All Chapters of Wolf fair eyes: Chapter 21 - Chapter 30
77 Chapters
21! Peraturan kelompok
Rambutnya terbebas indah dengan manik-manik bintang berbagai ukuran. Hal itu dipermanis dengan sesuatu mirip bando bermotif bunga sakura rambat. Warnanya yang putih bersih tampak memimpin rambut hitam legam.Sayangnya keindahan itu tidak ditunjang dengan raut riang Alice. Perempuan itu tidak bersahabat untuk bernafas dengan korset yang mencengkam. Bergemulai anggun dengan fantovel. Serta berterbit elegan dengan senyum yang membosankan. Ini tidak benar.Tawa renyah yang seakan mampu melubangi indra pendengaran menusuk jauh ke ulu hati Alice. "Tersenyumlah Putri Alice. Biarkan keindahanmu melemahkan hati Pangeran." Senyum itu tidak pernah redup. Siapa lagi yang berani menertawakan anggota kerajaan kalau bukan pengikut Alice yang satu ini. Kalau saja Alice tidak menjadi tameng beberapa kali di masa lalu. Pasti perempuan di belakangnya ini telah tewas terbakar.Alice berbalik di posisi dulunya. Saat ini dirinya membel
Read more
22! Peraturan kelompok 2
"Tapi Putri. Seberapa kuatpun kau melindungi dirimu sendiri. Menyelinap dari penjagaan ketat. Kita tidak bisa melupakan jati diri kita, yang hidup berkelompok." Insley mengingatkan lagi. Entah untuk kesekian kali dalam hidup demi keselamatan Alice. Meski pendengar tidak bergeming.Sejujurnya tidak ada pembagian kasta dalam hutan LeNight. Setiap pemimpin kelompok yang menjadi raja atau panutan, itulah yang bertanggung jawab sebagai pembuka jalan. Dan seluruh pengikut tentu harus bergerak seirama dengan rajanya. Tapi sayangnya ada beberapa peraturan yang tidak selaras dengan keinginan Alice. Sampai ia menjadi salah satu yang menyimpang. Andai saja pemikiran Alice yang miring tidak di imbangi kenyataan bahwa dirinya adalah anak raja, tentu ia sudah dibuang dari kelompok atau lebih sadisnya dibakar.Sebenarnya tidak ada yang salah dengan peraturan kelompok Mercia. Ayahnya sang Raja tentu ingin memperluas kekuasaan dan hubungan kekeluargaan sep
Read more
23! Kekecewaan
Aturan konyol dalam kelompok. Alice tidak bisa ditunjuk memeragakan apapun. Ini bukan typenya sama sekali.Alice tidak begitu tau siapa leluhurnya terdahulu yang mencetuskan perluasan kekuasaan sampai membuat suatu kerajaan. Yang jelas dahulu sekali Mercia hanya  sekumpulan kecil tanpa nama serta dipimpin satu kepala. Tetapi seiring berkembangnya waktu mereka mulai mencetuskan ide untuk pembagian tugas. Memperbanyak kawanan dengan menyatukan beberapa kelompok dari perkawinan. Tujuannya hanya satu, pembagian tugas dengan satu pemimpin satu tujuan. Dengan begitu juga tidak akan ada saingan antar spesies.Tidak ada yang berani menentang peraturan ini. Sekali membuka suara menyimpang maka kau harus membuat kelompok baru, sendirian, yang sesuai dengan pemikiranmu.Sampai sekarang menjadi sebuah kerajaan besar dan Alice menjadi bagian terhebat putri Raja. Ia tidak bergeming kagum. Anehnya ia memiliki sikap dan kelakuan yang
Read more
24! Boneka
