangkir cappucino hangat dengan roti tawar, Rose termenung sambil melihat ke arah luar jendela menikmati hujan yang turun cukup lebat sore ini.  Dalam pikirannya Rose masih menduga-duga apa yang sebenarnya terjadi pada Allen, kenapa pria itu bisa tiba-tiba pingsan dan apa yang sedang dia sembunyikan padanya. Rose kecewa, apa Allen tidak menganggapnya selama ini? Dia sadar kalau mereka tidak sedang menjalin hubungan apapun. Allen hanya memerlukannya jika dia sedang ingin memuaskan hasrat lelak
Baca selengkapnya
Bertengkar
Keesokan harinya Rose menyibukkan diri di toko bunga milik ayahnya, Alex. Sibuk dengan dunianya sendiri bersama Allen, membuat wanita cantik bertubuh seksi itu tidak terlalu memperhatikan keadaan ayahnya yang hari ini sedang sakit. "Dad … pergilah tidur, biar aku yang menyelesaikan pesanan kita di toko."  "Tidak perlu Rose, Daddy sudah lebih baik. Daddy sudah minum obat tadi…."  Pria paruh baya itu tetap bersikeras membantu Rose dan pegawainya mengepak pesanan yang hari ini memang cukup banyak, bahkan bisa dikatakan membludak.  Mereka harus mengirim hampir lima puluh pesanan dalam jam yang sama, hingga dua pegawai dengan Rose yang ikut membantu tidak akan cukup waktu untuk mengirimnya pikir Alex. Meski sudah di tegur beberapa kali oleh Rose dan diminta untuk beristirahat, tapi Alex tetap memaksakan dirinya untuk ikut membantu. Hin
Baca selengkapnya
Bertengkar Dua
Allen melemparkan tubuh Rose kasar ke atas ranjang mereka. Wanita itu terus berontak hingga Allen menarik paksa dua tangannya ke atas. "Diam Rose!" ujarnya dengan suara meninggi. "Tidak, aku tidak mau! Lepaskan aku!"  "Jangan terus menguji kesabaranku Rose, aku bisa berbuat kasar padamu!"  "Aku tidak peduli, kau pikir aku takut dengan ancamanmu?! Lepaskan aku! Aku bukan bonekamu!"  Allen semakin meradang mendengar ucapan Rose. Pria itu mulai menciumnya dengan rakus, menggigit bibir bawah Rose hingga berdarah. Allen kesal dengan wanita yang terus berontak di bawah kungkungannya. Rose tidak mau diam hingga semakin membuat dia geram. Mendapatkan kesempatan, Rose menendang area pangkal paha Allen hingga pria itu meringis dan menarik diri dari atas tubuhnya. "Dasar laki-laki brengsek!" Rose kembali melayangk
Baca selengkapnya
Maaf....
Tidak berhenti sampai disana, setelahmenyemburkan cairan lengket miliknya. Allen mengangkat tubuh Rose, melingkarkan dua kakinya ke pinggang tanpa melepaskan tautan tubuh bawah mereka. Kaki Rose kebas, dia tidak bisa merasakan apapun karena dipaksa berdiri oleh pria berjambang itu selama satu jam pergulatan mereka. "Kita masih belum selesai Rose…." bisiknya menggigit ujung telinga wanitanya. Baju Rose sudah compang camping karena dirobek paksa oleh Allen. Pria itu kembali menyentak setelah dia membaringkan Rose ke atas ranjang. "Kau harus menerima hukumanmu. Malam ini kita tidak akan tidur sampai pagi!"  Rose meringis merasakan benda panjang dan besar Allen kembali mempermainkan tubuh intinya. Allen tidak membiarkan dua gundukan Rose terbebas begitu saja. Pria penuh nafsu itu memilin, memainkan ujung merah muda itu tanpa henti. 
Baca selengkapnya
Jangan Pergi Dariku
"Apa yang kamu rasakan saat ini Rose?"  "Aku sudah jauh lebih baik Dokter, terima kasih…."  "Baguslah, aku sangat senang mendengarnya. Lain kali kalau Allen masih bersikap kasar, katakan saja padaku. Aku akan membawamu pergi jauh darinya," sahut Liam setengah berbisik. "Coba saja kalau kau berani!" sela Allen mendengar ucapan dokter pribadinya itu. "Aku akan menghubungimu Dok, tenang saja," balas Rose sengaja memanas-manasi Allen. "Kemanapun kalian lari, aku bisa dengan mudah menemukan kalian!"  Rose memutar bola mata malas dan kembali berbicara dengan Liam. Dia masih saja kesal dengan pria itu meski Allen sudah meminta maaf berulang kali. "Kalau begitu aku pergi dulu, jangan lupa minum obatmu Rose. Kabari aku kalau ada apa-apa, ok?"  "Baik Dokter. Terima kasih…." Rose tersenyum seman
Baca selengkapnya
Perasaan Tidak Enak
Setelah pertengkaran yang diikuti pergulatan panas antara Allen dan Rose, keduanya perlahan mulai terlihat lebih dekat.  Meski Allen belum memperjelas hubungan yang ada diantara mereka, tapi pria itu perlahan mulai bersikap lebih lembut dan manis.  Rose sampai heran melihat bagaimana pria itu datang membawakan makan siang untuk mereka.  "Makan dulu Rose," ujarnya mulai menyiapkan makanan diatas meja.  "Sebentar lagi, aku masih harus menyelesaikan laporan bulan ini."  Allen berdecak dan mendekati meja kerja Rose. "Kau bisa melanjutkannya nanti. Ayo, aku sudah lapar. Temani aku makan." Allen menarik tangan Rose, memaksa wanita itu ikut berdiri mengikuti atasannya ke kursi sofa untuk makan siang. "Aku membelikanmu spaghetti carbonara."  Wangi aroma spaghetti kesukaannya langsung menyeruak ma
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status