All Chapters of IMAM UNTUK NIRMALA: Chapter 11 - Chapter 20
63 Chapters
11. DIA YANG PERNAH MENGUSIK HATI
"Alif...!"Seorang lelaki berwajah tampan keluar dari salah satu kamar kotrakan di dekat rumah Alif dan merentangkan kedua tangannya menyambut kedatangan Alif. Lelaki itu berperawakan tampan, dengan bobot tubuh yang sedikit lebih gemuk dari Alif. Jenggot tipis menghias di dagu lancipnya. hidung tidak semancung Alif, tapi itu tidak mengurangi kadar ketampanannya. Jika mereka berdiri berdampingan, maka penilaian yang sama akan diberikan pada mereka. Satu tampan, satu ganteng. Begitulah kira-kira."Reza" Alif menyambut tangan itu dan mereka pun berpelukan melepas kerinduan masing-masing.Lelaki itu bernama Reza. Seorang mahasiswa yang sudah beberapa tahun ini tinggal di kontrakan milik keluarga Alif. bagi Alif, Reza bukan hanya dianggap sebagai sahabat terbaik tetapi sudah dirasa seperti saudara sendiri."Bagaimana penelitianmu? Gila, selama empat bulan itu kamu tidak pulang-pulang ke sini? Betah banget di sana. Atau jangan-jangan udah kecantol pula sama gad
Read more
12 TAK BISA MEMILIH
"Mala, ada titipan untukmu." Setibanya dikost mereka Lusi menyerahkan sebuah amplop pada Mala "Apa ini, Lusi?" Mala menerima dengan kebingungan. Lusi mengedikkan bahu. "Aku juga tidak tahu. Alif yang menyerahkan padaku. Katanya, saking bahagianya bisa bertemu denganmu lagi, dia sampai lupa menyampaikan titipan itu. "Kita buka aja kali ya." Tanpa menunggu lama, Mala segera membuka amplop itu dan menemukan sebuah kertas terlipat rapi didalamnya. Semakin penasaran, Mala langsung membuka kertas itu dan membaca rangkaian kalimat didalamnya. Teruntuk: Seorang bidadari yang telah meluluh lantakkan hatiku. Maaf, jika aku tidak berani bicara langsung padamu, Mala. Jujur, dari pertemuan pertama kita setahun yang lalu, aku sudah menaruh rasa padamu. Aku jatuh cinta padamu tapi hati ini begitu pengecut untuk sekedar menghampirimu dan menyatakan isi hatiku Dan sekarang
Read more
13. BERLABUH PADA DUA HATI
"Jadi, kamu menerima Reza?"Alif agak shock mendengar keputusan Mala pagi itu. Hari ini  jadwal kuliah Mala siang, sehingga dia mengajak Alif untuk bertemu pagi hari sebelum kuliah."Bukannya ini yang kamu inginkan? Bukannya kemaren kamu mati-matian membujukku untuk menerima sahabatmu itu? Dan akhirnya, sebagai bukti kalau aku benar-benar sangat mencintaimu, aku penuhi permintaanmu." balas Mala dengan sangat lancar. Padahal, andaikan Alif tahu bagaimana beratnya hati gadis itu untuk mengucapkan semua itu."Aku hanya tidak percaya kamu mampu membuat keputusan dengan begitu cepat, Mala.""Bukankah kita tidak boleh menunda-nunda untuk memenuhi keinginan dari orang yang kita cintai? Semakin cepat dikabulkan semakin baik."Alif tersentak mendengar jawaban Mala yang lebih terdengar seperti raungan keputus asaannya."Maafkan aku, Mala. Gara-gara aku kamu jadi begini. Aku tahu tidak mudah untukmu melakukan semua ini.""Tidak mudah memang
Read more
14. KENCAN DI TAMAN KOTA
