Semua Bab The Reason Why: Bab 81 - Bab 90
93 Bab
80. Ketegangan Suasana
PERHATIAN! BAB INI MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN FISIK, DAN KATA-KATA KASAR! ----- Athena memejamkan mata, takut. Namun ia tidak merasakan sakit apapun. Karena tidak ada suara lagi setelahnya, Athena mencoba membuka mata perlahan. Dan yang ada di depannya saat ini adalah sosok Fredi sedang mengenggam pisau yang tertancap di perutnya. “KAK FREDI!” Athena memekik. Athena bisa melihat dengan jelas wajah Fredi yang menahan rasa sakit tanpa suara. Sementara gadis itu melirik ke arah Samsul yang saat ini memasang wajah terkejut sekaligus ketakutan. Pria paruh baya itu mundur perlahan dengan gerakan kikuk. “Bu-bukan gue … bukan gue yang nusuk dia!” Samsul membeo. Matanya melotot ke arah Athena dan Fredi bergantian. Fredi jatuh terduduk, masih menahan pisau di perutnya dan berusaha tidak bergerak. Athena meronta sekuat tenaga agar ikatan pada tangan dan kakinya di kursi melonggar. Sudah tak terukur seberapa banyak Athena menangis, gadis itu terus
Baca selengkapnya
81. Krisis Kondisi
Ares melihat kesadaran Athena perlahan menghilang. Lelaki itu memeluk Athena yang terkujur di atas lantai dingin penuh debu. Bau amis darah dapat tercium olehnya. Pandangan Ares perlahan mengabur karena genangan air mata yang tanpa sadar sudah siap untuk terjun. “Ana …” suara Ares lirih. “Bangun, Ana …” Para pengawalnya masuk, dan langsung menangkap pelaku utama, yaitu Samsul. Beberapa pengawal juga berjalan ke pojok ruangan karena melihat satu orang lain yang tergeletak. “Tuan Fredi?” Atensi Ares yang awalnya hanya terfokus pada Athena, teralihkan karena pekikan kaget dari Malik. Kepalanya ikut memutar untuk melihat ke arah pandang yang dituju semua orang. “Kenapa bisa Tuan Fredi ada di sini? Tuan? Apa Tuan bisa mendengar suara saya?” Malik mengguncang tubuh Fredi, dan memeriksa denyut nadinya. “Perut Tuan Fredi terkena tusukan. Cepat bawa tandu dan panggil ambulan!” Selama ambulan belum datang, Malik dan pengawal lainnya melakukan pe
Baca selengkapnya
82. Pelukan Ketenangan
Esok hari pun datang. Baik Athena maupun Fredi sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Keluarga Athena bergantian menjaga di rumah sakit—kecuali Roy. Ares pun sesekali melihat keadaan Athena yang masih membutuhkan istirahat. Lelaki itu harus membuat berbagai alasan agar bisa masuk ke dalam ruang rawat Athena, karena Alfred dan Alvin tidak memperbolehkannya muncul di hadapan Athena. “Ares!” Ares yang sedang duduk termenung di kursi tunggu depan ruang rawat Athena pun menoleh karena panggilan seseorang. Ares bisa melihat Xavier dan Sela yang berdiri sambil mengatur napas karena berlarian di koridor rumah sakit. “Di mana Fredi?” tanya Xavier langsung. “Ruang VIP lantai 7.” Ares menjawab dengan nada pelan. “Oke. Gue lihat kondisi dia dulu. Nanti gue balik ke sini lagi.” setelah mengucapkan kalimat itu, Xavier langsung berlalu dari hadapan Ares. Sela yang masih berdiri di sana, memutuskan untuk duduk di sebelah Ares. “Gimana keadaan kak Athe
Baca selengkapnya
83. Konflik Orang Dewasa
