Semua Bab IMAM UNTUK NIRMALA: Bab 21 - Bab 30
63 Bab
21. DAHAN DAHAN PATAH
  Mala beranjak turun dari angkot yang ditumpanginya saat sudah sampai di pantai. Sudah menjadi rutinitas mereka jalan-jalan di pantai setiap minggu pagi. Namun ada yang beda hari ini, jika biasanya lelaki itu akan menjemputnya, sekarang dia diminta datang sendiri. Entah kejutan apa yang akan diterima dari pacar narsisnya itu hari ini. Suasana pantai tampak sangat ramai, banyak orang yang sengaja berolah raga pagi ketempat ini. Ditengah ramainya orang itu, tidak sulit bagi Mala menemukan dimana lelaki tampan itu duduk, karena itu adalah tempat kesukaan mereka. Tempat yang selalu mereka datangi jika mereka kesini. Setelah puas memandangi lelaki itu dari jauh, barulah gadis itu melangkah mendekat dan segera duduk disampingnya. Hanya itu yang bisa dilakukannya, mengagumi keindahan itu dari jauh. Mengagumi wajah yang terukir sempurna itu dengan menjaga jarak, tanpa boleh melakukan kedekatan fisik yang melewati batas. Walaupun, matanya hampir setiap hari disu
Baca selengkapnya
22. BERTEMU BIAN LAGI
  Bian mondar mandir didepan ruangan serba putih itu dengan gelisah. Seseorang yang sedang ada di dalam kamar IGD dan sedang diperiksa oleh dokter itu adalah orang yang sangat dikenalnya. Ya, orang itu adalah Mala. Teman lama sekaligus cinta pertamanya. Bian tak habis pikir, mengapa dia harus menemukan wanita itu dalam kondisi sangat menyedihkan seperti itu. Pingsan di tengah hujan dan tak ada seorang pun yang tadi melihatnya. Mengapa wanita itu begitu bodoh, sudah tahu hujan sangat deras masih juga ditempuh, tanpa alat pelindung diri lagi. Andai saja tidak ada dia, entah bagaimana kondisi gadis itu sekarang.Sebenarnya, hari ini cowok itu berencana mengikuti sebuah acara dirumah wanita yang bersikeras mengaku diri sebagai tunangannya. Katanya ada acara keluarga. Dan entah mengapa, sebenarnya jalan ketempat tujuannya tidak harus melewati pantai, namun hitung-hitung sekalian cuci mata melihat kebiruan pantai, dia memutuskan untuk melewati
Baca selengkapnya
23. HUTANG KE BIAN
 Mala memungut kantong plastik bermerek sebuah toko yang sekarang berisi semua pakaian basahnya dibawah ranjang tempat ia berbaring tadi. Rasa malu yang begitu besar kembali menjalar keseluruh tubuhnya mengingat kalau semua pakaian yang melakat ditubuhnya sekarang, adalah pemberian dari Bian.Tak ingin terlalu pusing memikirkan itu, ia kembali melanjutkan memungut kantong plastik itu dan meletakkan di samping tempatnya berdiri, supaya tidak kelupaan nanti saat keluar dari rumah sakit ini. Tubuhnya sudah mendingan, dan tenaganya sudah mulai  pulih.  Sudah tidak sabaran untuk segera balik ke kamar kost nya dan segela begelung dibawah selimut kesayangannya. Mungkin dengan tidur dan istirahat total kondisinya akan kembali pulih seperti semula. Apa yang dikatakan Bian benar, dia harus bisa menjaga kesehatannya.Bian, lelaki itu sekarang  sedang ke kamar mandi, menunaikan panggilan alamnya. Sebenarnya, Mala sudah memintanya untuk pergi karena kond
Baca selengkapnya
24. PERTUNANGAN
