All Chapters of The Reason Why: Chapter 71 - Chapter 80
93 Chapters
70. Situasi Sisi Lain
Dua hari sudah berlalu. Waktu ujian semakin dekat. Selama itu pula jam belajar Athena dan Sidney selaku kelas 12 semakin padat. Mereka bahkan merasa waktu berjalan sangat cepat karena masa SMA nya sebentar lagi berakhir. Yang artinya pula, mereka akan dihadapi tryout, ujian percobaan, dan ujian sekolah—karena ujian nasional sudah ditiadakan.Kelas lebih hening dari biasanya karena banyak dari para murid kelas 12 IPS-A yang hanya menunduk membaca modul pelajaran dan latihan soal. Meski saat ini kelas Athena dan Sidney mendapat jam kosong karena guru-guru harus rapat dadakan, tapi kenakalan-kenakalan yang biasa dilakukan oleh kelas 12—terutama kelas IPS, diminimalisir oleh mereka sendiri. Mungkin karena mereka sadar bahwa di tingkat akhir bukan lagi waktunya main-main.“Argh! Bisa meledak otak gue kalau disuruh belajar terus!”Sidney adalah murid pertama yang mengeluh di kelas 12 IPS-A selama 30 menit mereka semua membaca modul ata
Read more
71. Pemutusan Hubungan
Kelas tambahan yang diikuti Athena dan Sidney telah berakhir. Meski yang tersisa seharusnya hanya kelas 12 yang mengikuti kelas tambahan, namun Ares dengan setia menunggu Athena di depan kelas. Lelaki itu memakai buds dan sibuk menatap ponselnya sampai tidak menyadari bahwa Athena sudah berdiri di sebelahnya.Athena menepuk pundak Ares, lelaki itu menoleh kemudian tersenyum. Ares melepaskan sebelah buds-nya, sementara Athena bertanya, “Lihat apa sih?”“Oh ini … bukan apa-apa.” Ares segera memasukan ponsel dan kedua buds ke dalam tempatnya, “Udah selesai kelasnya? Yuk.”Meski wajah Ares kurang meyakinkan, namun untuk saat ini Athena membiarkannya, “Padahal nggak usah nungguin sampai kelas tambahan selesai.”Mereka berdua berjalan ke arah parkiran di mana mobil Ares berada. Sebelumnya, Sidney sudah pamit lebih dulu untuk pulang—sengaja tidak ingin berada di antara dua or
Read more
72. Persetujuan Yang Ditunggu
Mobil Ares sudah sampai di depan pagar rumah Athena sejak lima menit yang lalu. Namun di antara Athena dan Ares belum ada yang berniat untuk bergerak lebih dulu. Ares merasa ingin menghabiskan waktu bersama Athena lebih lama, sedangkan Athena sedang berbicara dengan dirinya sendiri apakah harus bertanya kepada Ares atau tidak tentang satu pertanyaan yang selama ini ia simpan.“Mau ngomong apa?” Ares membuka suara lebih dulu.“Eh? Kelihatan, ya?” Athena salah tingkah.Ares mengangguk cepat, “Iya. Dari tadi kamu gelisah gitu, terus bibir kamu kembang kempis kayak ikan kehabisan napas. Mau ngomong, tapi nggak jadi. Kenapa?”“Ah itu. Maaf sebelumnya kalau ini bakal menyinggung, tapi apa boleh aku tahu kenapa kamu selalu bawa mobil ke sekolah? Padahal bawa motor juga bisa, dan lagi … nggak ada murid yang berani bawa mobil karena takut ngabisin lapak parkir untuk guru dan staff lain. Cuma kamu yang dari awal kaya
Read more
73. Berakhirnya Minggu Kelam