"Dia punya sesuatu. Yang tidak kita miliki. Ini bukan soal cahaya, ini juga soal peratuan," Adolph merendahkan suaranya. Hal itu dilakukan atas dasar memperkecil api yang telah menyekat keduanya sejak awal."Hanya orang-orang konyol yang mampu diperbudak oleh aturan leluhur," gumamnya tanpa menutup-nutupi udara.Dilihatnya Ardolph yang tampak tegas dengan rahang dan mata biru. Alice tau jika ayahnya tersebut akan berteriak masuklah ke kabin dan jalani hukumanmu! Sesuatu yang tidak asing lagi baginya. Alice tidak masalah jika harus dicambuk seratus kali.Tapi kali ini Alice tidak ingin mendebat lagi. Ia akan mencari celah yang lain. Celah untuk mendapat semua informasi."Haruskah pembicaraan ini berlanjut ke topik Ratu?" Suaranya lebih rendah satu ketuk dari sebelumnya. Ia bahkan tidak pernah tau bagaimana rupa seseorang yang melahirkannya. Hanya dari sebingkai lukisan. Yang bahkan berbeda jauh dar
Read more
25! Aroma mawar dan tanah
Suara riuh yang terus saja berpindah arah mengelitik telinga Ananta. Diam dalam kehanyutan tanpa tau banyak hal membuat ia seakan terpenjara hebat. Pada akhirnya ketika Ananta sudah cukup lelah dengan bisunya membuka mulut sepersekon tekatup lagi.Ia dengar suara decitan kursi dari arah depan. Dyn duduk memulai duduk santai sembari membuka salah satu buku yang ia bawa dari salah satu ruangan rumah tersebut."Apa yang sedang kau lakukan?""Tentu saja membaca. Hmm," Dyn melirik Ananta sekilas. Sadar akan kenyataan jika lawan bicaranya berbeda dari kebanyakan. Terkadang ia sedikit penasaran mengapa Ananta bisa buta. Tetapi apa pedulinya? "menyelidiki sesuatu.""Cahaya biru laut?" Pertanyaan Ananta menggantung ditempat. Beberapa sekon tanpa jawaban. Ananta beranggapan jelas bahwa itulah yang sedang menjadi fokus Dyn saat ini.Ananta tidak memiliki misi apapun begitu masuk dan menginja
Read more
26! Darurat
Sesekali meringis ngilu ketika Insley mengobati luka di punggungnya. Menarik nafas dalam yang entah kenapa kamar itu mendadak terasa sesak menurut Alice."Kau bukakan jendelanya dulu!" Alice berujar tidak sabaran. Sedari tadi ia memerintahkan Insley untuk membuka jendela. Tetapi pesuruhnya yang lemot ini tidak memberi respon yang positif."Tidak tuan Putri. Takutnya nanti ada orang yang mengintip. Aku bisa panggilkan yang lain untuk mengipasi," Insley hendak beranjak dari hadapan Alice yang tenggah meringkuk di ranjang sambil tengkurap, tetapi dengan gesit dicekal Alice.Sampai Putri kesayangannya itu menekan anak-anak giginya, "buka jendelanya sekarang juga! Atau kupotong lehermu bersama pria kurang ajar yang mengintipku!" di akhir kalimat Alice berteriak kencang kepada Insley.Tergesa-gesa menghampiri jendela, semilir syahdu udara merasuk secara perlahan. Insley mendekat ke arah Alice lagi, membersihkan
Read more
27! Crazy pounding
Geraman bintatang buas kembali terdengar makin kencang. Buku yang tadinya berada diatas meja mendadak terpelanting ke tanah bersamaan dengan meja yang di dorong kuat. Menciptakan bunyi keras yang membuat Ananta semakin terkejut.Ada yang aneh di sini. Ananta tidak bisa melihat apapun. Dyn menghilang setelah berujar, "seharusnya aku tau sejak awal!"Dan segalanya digantikan dengan geraman binatang buas. Pikiran Ananta mendadak buntu terserang panik. Ia hanya bisa mundur. Memegang kuat-kuat tongkat penunjuk arahnya sebagai satu-satunya senjata jikalau ada yang menyerangnya.Ananta tau ini hal yang genting dan perlu diwaspadai. Aroma dari tubuhnya menghilang. Ananta bahkan baru tersadar sepersekon yang lalu kalau aroma tanah dan mawar telah lenyap dari tubuhnya. Diganti dengan bau alami keringat manusia.Tidak ada suara jejak kaki, hanya geraman yang semakin keras semakin mendekat. Ananta makin mundur hingga