Esok hari datang. Malik berlarian menuju ruang kerja Adikara sambil membawa tab kerjanya. Dengan tergesa, Malik mengetuk pintu ruang kerja Adikara, dan begitu mendapat persetujuan untuk masuk, Malik melangkah—setengah berlari, ke dalam ruangan itu. “Permisi, Pak.”         “Ada apa? Kau terlihat buru-buru sekali.” “Ini kondisi darurat, Pak. Informasi mengenai nona Athena Amerta sebagai korban yang disandera oleh Samsul bocor ke media. Berita yang keluar memang tidak menyebutkan nama asli, tapi menyebutkan ciri-ciri dan inisial nona Athena.” Malik menjelaskan sambil mengulurkan tab kerjanya yang telah menampilkan sebuah artikel berita. Pada headline berita tersebut tertulis ‘Identitas Seorang Sandera Kasus Penculikan Terkait Keluarga Konglomerat Terungkap’. Malik juga menggeser layar untuk menunjukan artikel berita kedua dengan judul ‘Jadi Kekasih Keluarga Konglomerat, Teran
Baca selengkapnya
84. Keteguhan Hati
Beberapa saat sebelumnya. Ares yang sedang duduk di depan ruang rawat Athena mendapat telepon dari Malik. Asisten Papanya itu memberikan kabar yang cukup mengejutkan, yaitu fakta bahwa Roy harus dibawa ke rumah sakit karena mengalami serangan jantung. Saat Ares menerima telepon, kebetulan Alfred keluar dari ruang rawat Athena, dan lelaki yang lebih muda 3 tahun dari Ares itu juga sedang menerima telepon dari seseorang. Ketika pandangan mereka bertemu, baik Ares maupun Alfred seperti bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran masing-masing. “Jangan kasih tahu Nana soal ini.” begitu kata Alfred setelah menutup teleponnya. “Nggak bisa. Ana harus tahu. Lagipula om Roy pasti dapet perawatan terbaik setelah pindah ke rumah sakit tempat nyokap gue kerja. Di sana juga udah ada donor untuk beliau.” “Lo lupa sama kondisi Nana sekarang? Lo mau bikin dia tambah drop?” Alfred sudah bersiap melayangkan tinju seandainya Ares kembali membantah. “Alfr
Baca selengkapnya
Pengumuman
Haloo para pembacaku sekalian di manapun kalian berada.Ini pertama kalinya saya menulis catatan penulis untuk para pembaca. Dan untuk yang pertama kalinya ini, saya ingin memberikan informasi sekaligus meminta maaf kepada para pembaca sekalian.Dalam beberapa hari ke belakang, saya tidak update bab terbaru The Reason Why dikarenakan kondisi kesehatan saya yang naik turun. Saya tidak bermaksud memberi alasan apapun karena keterlambatan update ini. Namun, selain kondisi kesehatan saya, masalah lainnya adalah sibuknya jam perkulian saya yang padat. Jujur saja, perkuliahan yang padat dan hari libur saya gunakan untuk mengerjakan tugas yang sangat banyak (meskipun sudah saya cicil), ditambah rapat organisasi kampus. Mungkin karena terlalu banyak kegiatan itulah, tubuh saya mengalami drop, kurang tidur, dan juga panas dalam.Karena itu saya meminta maaf jika para pembaca sekalian menunggu bab terbaru The Reason Why. Saya hanya bisa menulis sedikit demi sedikit di waktu yang
Baca selengkapnya
85. Akhir dari Sebuah Alasan
Dua puluh menit telah berlalu. Athena dan Ares keluar dari ruang rawat Roy usai menemui pria paruh baya itu. Raut wajah Athena menggambarkan perasaan yang lebih lega dari sebelumnya, namun garis-garis khawatir masih kentara di sana. “Kamu lebih lega sekarang?” Ares bertanya sambil mengusap pelan punggung gadis yang lebih pendek darinya itu. Athena mengangguk pelan. “Iya. Walaupun cuma bisa sebentar ketemu, karena ternyata Papa harus banyak istirahat sebelum operasi. Aku lega udah bisa nunjukin kalau aku baik-baik aja ke Papa, dan Papa juga dengan bijak ngerti situasinya meskipun aku tahu ini semua enggak mudah diterima sama Papa, terlebih Papa sama sekali enggak ngelarang aku buat ketemu sama kamu.” Athena dan Ares duduk di kursi tunggu depan ruang rawat Roy. Tangan Ares tidak pernah melepas rangkulannya pada bahu Athena. “Aku ikut lega kalau kamu lega.” Ares mengusap puncak kepala Athena. “Aku masih enggak nyangka akhirnya Papa punya kesempatan untuk sembuh kayak dulu lagi, Res.