Suasa taman kota sore ini sangat ramai. Disana sini tampak beberapa anak muda yang duduk bersama sehabis pulang kuliah untuk sekedar menghilangkan suntuk dan capek pulang kuliah. Di tengah taman itu tampak beberapa keluarga yang sedang asyik bercengkerama sambil melihat anak-anak mereka berlarian kesana kemari. Ada juga beberapa pasang muda-mudi  yang sepertinya tengah dimabuk cinta yang duduk di sudut-sudut taman itu.Mala dan Reza melangkah berbaur dengan ramainya orang disana. Setelah terlebih dahulu membeli sedikit cemilan, diajaknya Mala duduk disalah satu tempat duduk di bawah pohon, melihat wahana hiburan yang juga sangat ramai sambil duduk berhadapan."Akhirnya, setelah kemaren gagal, sekarang Kakak bisa mengajakmu kesini. Kamu lihat sendiri kan, dibanding taman kota dekat kampusmu itu, disini jauh lebih seru."Mala mengangguk. Lagi, dengan sedikit memaksa, Reza berhasil membawanya ke taman kota untuk berkencan. Namun bukan Mala namanya jika dia tid
Read more
15. LUKA
 Malam ini, Alif sengaja mendatangi kost Mala. Rasa rindu pada wanita itu sudah tidak bisa dibendungnya lagi. Berbekal dengan hati yang masih belum pulih sepenuhnya, lelaki tampan itu memasuki pekarangan rumah dan  membujuk  bibinya untuk memberi izin bertemu dengan Mala."Kamu udah makan? Ini aku bawakan sate kacang kesukaanmu. Kamu makan gih!" Alif menyambut kedatangan Mala dengan senyum manis. Bahagia sekali rasanya melihat wanita itu."Aku baru aja selesai makan bareng teman-teman. Kalau aku makan sate lagi nanti aku jadi gendut lo, Lif.""Biar aja kamu gendut, aku akan tetap suka?" balas Alif menatap lekat-lekat wajah kekasihnya."Nanti kalau aku gendut, kamu tidak suka lagi sama aku. Kamu berpaling pada wanita lain. Kumbang bersayap indah sepertimu akan mudah berpindah ke bunga lain" Mala mengerucutkan bibirnya."Itu bukan karakter aku. Tapi, dipikir-pikir, bagus juga kalau kamu gendut, biar lelaki lain tidak ada lagi y
Read more
16. SUPORTER ISTIMEWA
 Mala masih gelisah di kamarnya, dari tadi belum dilihatnya Rena muncul di kostan, padahal sudah larut malam. Dia benar-benar tidak sabar ingin menanyakan semua pertanyaan yang bersemayam di otak pada temannya itu. Matanya sudah mulai mengantuk, disamping kelelahan, rasa pusing yang tadi tiba-tiba menyerangnya belum kunjung hilang."Kamu kenapa, Mala. Dari tadi mondar-mandir nggak jelas begitu." Lusi yang baru selesai menunaikan shalat Isya menatap heran sahabatnya itu."Aku sedang menunggu Rena. Aku ingin bicara dengannya.""Ada masalah apa?" tanya Lusi mengerutkan kening.""Bukan masalah apa-apa. Aku tidak berani membicarakan itu padamu sekarang, takutnya nanti aku jadi suuzhon sama orang lain. Makanya aku harus bicara dulu sama Rena. Maaf, ya!""Walau sebenarnya aku sangat penasaran, tapi aku mengerti dan sangat menghormati pendapatmu." Lusi tersenyum lalu berdiri dan mengambil air minum. "Oiya, besok pertandingannya Alif kan?" tany
Read more
17 RENA
  Mala membuka matanya pelan. Rasa pusing di kepalanya yang masih belum hilang membuatnya meringis. Setelah pupil itu terbuka sempurna, diedarkan tatapan pada ruangan serba putih yang menaunginya, dan didepan pintu masuk, samar, dilihatnya Lusi sedang berbicara dengan dua orang wanita yang sepertinya itu adalah petugas kesehatan."Lusi..." lirih Mala yang langsung mendapat tanggapan dari Lusi dan dua wanita itu."Alhamdulillah... Syukurlah kamu sudah sadar Mala. Kamu pingsan nya lama banget, membuat kami yang ada disini jadi cemas. Barusan petugas UKK berencana mau membawamu ke IGD saja." Lusi membantu Mala yang berusaha untuk duduk."Kalau belum sanggup duduk, berbaring saja dulu, Mala." ujar salah seorang petugas yang menghampiri Mala dan bersiap memasang alat pengukur tensi."Tidak apa-apa, Kak. Aku hanya sedikit pusing." balas Mala sungkan."Sepertinya kamu kelelahan. Terlalu banyak aktivitas tanpa diimbangi dengan ist
