Semua Bab My Boyfriend : Bab 71 - Bab 80
88 Bab
Part 71
Matanya sudah lelah berjam-jam monoton melihat layar komputer. Kini Dion beralih ke atas ranjangnya, menikmati semilir angin dari jendela kamar yang ia buka lebar. Menunggu kabar dari Robert perihal bermain futsal. Dari pada jenuh, ia menghampiri Ibunya. Menuruni anak tangga, dan mulai mencari. Ternyata Bu Sisi sedang berada di dapur, dan tentunya Maxel yang sudah pulang dari sekolah.Dirinya ikut menimbrung di tengah-tengah Ibunya dan Maxel, melihat di atas meja Bu Sisi sedang memotong sebuah jelly segar dan dingin. Jelly berwarna ungu yang memiliki rasa rasberry. Kemudian dibagikan lah camilan ringan itu kepada 2 anaknya, dalam sebuah piring kecil nan pipih. Mereka bertiga menikmatinya bersama.“Mah, Dion sebentar lagi pamit ya, diajak Robert main futsal.” Celetuk Dion dengan mulut yang penuh jelly.“Iya, tidak usah aneh-aneh lagi.” Sahut Bu Sisi bernada ancaman. “Koko main futsal? Boleh ikut ga?” U
Baca selengkapnya
Part 72
Akhirnya sosok Iris muncul juga. Ia langsung menggandeng tangan Cia kasar, dan menariknya pelan sembari berjalan. Begitu sudah jauh dari sekolah ia melepaskan gandengannya, memasang badan yang siap mengintimidasi. “Benar sekarang kamu jadi pacar Arden?” Celetuk pertanyaan dari bibir Iris. Sontak membuat Felicia menunduk, ia menggigit bibirnya. Lidahnya terasa kaku untuk menjawab. Akhirnya ia hanya mengangguk pasrah. “Kenapa mau sama Arden? Fel, kamu tau sendiri Arden itu childish parah!” Sahut Iris gemas.“Aku harus gimana? Udah terlanjur.” Jawab Felicia tanpa beban.Tak terasa dari sekian obrolan perjalanan mereka sudah sampai dekat rumah, Iris sebelumnya mengajak Felicia untuk singgah sebentar di rumahnya. Tetapi Cia menolak, ia sungguh lelah. Melanjutkan perjalanannya dengan langkah berjalan yang begitu cepat.“Akhirnya sampai rumah juga,” Ujar Felicia sembari menghela nafa
Baca selengkapnya
Part 73
Kini Dion telah bersantai, dan baru saja mengecek ponselnya. Banyak pesan chat dari Farren, ia meminta agar malam nanti menemaninya pergi. Farren meminta ditemani Dion untuk mengunjungi rumah Iris, menghabiskan malam disana. Dion pun segera membalas pesan dari kekasihnya.  “Iya Far, nanti sekitar jam 7 malam ya gua samperin lu.”  Setelah itu Dion beranjak pergi menuju toilet, tubuhnya lengket sehabis bermain futsal. Ia juga akan membasahi rambutnya.  ***  -Farren-  Ia terus memegangi ponselnya, tiba-tiba notifikasi pesan berbunyi. Ia membaca balasan dari Dion, lantas Farren berteriak kegirangan. Seperti biasa ia segera memilih outfit di lemari kacanya.  Terdiam, sambil melipatkan tangan di depan dada. Manik matanya melirik ke kanan dan ke k
Baca selengkapnya
Part 74
“Thank you for tonight, my boy.” Isi pesan dari Farren.  Ponsel Dion berdenting, dirinya telah selesai meminum obat rutinnya. Mendudukkan pantatnya ke dalam kasur yang empuk, meraih ponsel dan melihat siapa yang mengirim pesan tersebut. Seketika kedua sudut bibirnya tersenyum, ia membalas pesan singkat Farren.  “You are welcome, by.” Balasnya.  Tak menunggu lama Farren segera membalas, bahkan Dion masih stay di room chat.  “Aku tidur duluan ya, besok ada praktek pagi banget. Bye.”  Pesan terakhir dari Farren, Dion pun hanya membacanya. Kekasihnya ini adalah siswa di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan dengan jurusan tata boga. Dimana jika praktek Farren akan membuat suatu makanan, dengan plating yang ia buat seindah mungkin, untuk dapat menarik perhatian guru. Dan tentunya mendapat nilai yang memuaskan.    *** Dion tidak langsung tidur, ia menghabiskan waktunya sampai mengant
Baca selengkapnya
Part 75
Kini dirinya sudah berada di dalam kelas, Felicia sedang mengeringkan badannya yang sudah mulai gerah. Ia menitipkan uang jajan kepada Arden, pasalnya Cia sangat lelah. Ia menitip camilan berkuah, bakso pedas manis.Kekasihnya dan ketiga temannya itu tak lama sudah bergabung dengannya kembali. Arden mengambil kursi kosong dipojok paling belakang  kelas, lalu membawanya di dalam lingkup meja kursi Felicia. Lalu Arden mengeluarkan bakso pesanan Felicia dan miliknya sendiri. Bakso pentol dengan kuah kecap pedas manis dan sedikit tambahan sayuran hijau segar. Mereka makan bersama, tentunya Arden menjadi sorotan. Pasalnya hanya ia satu-satunya lelaki yang menimbrung area murid perempuan.Sesekali Felicia menatap Arden diam-diam. Manik matanya menangkap rambut basah Arden, sisa-sisa bermain bola kasti tadi. Lelaki di depannya ini sedang melahap cepat bakso pentolnya, sedangkan Felicia masih sembari meniup-niup karena kuahnya sangat panas.  
