All Chapters of My Boyfriend : Chapter 31 - Chapter 40
88 Chapters
Part 31
Sejak kejadian kemarin sore, Farren dan Dion menjadi renggang. Farren untuk beberapa hari terakhir tidak mengirimkan pesan kepada Dion.***-Senin- Hari sudah pagi, menunjukkan pukul 06.00. Dion terbangun dengan mata sembabnya, matanya menjadi sangat kecil menyipit. Ia terbangun karena Snoopy terus saja menggonggong. Mengecek ponselnya yang sudah tergeletak diatas meja kecil, di samping kasur tidurnya. Baterainya sedang mengisi daya. Banyak notif pesan masuk, tentunya saja dari para adik kelasnya. Lalu ia mengumpulkan niatnya untuk mandi. Matanya menatap kosong langit-langit kamarnya, dan tubuhnya mulai menggeliat ke samping kanan dan kiri. Setelah 10 menit bermalas-malasan dengan kasurnya, ia segera bangun dan berjalan menuju kamar mandi dalam. Tetapi sebelum ia mengarah kesana, rutinitas paginya adalah membuka jendela dan gorden yang dimana di depannya ada sebuah balkon kecil melingkar. Dion berjalan memb
Read more
Part 32
Mereka berdua sudah sampai di bioskop. Banyak pengunjung sedang membeli tiket dan menunggu  jadwal film tayang, sembari bersantai di sebuah cafe kecil di lantai 1.Kebetulan mereka sampai sesaat sebelum film di putar. Memilih duduk di dekat pintu bioskop, sementara sambil menunggu petugas bioskop membukakan pintu studio. “Ga takut nonton film horror?” tanya Dion kepada Sofia “Suka banget sama film horror sih, jadi harusnya ga takut.” jawabnya sambil tersenyum menunjukkan deretan giginya***5 menit berlalu, petugas bioskop sudah stand by di depan pintu. Lalu membuka pintu studio, sembari menerima tiket pembelian dari pengunjung. Sofia dan Dion, berdiri mengikuti antrian untuk masuk. Giliran mereka untuk menyerahkan tiket, yang nantinya akan di sobek satu sisi kertasnya sebagai tanda bukti.  “1 atau 2 orang?” tanya seorang petugas berbadan besar yang memiliki raut wajah y
Read more
Part 33
Kali ini ia sendirian. Merebahkan tubuhnya diatas sofa yang empuk, dan membenarkan posisi tidur agar nyaman. Laptopnya ia taruh diatas perutnya. Jari-jarinya mulai sibuk menekan keyboard, fokusnya tidak untuk hal lain selain game yang akan ia mainkan sekarang. Suasana ruang tamu yang hening, ruangan yang gelap, serta sepinya jalan raya di samping rumahnya. Seakan-akan membuat audio yang muncul dari laptopnya itu suatu hal yang bising.Jam menunjukkan pukul 19.00 malam. Dion sudah menjadwalkan waktu untuk bermain gamenya selama 2 jam saja, sisanya ia pakai untuk membaca materi ujian sekolah hari kedua esok pagi. Setelah setengah jam berlalu, Dion dikejutkan oleh suara ketukan pintu dari arah luar rumahnya. ‘Tok tok.’ Dian langsung terperanjat dari sofanya, mengambil posisi berdiri untuk melihat siapakah gerangan tamu yang datang.Saat ia memegang gagang pintu, dan membukanya ia mendapati sosok
Read more
Part 34
Kejadian malam itu berakhir begitu saja, Dion yang tak lama memutuskan untuk pulang. Tidak ada pembahasan lanjut tentang peristiwa yang baru mereka alami. Justru Dion mendapat notif pesan, jika ia ditambahkan di sebuah grup yang beranggotakan Farren, Velma, Iris dan dirinya. Sempat terjadi percakapan di dalam grup yang mereka buat, tetapi tak berlangsung lama. Mata Dion sudah tidak tahan lagi, ia langsung tak sadarkan diri. ***-Selasa- Alarm andalan Dion sudah berbunyi. Suara ketukan pintu yang keras dan berulang, membuatnya tersadar dari tidurnya yang lelap. Membuka matanya, menggeliat sambil menguap. Suara ketukan pintu itu tidak ada jeda, sembari diiringi suara teriakan dari Bu Sisi.“Dion! Dion! Bangun sudah jam 06.30 ini. Kamu kesiangan! Ayo bangun! Dion!” ucap Bu Sisi lantang “Iya mah, baru bangun aku.” jawabnya lemas tanpa membukakan pintu kamarnya “Buruan mandi.&rdqu
Read more
Part 35
 Dokter dan perawat sudah turun dari ambulans. Mereka bertemu Max yang mengarahkan dimana pasien yang akan di bawa. Sebelum mengikuti jejak Max, perawat membuka bagasi mobil untuk mengambil tandu ambulans. Setelah itu mereka mengikuti Max dengan gerakan gesitnya.Pintu uks sudah terbuka, perawat dan dokter lebih mudah masuk dalam membawa tandu. Bu Sisi yang sempat terkejut, melihat para tim medis sudah di dalam uks segera melepaskan pelukannya dari Dion. Lalu Dion segera di bawa dengan tandu. Ia masih menangis, tim medis pun mendorong tandu dengan cepat. Sesampainya di halaman sekolah, Dion segera dimasukkan ke dalam mobil. Ia segera diberi oksigen. Disana tersedia 1 tabung oksigen yang besar. Setelah memasang selang oksigen ke hidung Dion, perawat segera mencari Bu Sisi yang masih berada di dalam sekolah. Lalu mengajaknya segera bergabung ke dalam ambulans untuk menemani anaknya.Mobil ambulans segera meluncur ke rumah sakit. Membunyikan sirene nya p