Read more
18. RETAK
Sore ini Alif meminta bertemu dengan Mala di taman dekat kampus. Walau sempat dikecewakan karena ketidak hadirannya dalam pertandingan kemaren, namun rasa rindu pada wanita itu jauh melebihi rasa kecewanya.Dari jauh, tampak Mala berlari kecil menghampiri Alif yang sudah duduk menunggu kedatangannya. Hari ini lelaki itu memakai celana jeans yang dipadukan dengan kaos merah, sangat kontras sekali dengan kulitnya yang putih, membuat lelaki itu semakin tampan. Setelah puas dengan rasa kagumnya, barulah gadis itu mengambil tempat  di sebelah kanannya."Lif, aku benar-benar minta maaf, ya. Aku tidak sengaja ingin melewatkan pertandinganmu. Ada hal mendesak yang harus aku lakukan dikampus kemaren, padahal aku sudah bersiap-siap untuk menyusul kelapangan."Gadis itu sengaja berbohong. Dia tidak ingin Alif menjadi cemas jika dia mengatakan yang sebenarnya. Sekarang saja, kondisi tubuhnya masih belum stabil, kadang di saat-saat tertentu rasa pusing akan datang tiba-
Read more
19 EMPAT BELAS  HARI
  Alif mondar mandir tak sabar menunggu kedatangan Reza dibelakang rumahnya. Tadi mereka janjian akan bertemu disini, tapi sudah hampir satu jam menunggu, belum ada tanda-tanda lelaki itu akan datang. Baru saja membuka ponselnya, hendak menghubungi Reza, suara deru motor terdengar memasuki pekarangan depan. Alif yakin, itu adalah orang yang ditunggu-tunggunya. “Akhirnya kamu datang juga, Za. Aku sudah menungggumu sejak satu jam yang lalu. Apa sangat sulit mencari alasan untuk meninggalkan wanita itu?” Alif menyambut kedatangan Reza dengan tatapan sinis. “Wanita mana maksudmu? Bukannya wanita yang sedang kamu bicarakan itu tadi bersamamu?” balas Reza tak kalah sinis. Emosi yang muncul tiba-tiba saat melihat kemesraan Alif dan Mala tadi kembali menyusup kerelung hatinya. Entah kenapa Alif sampai melakukan hal seperti itu, tak ubahnya pagar makan tanaman. Alif menyeringai kecil, “Jangan coba mengalihkan pembicaraan. Kamu pasti tau, yang aku
Read more
20. KEBENARAN YANG MENYAKITKAN
 Rena menatap gelisah pada jam tangannya, pasalnya sudah hampir satu jam dia menunggu Alif, namun lelaki itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Tadi sore, dengan menebalkan muka, dan menguatkan hati jika ditolak, dia memberanikan diri mengajak lelaki itu untuk bertemu malam ini. Dan ternyata,di luar dugaannya, lelaki itu menerima ajakannya.Tadi sore, tanpa sengaja dia menguping pembicaraan Mala dan Lusi. Dari yang didengarnya, ada kemungkinan Alif dan Reza sudah bertemu juga sore tadi untuk mengklarifikasi masalah diantara mereka. Seandainya, Alif meminta Reza mundur, dan ternyata dia bersedia, maka harapannya untuk merebut Alif dari Mala akan hancur. Usaha yang telah dilakukannya selama ini akan menjadi sia-sia.Dia harus segera bertindak. Dia harus mengungkapkan sebuah kebenaran, yang mungkin saja akan merubah cara pandang Alif.Senyuman manis terbit di bibirnya saat dilihatnya orang yang ditunggu-tunggu memasuki kafe tempat mereka janjian
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status