Semua Bab SANG KAPTEN: Bab 51 - Bab 60
144 Bab
Bab 51. BABAK BARU
Tanpa melepas atributnya, sosok itu duduk di depan laki-laki tua yang sedang mengepulkan asap rokoknya. Menikmati suasana yang dia ciptakan bersama sekutunya. "Besok terbitkan Headline tentang kepemilikan barang bukti dan tes urine positif milik kapten itu!" Titahnya sambil melihat raut muka pemuda itu. "Aku pastikan anak perusahaan Zakaria akan jatuh ke tanganmu." Mendengar itu, sosok bercadar itu hanya mengangguk-anggukan kepala. "Pastikan semua berjalan lancar. Tak ada kata gagal!" Laki-laki tua itu kembali mengeluarkan ultimatumnya. "Ambil bagianmu." Lalu menyodorkan cek kosong kepada sosok misterius itu. "Isi sendiri." Sekali lagi laki-laki tua itu melanjutkan ucapannya. "Katanya bangkrut, tapi kok tambang dolarnya masih bejibun!" gumam pemuda bercadar itu. Tentunya di dalam hati. Lantas meraup cek kosong itu dan beberapa saat kemudian pemuda itu sudah meninggalkan ruangan itu denga kendaraan roda duanya. Sementara
Baca selengkapnya
Bab 52. MULAI TERKUAK
"Ini, tidak mungkin, kan?" teriak Gama seketika. Dan netranya benar-benar dia tajamkan untuk kembali melihat ke arah rekaman cctv. Sosok tinggi tegap dengan penutup kepala dan muka berdiri di samping seseorang. Bukan itu yang membuat Gama tercekat hingga salivanya seolah kering di tenggorokan. Tapi seseorang yang duduk di sana dengan gayanya mengepulkan asap rokoknya.  Gama sangat mengenal orang itu. Bahkan terlalu mengenal. Dia, Prabu Mangkunegara. Ayah kandungnya. Hampir tubuhnya terhuyung dan beringsut ke belakang. Arka dan Celine dengan cepat menangkap tubuh tinggi kekar itu. "Gama, kamu baik-baik sajakan?" tanya Celine langsung membimbing pemuda tampan itu untuk duduk. "Arka! Pastikan siapa orang itu!" ucapnya keras tapi bergetar. Sekali lagi Arka mengulang rekaman cctv itu. Dan memang benar itu Prabu Mangkunegara dan sosok di sampingnya itu seolah Arka merasa familiar. Apalagi dengan cincin orang itu. Seperti pernah lihat. Tapi lupa
Baca selengkapnya
Bab 53. KEBEBASAN TANPA SYARAT
Celine Fazah Arufiah, dokter cantik itu terpana sesaat mendengar bisikan erotis yang semakin menggetarkan hatinya. Kali ini jiwanya melambung ke langut 7, hasratnya menuntut lebih. Pernyataan sang pujangga membangunkan segala bentuk imaginasi yang terpendam selama ini. Tanpa jawaban dengan kata-kata dokter muda itu semakin mengetatkan dadanya dengan tubuh kekar berotot itu. Semakin meraup bibir yang sudah membuatnya berimaginasi tinggi itu. Bahkan kini dia membiarkan tangan Gama bertahta di atas tubuhnya. Sentuhan kecil di pangkal pahanya membuatnya menjerit nikmat.  Gama Pramudia merasakan sesak dengan celana jeans yang dipakaiya, ketika tangan mungil itu dengan lembut menemukan sesuatu yang membuatnya mendesah dan semakin menggigit bibir kenyal itu dengan kuat. Jeritan terakhir mereka menyudahi permainan panas yang berlangsung hampir 45 menit itu. Kedua makhluk itu terengah bersama di atas pembaringan pasien. Mata Celine meredup dengan