Read more
Part 36
Dengan memasang raut wajah yang muram, lalu ia menghela nafasnya. “Dengar-dengar dari teman kelasnya, tiba-tiba sewaktu sampai di depan kelas tubuhnya tersungkur ke lantai. Entah apa penyebabnya, sudah sempat ditangani oleh petugas PMR sekolah. Sudah cukup baik, tetapi dalam waktu yang cepat rasa sakit di dadanya dan sesak nafas makin menjadi-jadi. Terus datang ambulans, tadi bapak lihat kalo ga salah dari RSU Santa Elisabeth.” ucap pak satpam memberi penjelasan kepada Zelen“Oke, makasih pak.” jawab Zelen sambil mengusap air matanyaLalu ia berjalan menuju mobilnya, setelah memakai seatbelt segera melajukan mobilnya. Zelen berkendara dengan terburu-buru, suara tangisnya makin pecah ketika ia sudah di dalam mobil. Melampiaskan emosinya itu dengan cara mempercepat laju kendaraannya. Dan membunyikan klakson siapa saja yang menghalangi jalannya.Zelen memang sudah gila! Dengan waktu yang sangat singkat, ia sudah ber
Read more
Part 37
Tatapan Pak Johan seakan-akan siap menginterogasi Dion. Dion yang mulai takut dirinya akan diberi beberapa pertanyaan dari ayahnya itu, segera memutar otak untuk mencari alasan.“Sekarang jujur sama papah, kamu minum-minum dimana?” ucapnya tegas kepada Dion “Apaan si pah, Dion ga minum. Dion Cuma ngerokok aja kok.” “Asal kamu tau ya, kamu boleh penasaran sama apa itu minuman alkohol atau merokok. Tetapi pesan papah cuma 1, kamu kalo mau terjun ke hal seperti itu ga boleh main belakang. Harus di depan papah, kita join bareng. Dan kalo misal papah tau kamu diam-diam main belakang, awas  aja! Lagian kamu harus siap atas resiko apapun itu, atas efek dari minuman alkohol atau pun merokok dalam jangka panjang.” “Iya pah, Dion mengerti.” Setelah memberi wejangan kepada Dion, Ia berjalan menuju Bu Sisi dan merangkulnya. “Koko sih kalo di bilangin bandel, rasain
Read more
Part 38
Tepat pukul 17.00 sore, mereka bertiga menyudahi dunia pemancingan di sungai. Pendapatannya cukup banyak, mereka membawa 2 ember berukuran sedang berisikan ikan mujair. Ketika mereka kembali, Dion melihat Farren yang baru saja keluar dari rumahnya. Farren berjalan mendekati Dion yang sudah sampai di depan rumah. “Habis dari mana ko?” tanya Farren kepada Dion“Ini habis mancing sama bokap.” “Oh, dapat banyak? Ngomong-ngomong nanti malam ada acara ga?” “Kenapa?” “Ingin ajak kamu jalan. Berdua atau sama Velma dan Iris juga boleh.”“Kabari aja ya, jam dan tempatnya. Gua mau bantu nyokap dulu bersihkan ikan.” “Oke deh, nanti gua kabari lewat grup. Bai” Farren yang melambaikan tangan ke Dion, hanya dibalas senyuman tipis. Lalu dirinya menyeberang menuju warung depan rumahnya itu. ***
Read more
Part 39
“Lu udah lihat beritanya?” tanya Max “Udah kok, kenapa sih? Biasa aja kali! Kalo lu naksir  sama Zelen ya ambil aja.” “Dih! Mulut babi bilangnya.” “Pindah kamar buru. Mau ada yang datang.” ucap Dion sambil berjalan menuju kamarnya“Siapa?” jawab MaxAkan tetapi Dion tidak menjawab balik pertanyaan dari Max. Ia fokus menaiki satu persatu anak tangga. Sesampainya di kamar, Dion memilih duduk diatas kasurnya sambil bermain ponsel. Sedangkan Max, ia memainkan gitar, karena sedang mencoba lagu baru untuk memperdalam skill nya. Ia belajar kata kunci dari lagu tersebut melalui akun youtube miliknya. Dion kembali mengamati layar ponselnya dengan cepat, berharap gadis itu segera membalasnya. Tetapi nihil, hasilnya masih sama saja. Sofia belum membalas lagi pesan dari Dion. Berbarengan dengan suara teriakan Pak Johan dari bawah, yang suaranya tidak cukup jelas bag
Read more
Part 40
 Semua sudah berkumpul di meja makan, dengan seragamnya masing-masing. Menghabiskan sarapan buatan Bu Sisi. Seperti biasa sebelum menjalankan rutinitas hariannya, Pak Johan dengan terang-terangan mencium kening istrinya di depan anak-anak dan Max. Lalu Maxel segera membuntuti Pak Johan sampai masuk ke dalam mobil. Sedangkan Dion dan Max masih asyik bermain ponselnya, mereka berdua menunggu waktu masuk sekolah kurang dari 5 menit. Karena jarak rumah dan sekolah Dion yang kini sangat dekat. ***-Sekolah- Tepat jam 07.00 pagi, Dion dan Max sudah berada di kelas. Mereka siap mengikuti ujian terakhir di sekolahnya. Sebelum memulai, pengawas yang dimana merupakan guru dari sekolah itu sendiri merasa sedih, karena dalam  waktu dekat ia akan melepas anak-anaknya untuk berlanjut ke SMA atau SMK. “Anak-anak berhubung hari ini adalah ujian terakhir bagi kalian semua, semoga kalian bisa benar-benar mengerjakan dengan bai
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status