Baca selengkapnya
86. Bersiap untuk Awal yang Baru
Tiga hari kemudian Athena sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Luka jahitannya sudah mengering dan hanya perlu datang untuk check-up beberapa kali. Sementara Roy sudah mendapat jadwal operasi yang akan dilaksanakan dua hari berikutnya. “Na, lo yakin enggak mau balik sama gue?” Sidney yang datang untuk menjemput Athena keluar dari rumah sakit, kini sedang memberikan ekspresi cemberut sambil menopang dagunya. “Sori ma fren, gue udah janjian balik sama Ares.” Athena menjawab tanpa nada sesal sama sekali. Tangannya fokus memasukkan baju-bajunya ke dalam tas. “Oh jadi gitu ya? Karena sekarang lo udah nemuin true love, sampe sahabat sendiri lo lupain.” Bukannya merasa bersalah mendengar nada kesal Sidney, Athena justru tertawa. “True love? Istilah lebay apa lagi, tuh?” Sidney yang semula meletakkan kepala pada ranjang rumah sakit yang telah dirapikan, kini bangkit berdiri dan mendekat ke arah Athena dengan wajah tidak percaya. “Apa? Lo bilang lebay? Coba sini gue cek dulu.” Sidn
Baca selengkapnya
Epilog
“Menurut kalian arti kehidupan itu apa?”Athena membuka episode podcastnya dengan sebuah pertanyaan.“Apa kalian pernah bertanya-tanya kenapa kalian hidup selama ini? Apa kalian pernah mencari tahu alasan kenapa Tuhan menciptakan kehidupan untuk kita? Mungkin saja selama ini Tuhan membiarkan kita hidup untuk merasa. Kehidupan yang kita jalani ini dilewati dengan tawa, tangis, cinta, luka, tantangan, cobaan, dan hikmah di balik itu semua.”“Dalam pencarian jati diri, aku menemukan hal-hal baru tentang sebuah rasa yang sebelumnya tidak pernah ada. Sebuah rasa benci yang muncul tiba-tiba bisa membawa hidupku sampai di titik ini. Kenapa bisa begitu? Ya, mungkin saja karena emosi itu bisa berkembang—entah ke arah yang lebih baik, atau lebih buruk.”“Banyak di antara kita pasti punya rasa yang mengganjal di hati, entah karena apa sebabnya, yang jelas kita tidak pernah ingin perasaan itu ada di hati kita. Perasaan itu bisa berkembang dan terus berkembang menciptakan jati diri kita. Pada dasar
Baca selengkapnya
Extra Chapter I: Roller Coaster
Satu tahun kemudian …Athena sedang merapikan meja di dalam studio siaran kampusnya. Kertas-kertas script yang berisi poin-poin penting isi siarannya berserakan hingga ke bawah meja. Itu semua terjadi karena Sidney yang tiba-tiba datang ke dalam studio siaran sambil berteriak—padahal dirinya jelas-jelas sedang on-air—dan hal itu menyebabkan dirinya diberikan hukuman untuk merapikan studio sementara rekan satu club nya sudah pergi lebih dulu.“Lama banget sih, Na!”“Ini semua karena lo yang teriak di dalem ruang siaran! Suara lo masuk dan akhirnya ngebocorin siaran live gue!”Sudah satu tahun Athena menjalani kehidupan kampus—yang sialnya harus dilewati juga bersama Sidney—dan selama itu pula Athena tidak bisa menjalani hari yang normal sebab ulah Sidney yang sering seperti hari ini; tiba-tiba datang ke studio saat Athena sedang siaran, atau masuk ke kelas Athena di tengah presentasi dosen.“Salah siapa lo ngotot beda fakultas sama gue. Jadi gue harus selalu nyariin lo ke sini!” Sidney
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status