Setelah memarkir motornya dihalaman, Bian melangkah memasuki rumah tempat diadakan acara . Ini kali pertama Bian memenuhi undangan Caca untuk datang kerumahnya. Sebelumnya, sudah sangat sering gadis itu meminta untuk mengunjungi rumahnya, namun Bian merasa segan dan tak ada niat.Sebenarnya, saat berada di rumah sakit menunggui Mala tadi, dia sudah mengabari Caca bahwa dia tidak mungkin bisa memenuhi undangan untuk datang ke acara itu. Namun, gadis itu bersikeras akan menunggunya sampai pukul berapa pun. Terpaksa, setelah melepas kepergian Mala dengan berat hati untuk kembali ke kost-nya sendirian, segera dipacunya motor menuju ke rumah Caca. Dan disinilah dia sekarang, disebuah rumah yang megah dan mewah. Wajar saja, Caca adalah putri salah seorang pejabat ternama di kota ini.Suasana di dalam rumah sangat ramai. Beberapa orang teman-teman kuliahnya yang juga merupakan teman-teman Caca tampak turut hadir dalam ruangan itu. Entah  acara apa ini, Bian juga tidak te
Baca selengkapnya
25. SIAPAKAH YANG MENDUA
Pagi hari sebelum putus dengan Mala.Alif terbangun dari tidurnya dengan kepala yang sangat sakit. Dengan pelan diraihnya selimut berniat melanjutkan tidurnya. Namun gerakannya tertahan, karena tanpa sengaja tangannya malah meraba sesuatu yang sangat halus dan lembut. Dengan menahan denyutan yang semakin kuat dikepalanya, lelaki tampan itu mencoba membuka matanya lebar-lebar dan sesuatu yang sangat membuatnya terkejut terbentang di depan matanya. Disampingnya, seorang perempuan tertidur dengan sangat pulas. Tanpa pakaian selembar benang pun. lalu dengan syok, diapun melihat keadannya yang tidak berbeda dengan perempuan itu. Tak cukup sampai disitu saja, yang lebih mengejutkan lagi adalah, wanita disebelahnya ternyata Rena.Alif menjambak rambutnya dengan frustasi. Apa yang sudah dilakukannya? Dosa apa yang telah dilakukannya semalam? Kejahatan apa yang telah diperbuatnya terhadap perempuan disampingnya itu?Samar-samar muncul kejadian semalam dikepalanya.
Baca selengkapnya
26. TAK GUNA MENANGIS UNTUKNYA
Menjelang tengah hari, saat hujan sudah reda diputuskannya untuk kembali ke penginapan Setibanya di penginapan, dihempaskan tubuhnya dengan kasar di sofa yang ada dikamar itu. Mengusap wajah yang mulai dibasahi air yang tidak mampu ditahannya untuk tidak keluar dari matanya. Kehilangan,.... Yach,... itulah yang sekarang dirasanya. Cinta yang mati-matian diperjuangkannya, kini harus berakhir dalam waktu singkat. Wanita yang setengah mati disayanginya, kini harus dilepasnya dengan cara tragis."Lif..." Suara Rena menyadarkannya. Buru-buru dihapusnya air mata yang mengalir.Wanita itu keluar dari kamar mandi dengan sedikit tertatih. Ditelusurinya penampilan wanita didepannya itu dengan seksama. Bibirnya tampak sedikit pucat, matanya juga memerah. Mungkinkah gadis itu baru saja menangis melihat bagaimana keadaannya bangun tidur? Matanya juga menangkap jejak-jejak merah yang memenuhi leher putih yang terpampang di depannya.Alif membuang pandangannya berusaha menetra
Baca selengkapnya
27 MENERIMA KEKALAHAN
 Pagi ini hujan Kembali turun mengguyur bumi dengan sangat derasnya. Rasanya, jika tidak terpaksa sangat malas rasanya untuk bangkit dari tempat tidur sambil memeluk guling berbungkuskan selimut tebal. Namun, hari ini, karena jadwal kuliah dengan dosen yang sangat galak, maka Mala terpaksa bangun dan meninggalkan kenikmatan di tempat tidurnya.Hatinya masih sangat galau. Tangisannya masih belum sepenuhnya hilang. Namun, dia tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan itu. Hari ini, dia akan menjadi Nirmala seperti hari-hari sebelum luka itu terjadi. Mala yang selalu ceria. Mala yang selalu tersenyum dan membawa keceriaan bagi orang-orang sekitarnya. Luka itu, biarlah akan disimpannya di dalam hati. Bohong, jika dikatakan dia tidak terpuruk, namun berlarut-larut dalam masalah itu hanya akan membuat hatinya semakin sedih. Dia berencana akan menyibukkan dirinya dengan kegiatan-kegiatan kampus guna membantunya untuk Kembali menata hati. Ia mulai m