Baca selengkapnya
Bab 54. ORANG MISTERIUS
Axelle menatap layar ponselnya yang beberapa detik yang lalu sudah terputus panggilan telponnya. Dahinya ditekuk sedemikian rupa. "Siapa, rupanya berani bermain-main denganku!" desisnya terlihat marah. "Mungkinkah ini berhubungan dengan kasus kemarin." batinnya. "Sayang!" Agak tersentak Axelle mendengar panggilan itu. Gadis kesayangannya itu sudah muncul dengan wajah sumringah. "Ada apa? Adakah yang meneror?" Axelle mengerutkan kedua alisnya. "Apakah kamu juga diteror?" Jadi bener, kamu diteror?" Axelle menutup mulut kekasihnya dengan tangannya yang kekar. "Ssttt! Kecilin suaranya!" Arbia mengangguk-angguk persis anak bocah. Dia lalu terdiam. "Siapa yang mengancam kamu, Sayang?" tanya Axelle kemudian. Arbia hanya menatap tubuh jangkung itu lalu membuang muka. "Apa kira-kira kamu mengenalnya?" Axelle kembali menatap wajah gadi pujaanya itu. "Apa sudah menerima rekaman cctv itu?" Arbia mena
Baca selengkapnya
Bab 55. ORANG BERCADAR ITU, DIA--
Mendengar suara itu milik Arbia, secepat kilat laki-laki gagsh itu berlari menuju kendaraan roda duanya. Dan tanpa me unggu waktu dengan kecepatan tinggi dia melajukan motornya kearah lokasi Arbia. "Arka! Susul Axelle! Terjadi sesuatu dengan Arbia." Ucapan Gama yang belum selesai sudah tak didengar oleh Arka. Laki-laki membanting setir dengan kecepatan tinggi mengejar Motor Axelle. Sedang Arbia masih mengyingsut mundur melihat langkah kaki seseorang yang ada di dalam kegelapan itu. Ketika dia tubuhnya membentur diding tembok, jantungnya sesaat berhenti berdetak. "Ka-kamu, sia-pa?" suaranya bergetar dan tergagap.  Dan laki-laki itu terus mendekat hingga wajahnya yang tertutup oleh pelindung muka terdengar mendengus. "Tenanglah, Cantik. Kamu akan baik-baik saja. Jangan ketakutan seperti itu." Suara yang besar itu menggema di ruangan yang gelap gulita itu. Hanya ada lampu sudut itupun jauh di seberang mereka. Seseorang yang b
Baca selengkapnya
Bab 56. WASPADA
Axelle memperhatikan perubahan sikap dan air muka Arbia ketika melihat kedatangan Praditia Wicaksana. Terlebih ketika gadis itu melihat Praditia menyingkap sarung tangannya dan menyimpannya di saku jasnya. "Apa kabar, Bi. Maafkan semalam, Saya nggak bisa datang dan nggak sempat mengabarimu. Saya ada makan malam dengan klien." ucapnya memandang wajah Arbia yang kembali memucat setelah melihat sosok Praditia dengan sarung tangannya. Trauma yang menyerang Arbia dari semenjak peristiwa itu kini semakin meradang. Tiba-tiba tubuhnya menggigil dan terlihat ada sesak di dadanya yang kemudian jadi batuk-batuk kecil. "Bi! Arbi!" teriak Arka panik melihat gadis kesayangannya itu tiba-tiba kejang-kejang.  Axelle dengan sigap memeluk kekasihnya. "Panggil dokter, cepat!" teriaknya mulai histeris. Tidak ada 5 menit dokter khusus yang menangani Arbi datang dan menyuntikkan obat penenang. Hanya itungan detik gadis itu terkulai dan tertidur.