Hari-hari telah berlalu. Hingga tiba waktunya ujian tryout untuk Athena, Sidney, dan seluruh kelas 12. Atmosfer pagi di sekolah sangat mencekam, terutama di laboratorium komputer lantai 3 yang menjadi tempat ujian tryout dilaksanakan. “Na, lo ngerasa nggak sih ada aura gelap di lantai tiga?” tanya Sidney saat dirinya dan Athena sedang berjalan menuju kelas mereka untuk meletakkan tas. “Kita bahkan belum masuk ke lab, loh. Masa auranya udah sampai sini? Yang gelap mungkin aura lo, Sid. Dari tadi muka lo bete banget.” Athena membalas dengan candaan. “Bukan bete, gue tertekan. Kayaknya rasa tidak percaya diri mulai melahap gue, Na.” Sidney semakin bergidik ngeri. Athena tertawa, “Melahap? Udah kayak monster aja. Lagian, emangnya lo nggak belajar dulu sebelum ujian?” “Udah, tapi ya … you know, sistem kebut semalam.” Sidney menyengir tanpa dosa. Athena hanya bisa menggeleng melihat tingkah sahabatnya. Ia sebenarny
Read more
74. Warna Dalam Gelap
Akhirnya hari Pentas Seni sekolah pun tiba. Banyak sekali poster-poster yang terpajang sepanjang 100 meter sebelum gerbang sekolah. Beberapa standing poster juga menyambut di depan gerbang sekolah dengan dekorasi yang sangat menarik. Poster tersebut berisi informasi mengenai kegiatan Pentas Seni dan juga bintang tamu yang akan mengisi acara. Karena PENSI di sekolah Athena itu memang dibuat untuk umum, sehingga siapapun bisa membeli tiket di tempat—tepatnya di stan tiket yang berada di dekat parkiran agar mudah ditemui pengunjung. Setiap kelas juga harus ditata dengan beragam dekorasi dan hiasan. Karena selain penampilan dari perwakilan tiap kelas dan bintang tamu, OSIS juga membuat perlombaan dekorasi kelas—yang mana jika kelasnya berhasil mendapat gelar “Kelas Terunik dan Terindah” akan mendapatkan hadiah berupa uang tunai. Athena dan Sidney datang pagi-pagi sekali untuk membantu teman sekelas mereka mempercantik kelas. Dalam waktu setengah jam, akhirnya me
Read more
75. Berita Buruk
30 menit yang lalu, sebelum Ares mencari Athena, lelaki itu menerima telepon dari Malik. Ares yang sedang menata kelas bersama teman-temannya, terpaksa menghentikan kegiatannya dan menerima telepon di tempat sepi. “Halo, Malik? Ada apa?” tanya Ares langsung pada intinya. “Maaf kalau saya mengganggu waktunya, Tuan. Tapi saya harus segera mengabarkan ini secepatnya. Salah satu pengawas yang ada di sekitar Nyonya Hera seperti melihat adanya gerak-gerik seseorang yang mencurigakan, jadi beberapa pengawas yang ada di sekitar Tuan Ares akan dikerahkan pada Nyonya.” Malik melaporkan dengan lugas dan tegas. “Orang mencurigakan di sekitar Mama? Kalau gitu kerahkan sebagian ke sana. Jangan sampai Mama kenapa-napa, Malik.” wajah Ares sedikit panik, namun ia berusaha tetap tenang. “Baik. Terima kasih atas pengertiannya. Sehubungan dengan ini pula, Tuan diminta untuk lebih berhati-hati oleh Pak Adikara.” “Jangan khawatir. Di sekolah sedan
Read more
76. Hilangnya Kabar
Sudah hampir satu jam Athena berada di dalam mobil yang menjemputnya di depan sekolah. Namun bukanya tiba di tempat tujuan, Athena malah merasa hawa di sekitarnya berubah menjadi dingin. Seperti alam bawah sadarnya tahu kalau ada sesuatu yang mulai tidak beres. “Maaf, Pak. Tapi kantor polisinya di mana ya? Kenapa kita belum sampai juga?” Athena bertanya dengan nada yang sangat hati-hati. Pria yang sedang mengendarai mobil itu meliriknya, “Mereka tertangkap di Jakarta.” “Jakarta?” ulang Athena. Pria paruh baya itu mengangguk. Posturnya tetap tegap, dan wajahnya datar. “Kamu bisa menenangkan diri dulu. Ada botol air mineral di dalam situ, ambil dan minum dulu.” Athena hanya mengangguk, ia membuka dashboard mobil, kemudian mengambil satu botol air mineral berukuran kecil, lalu meneguk isinya. Perasaan kacau dan pikiran yang panik membuatnya haus. ‘Mungkin perasaan nggak enak ini karena gue khawatir sama AL’ Athena membat