Baca selengkapnya
28. KONSPIRASI RENA
Dan disinilah mereka bertiga berada, duduk menghadap meja yang sama. Tampak sekali kecanggungan diantara ketiganya. Mala, sebenarnya tidak tahu harus mulai dari mana, rencana yang tadi telah disusunnya dengan matang tiba-tiba sirna saat kedatangan Alif. Lelaki itu masih seperti biasa tampil dengan pesona yang luar biasa. Walaupun dia datang dengan penampilan yang sedikit kusut, mata merah dan rambut yang tak serapi biasanya, namun tak bisa mengurangi ketampanannya. Sejenak Mala kembali terbuai, namun cepat-cepat ia sadar, bahwa tak ada gunanya mengagumi ketampanan itu lagi.   “Duduklah ! Aku sudah pesan makanan, seperti biasa, makanan kesukaanmu.” Sapa Mala berbasa-basi.   “Makasi Mala.” Jawaban yang singkat.   Alif mendudukkan dirinya dikursi tepat dihadapan Mala. Ditatapnya Mala yang sengaja menghindari menatapnya  dengan sibuk mengutak atik ponselnya. Ingin menyapa wanita itu, namun tak tahu harus memulai dari ma
Baca selengkapnya
29. RENA HAMIL
Sudah sebulan berlalu semenjak pertemuan terakhirnya dengan Alif dan juga Rena tempo hari. Seperti tidak terjadi apa-apa, Mala tetap beraktivitas seperti biasanya. Bahkan Lusi, yang merupakan teman sekamarnya pun tidak diberitahunya tentang kisahnya yang telah berakhir dengan Alif maupun Reza. Bicara soal Reza, setelah pertemuan mereka malam itu, sepakat mengakhiri hubungan singkat mereka dengan baik-baik, mereka juga tidak pernah bertemu dan berkomunikasi lagi. Mala bersyukur dengan tidak perlu repot-repot lagi menampilkan wajah sok tegar di depan semua orang yang telah menorehkan luka dihatinya. Namun tidak dengan Rena. Bagaimana juga, mereka masih satu tempat tinggal. Sangat sulit baginya untuk terus-terusan menghindar, apalagi beberapa hari belakangan ini dilihatnya Rena sedikit agresif untuk mendekatinya. Entah apa tujuannya, sepertinya dia ingin sekali bertemu dengan Mala dan bicara dengan sahabatnya itu. Mala memang sengaja tidak memberi celah  Rena untuk
Baca selengkapnya
30. PERPISAHAN
“Mala, apa tidak bisa dipertimbangkan lagi keputusanmu untuk pindah ini?” Malam itu Lusi Kembali berusaha membujuk Mala agar tidak pindah dari tempat yang beberapa tahun ini telah mereka tempati bersama. Rasanya sangat tidak rela melepas sahabat sebaik Mala. “Tidak bisa Lusi. Aku sudah membayar panjar ke pemilik kost yang baru itu. Dan besok, aku akan segera menempatinya.” “Kamu tega banget sih sama aku?” rayu Lusi dengan nada menghiba. “Hehehe…. siapa  juga yang tega. Aku sudah ngajak kamu pindah, tapi kamu tidak mau.” Mala menjawil hidung Lusi gemas. “Aku bukannya tak ingin ikut denganmu, Mala. Tapi sayang saja, uang kontrakan sudah kulunasi sampai akhir tahun, jika pindah sekarang, aku rugi banget. Masih tinggal enam bulan lagi.” “Iya juga sih. BUkannya kita sama, sudah membayar kontrakan di awal untuk satu tahun kedepan.” Mala tersenyum. “Aku pindah juga karena terpaksa. Tidak kuat hatiku jika bertahan semakin lama di sini.”
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status