Baca selengkapnya
Part 76
Hari ini memakai seragam putih birunya, tidak lupa hijab instan yang menutupi rambut Felicia. Ia sudah siap untuk berangkat sekolah, sedang bercermin sejenak. Lalu segera mengambil tas ranselnya dan ia gendong dipundak.Raganya sudah membonceng di motor, lalu perlahan laju roda motor mulai terasa. Kini dirinya sudah berada di depan gang, Kakek Felicia sedang menengok kanan dan kiri untuk siap menyeberang. Wajahnya perlahan merasakan angin pagi yang sudah tak sejuk lagi, pikirannya kosong. Felicia hanya menatap rumah dan rumah di sepanjang jalan. Tetapi tiba-tiba manik matanya melihat 2 orang remaja, sedang berjalan di depan sana. Tapi anehnya dari punggung orang itu Felicia seperti tidak asing. Ia semakin menatap ke arah depan dengan rasa penasaran yang mulai memuncak. Dan tiba lah motor Felicia melewati 2 sosok remaja tersebut, Felicia terkejut ketika melihat Dion dan Maxim sedang berjalan kaki serta berbincang menuju sekolahnya. Sponta
Baca selengkapnya
Part 77
Di rumah Dion, seperti biasanya sifat kebo atau tukang tidurnya ini selalu keterlaluan. Ia baru saja tersadar pada jam 7 malam, menggeliat kesana kemari. Terkejut dengan kondisi jendela yang masih terbuka, dan lampu yang redup karena belum ia nyalakan.Tubuhnya berjalan malas menutup jendela, lalu menyalakan lampu kamarnya, sembari mematikan AC yang sedari tadi ia gunakan. Tiba-tiba pikirannya tertuju pada pesan Farren, sore lalu. Ia segera mengambil ponselnya, dan mengecek kembali. Ternyata Farren mengajak Dion untuk bermain di alun-alun kota, tapi kali ini tidak mereka berdua saja. Melainkan mengajak Iris dan Velma, tentu saja Dion menyetujui. Ia segera bersiap-siap untuk menghampiri Farren di rumahnya. 15 menit berlalu, kini tubuhnya sudah jauh lebih segar. Rasa malas dan kantuk seketika hilang, ia telah memakai pakaian dan juga celana panjang. Lalu ia segera turun dan berpamitan kepada Bu Sisi. Untung saja Ibunya sedang berada di ruang tamu, ia t
Baca selengkapnya
Part 78
“Far, gua balik dulu ya, udah jam 11 malam.” Ujarnya sembari beranjak menuju pintu keluar. “Iya udah Ko, hati-hati ya. Makasih banget buat hari ini.” Balas Farren kepada Dion.Dion hanya mengangguk, suara langkah kakinya menemani malam sunyi itu. Sesampainya, ia membuka  kunci pintu gerbang, lalu menutup kembali. Berjalan tanpa memedulikan sekitar, Dion segera menaiki anak tangga. Membuka pintu kamarnya malas, dan menutupnya dengan cara menendang. Lalu segera ia rebahkan tubuhnya di atas kasur. Mengecek ponselnya sebentar, ternyata ada pesan dari Felicia dari beberapa jam yang lalu. “Kak, udah sampai rumah?” Isi pesan Cia.Dion yang sudah membaca, segera membalas pesannya. Lalu ia memilih untuk memejamkan matanya.  ***Suara ayam jantan telah berkokok. Gemericik air yang sedari tadi sudah terdengar, menandakan orang rumah mulai menyibukkan dirinya ma
Baca selengkapnya
Part 79
‘Ting’1 pesan masuk berbunyi, Felicia segera merogoh ponselnya di dalam tas ransel sekolahnya. Lalu melihat siapa pengirim rahasia yang mengirimkannya pesan.Isi pesannya berbunyi, “Kata Iris, Cia lagi main di rumah Iris kan? Jangan pulang dulu ya, gua lagi di jalan.” Sontak membuat Cia gugup, lalu manik matanya selalu menyelidik arah luar rumah Iris. Takut sewaktu-waktu Dion datang. Felicia juga sempat berteriak kesal kepada temannya.“Iriiiiis! Kurang ajar ya lu! Lu ngapain kasih tau Kak Dion gua lagi main disini. Dia jadi mau nyusulin gua kan.” Cibir Cia kesal. Raut wajahnya begitu panik, justru Iris cekikikan sambil memegangi perutnya. Lalu ia mulai menggoda Felicia lagi.“Kenapa sih kalo ada Kak Dion? Gerogi ya?” Ujar Iris disertai gelak tawanya di akhir kalimat. “Rese lu!” Jawab Felicia sembari membuang muka. “Yah ngambek, gua beli
Baca selengkapnya
Part 80
Keesokan harinya, Dion yang akan berangkat sekolah dengan sepeda motornya. Ia sudah selesai menghabiskan sarapannya, sepotong roti dengan isi parutan keju serta telur gulung. Lalu ia berpamitan dengan Bu Sisi, bersamaan dengan Maxel dan Pak Johan. Di rumahnya hanya tersisa Bu Sisi seorang diri. Dion memakai seragam sekolah, yang dibalut jaket kulit berwarna hitamnya yang elegan. Mengendarai sepeda motornya, dengan helm full face. Membuatnya makin terlihat keren saat menaiki si black ini. Ia sudah membunyikan klakson tanda perpisahan untuk yang kedua kalinya. Deru motor Dion sangat lah bising, jika pertama kali ia menancapkan gasnya. Melaju lambat, hingga beberapa menit kemudian sampai lah di SMK Ksatria. Ia memasuki kawasan parkir, yang dimana sudah banyak motor berjejer disana. Nyaris telat, untung saja tidak mendapat hukuman di hari pertama masuk kelas.  ***Setelah mencari ruang kelasnya, kini ia sudah memili
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status