Read more
77. Penghinaan Terbesar
PERHATIAN!!! BAB INI MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN FISIK, DAN KATA-KATA KASAR!!! ----- Athena terbangun karena merasakan sakit pada pergelangan tangan dan kakinya. Begitu ia membuka mata, hanya gelap yang terlihat karena matanya tertutup oleh kain. Mulutnya juga direkatkan menggunakan lakban. Athena berontak sekuat tenaga ketika dia bisa mendengar suara langkah kaki yang mendekat, berharap mendapat pertolongan. “Athena Amerta.” Athena bisa mendengar namanya disebut oleh seorang pria. Terdengar seperti suara orang yang memberikan kabar bahwa kedua adik kembarnya ditangkap, melalui telepon. “Orang yang paling berharga bagi Ariel,” Athena bisa mendengar pria itu melanjutkan. Gerakan tubuhnya terhenti begitu mendengar nama Ariel disebutkan. Athena mulai merasa ketakutan lebih dari sebelumnya. “Sayangnya … Ariel juga udah nggak ada. Jadi sekarang lo berharga bagi siapa?” Athena bisa merasakan bahwa tubuh lelaki itu mendekat, ka
Read more
78. Kemunculan Pelaku Lain
Ares menjambak rambutnya sendiri dengan frustrasi, tangannya mulai gemetar dan mengeluarkan keringat dingin, badannya tidak bisa diam barang sedetik pun. Dita yang melihat gelagat keponakannya yang sudah mencurigakan, mulai mengetikan sebuah nomor di ponselnya secara diam-diam. “Dita, gimana ini?” Ares semakin gelisah. Beberapa menit sebelumnya, Samsul langsung mematikan sambungan telepon setelah menghitung mundur. Yang mana membuat Ares mengeluarkan teriakan marah sambil membanting ponselnya sendiri. Mereka tidak tahu apa yang Samsul lakukan pada Athena. Seketika itu pula Ares merasa tubuhnya mengigil karena rasa bersalah telah memprovokasi Samsul. “Tenang, Res. Gilang masih ngelacak nomor telepon itu.” “Jakarta itu luas, Dita!” Ares yang frustrasi membentak tantenya sendiri. Wanita dengan perut yang semakin membuncit itu berusaha untuk duduk dengan tenang. Sementara Malik kembali dengan wajah sedikit lega, seperti baru mendapat sebuah harapa
Read more
79. Sebuah Dongeng Kelam
PERHATIAN! BAB INI MENGANDUNG UNSUR KEKERASAN FISIK, DAN KATA-KATA KASAR! ----- Athena menatap lurus ke arah Fredi yang jalan mendekat. Mulutnya terkunci rapat, bukan karena direkatkan dengan lakban, namun karena kata-katanya menghilang sebelum sampai di tenggorokan. Tanpa sadar tangan yang terikat di belakang tubuhnya bergetar. Fredi masih memberikan senyum manis, yang mana malah semakin membuat Athena bergerak menjauh karena instingnya merasakan tanda bahaya. “Ouch, gue terluka, nih. Kenapa lo menjauh?” Fredi berlagak tersakiti. Athena menggeleng kencang, masih belum bisa mengeluarkan suaranya. “Kenapa? Kaget banget, ya?” Fredi bertanya sambil tangannya bergerak menyingkirkan anak rambut yang jatuh di wajah Athena, “Ya ampun, pipi lo berdarah!” Fredi bergegas mengambil sebuah kotak usang dari kayu yang ada di pojok ruangan. Athena memperhatikan gerak-gerik Fredi dengan waspada. Lelaki itu mengeluarkan sebuah plaster luka yan
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status