Baca selengkapnya
Bab 57. TERKUAK
Gama Pramudiaduduk menghadap kecarah sosok yang saat ini terlihat sangat rapuh. Kesombongannya beberapa jam yang lalu luruh seketika. Tak terlihat seorang pengacara satu pun yang mendampinginya.  Berkali-kali laki-laki tua itu menatap pemuda tampan itu, seolah memohon sesuatu. "Papa, katakan satu orang yang terlibat di belakang papa, pengajuan berkas Papa akan segera diproses." suaranya terdengar bariton, namun masih terkendali.  Sedang sang ayah masih saja dsngan tarapan menghiba. "Apa Papa diancam?" Seketika perubaha ekspresi mukanya terlihat jelas. Dan itu cukup buat seorang Gama. Celine, wanita yang bergelar dokter ahli jantung yang baru satu hari kemarin resmi di pacarinya itu sudah banyak mengajarinya tentang ilmu psikolog. Wanita muda itu selalu mengajari bagaimana membaca tabiat dan katakter seseorang hanya dengan melihat ekspresi dan tingkah laku yang tergambar jelas dari tubuh seseorang. Dan saat ini apa yang dieksp
Baca selengkapnya
Bab 58. MELAKSANAKAN RENCANA
"Jadi, kamu sudah tahu?" ucap Gama bernada pertanyaan tapi diiringi dengusan kesalnya. "Butuh bukti untuk mengirimnya ke hotel prodeo!" ucap Axelle tegas tapi dingin. Dan sesekali menatap ke arah jendela. "Tapi, Aku nggak menyangka kalau dia dalang di balik semua." Gama menyandarkankan bahunya pada dinding dekat jendela di ruangan VIP. "Dia punya motif yang kuat mekakukan itu. Aku rasa dia sudah lama merencanakan semua skenario ini. Jauh sebelum ayahnya menghilangkan nyawanya sendiri." Axelle membuang napasnya dengan dengusan kasar. Sesekali menoleh ke arah pembaringan. Dilihatnya gadis yang teramat dia cintai itu masih ada dalam pengaruh obat penenang. "Sudah berapa lama gadis kamu itu tertidur?"  "Hampir 4 jam." jawab Axelle terus memandangi wajah Arbia yang pias dan pucat. "Aku rasa dia mengalami masa yang sangat menakutkan hingga dia trauma begitu." "Itu yang jadi pemikiranku." sambar Axelle menyela kata-kata s
Baca selengkapnya
Bab 59. SKENARIO
Arbia menatap ke arah pintu. Degub keras itu berusaha ia tahan, namun rasanya dia ingin menubruk Axelle, mendekapnya dan memeluknya erat tanda ia ingin dilindungi dan diselamatkan dari situ. Masa 15 tahun silam seakan terulang lagi, ketakutan yang luar biasa, dan kepanikan yang menderanya. Masih terekam jelas peristiwa kemarin mala, bagaimana laki-laki bercadar itu mencengkramnya dengan keras, menyentuh dan menjamahnya dengan kasar disetiap lekuk tubuhnya. Membuat ketakutan dan kepanikan saat itu tak terkendali. Axelle Narendra, sosok kapten tampan dan gagah itu semakin mengeratkan genggaman tangannya pada jemari gadis kesayangannya itu. Dia tahu, Arbia sedang melawan rasa takut dan traumanya dengan susah payah. Dia paham, sangat paham. Di depan pintu itu ada seseorang yang dengan kejamnya mengharap gadis cantik ini kembali tertidur dengan ketakutan dan kepanikannya tanpa terbangun lagi. Seolah belajar dengan bahasa isyarat, genggaman pada jemari Arbia ia per
Baca selengkapnya
Bab 60. SAKSI KUNCI
Arbia menguatkan tumpuannya pada sisi bantal di pembaringannya. Matanya mengerjab cepat melihat bayangan Praditia sudah menghilang. Dia mengatur napasnya yang sedari tadi sudah tidak normal. Denyut jantungnya sudah tak karuan lagi. Menaha ketakutan dan trauma yang begitu membuatnya menderita. Bahkan mungkin dia membutuhkan seorang terapis untuk menyembuhkan traumanya yang begitu hebat itu. Dengan tangan thremornya, Arbia menggenggam kertas memo itu. Ingin rasanya dia menyobek pesan memo itu. Tapi rasanya dia penasaran apa isi pesan singkat itu. Apakah berupa ancaman atau kata-kata yang akan membuat traumanya kambuh. Masih dengan jantung yang berdegub keras, Arbia melayangkan pandangannya ke segala arah. Tak didapatinya kedua sosok yang teramat dia sayangi. Arka dan Axelle.  Arbia mencoba mengatur dan menetralisir suasana hatinya supaya biar bisa rileks dan santai. Mencoba untuk mengatasi segala ketakutannya. Sedang di lain tempat Arka ter
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
15
DMCA.com Protection Status