Read more
28! Awkward
Serigala yang tadinya bersuara dengung pilu mirip anjing saat kedatangan Alice tersebut entah kenapa Ananta tidak mendengar hewan itu lagi. Kemana perginya.Setelah tragedi Ananta tergeletak tak berdaya dengan kondisi tubuh yang tidak bisa dibilang baik. Alice memboyong pemuda tersebut masuk kembali ke pondok. Duduk rehat di depan pintu yang bertangga. Merasakan udara malam yang dingin mencengkam.Rupanya kejadian di mana Ananta di serang beberapa waktu lalu malam telah larut. Siang atau malam, keduanya sama saja gelap.Suara tepakan kaki dari dalam pondok berangsur mendekat. Memilih duduk beriringan di samping Ananta."Tidak banyak yang tersedia di pondok selain air putih dan buah. Aku menyuruh Dyn ke Kota untuk membeli makanan."Ananta memusatkan telinganya ke arah sumber suara. Bukan nada sesal yang menjadi perhatiannya kali ini. Kata 'kota' yang di sebut Alice, apa itu hanya desa Merci
Read more
29! Take your eyes off
Derap langkah memasuki pondok secara tergesa. Ananta lebih menajamkan pendengarannya. Memasang sikap waspada diruang tamu yang sebelumnya telah ditata Alice beberapa saat yang lalu.Dan entah karena apa. Alice yang saat ini tengah duduk di depan Ananta berangsur berdiri kemudian berujar, "apa yang terjadi?" Alice menyelidiki seluruh inci tubuh Dyn yang saat ini tidak membawa apapun. Pesanan Alice, membuat perempuan tersebut mengeratkan rahang.Dyn melirik sekilas pada Ananta, sadar akan itu keduanya berangsur menepi setelah Alice berpamitan pada Ananta sebentar. Meninggalkan pemuda itu dalam kebingungan.Ananta ingin berdiri, mendekat kemudian bertanya. Tetapi ia tidak berhak atas apapun. Membiarkan derap langkah keduanya berangsur menjauh keluar rumah. Yang perlu ia waspadai lebih lagi, Ananta tidak bisa percaya pada siapapun.Rasa kantuk yang sepersekon lalu merapat kini ditepis brutal oleh kecemasan. Tengah malam tetapi Ananta tidak juga merehatkan tub
Read more
30! Leave me! Plis
Selama beberapa jam Ananta terlelap dalam bius yang diberikan Alice padanya lewat jeruk. Bius yang cukup aneh karena bekerja ketika seseorang tersebut mendapat kesakitan.Fajar jelah menyingsing lebih tinggi. Sebentar lagi ketika matahari telah mencapai titik seperempat bumi. Segalanya akan terjadi. Raja akan marah. Dan Dyn ditugaskan untuk segera membawa Ananta pergi sebelum pencarian sang Raja. Tetapi masalahnya sejak tadi Ananta belum juga sadar.Dyn mengalihkan perhatian dari jendela kamar ke arah ranjang kayu dengan buntalan bantal tipis. Terlihat ada pergerakan. Ananta terbangun dengan sedikit pening di kepalanya.Sadar akan sesuatu, pemuda itu hendak meraih kain putih yang digunakan untuk menutup matanya.Sotak saja Dyn langung mencegah. Dan berujar dengan serius bahwa Ananta saat ini telah selesai dioperasi. Masih dalam pemulihan.Seseorang tidak mungkin bangun dalam keadaan ri
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status