Semua Bab The Reason Why: Bab 61 - Bab 70
93 Bab
60. Tercekik Kenyataan
Ares terdiam selama beberapa saat. Sementara Dita dan rekannya kembali membaca berkas-berkas, juga menyimak sebuah video rekaman dari black box mobil di sekitar tempat kecelakaan Ariel. Adikara dan Malik meninjau berkas kasus penculikan yang pernah dilakukan oleh Samsul.Beberapa menit kemudian, pintu ruangan terbuka. Hera berdiri di ambang pintu bersama seorang pria paruh baya yang dikenal sebagai Dokter Anwar.“Mama?” Ares terkejut.Hera melirik pada Ares sekilas lalu pandangannya menyapu ruangan. Hera berjalan mendekat ke kursi Adikara, kemudian duduk pada kursi kosong di sebelahnya.“Selamat sore, Dokter Anwar.” sapa Adikara.Ares yang baru sadar akan kehadiran Dokter Anwar menoleh cepat ke arah pria paruh baya yang sudah dipersilakan duduk oleh Hera di sebelah Ares.“Apa lagi ini?” wajah Ares berubah datar, “Kenapa Mama bawa Dokter Anwar?”“Kita bahas itu di rumah ya,
Baca selengkapnya
61. Pengungkapan Rasa
Dua hari sudah berlalu. Athena dan Sidney kembali dengan aktivitas biasa mereka—pergi ke sekolah, mengikuti kelas tambahan hingga sore, dan Sidney lebih sering ikut rapat bersama OSIS sebagai pihak eksternal. Namun dalam dua hari itu, Ares tidak masuk sekolah. Tidak ada kabar mengenai lelaki yang beberapa hari ini membuat sekolah dihebohkan oleh berita-berita seputar dirinya. Hal itu juga yang membuat Athena resah dan khawatir, meski dirinya berkata telah menyerah dan tidak ingin ikut campur lagi dengan urusan yang menyangkut Ares, namun di dalam hatinya ia semakin merindukan wajah lelaki yang selalu merubah-ubah suasana hatinya.Kini, Athena hanya bisa meletakan kepala di atas meja meski bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tiga menit yang lalu. Sambil menunggu Sidney selesai dengan urusannya bersama OSIS, Athena menyibukan diri dengan melamun dan menghela napas beberapa kali.Pintu ruang kelasnya berdecit, seseorang masuk ke dalam. Athena sudah tidak memilik
Baca selengkapnya
62. Tahap Penerimaan
“Gue juga sayang sama lo, Ana.”Athena sontak menoleh terkejut. Ia bisa melihat Ares sudah terbangun dan sedang menatap ke arahnya. Athena mendadak salah tingkah. Namun hal pertama yang dirasakannya adalah kelegaan karena melihat Ares baik-baik saja.“Ah, gue harus panggil nyokap lo—”“Please don’t.” potong Ares.“Kenapa?”Ares terdiam. Ia melihat kondisinya sendiri, dan kembali menatap Athena, “Alasan gue selalu marah dan hilang kendali tiap bangun… itu karena wajah mereka yang pertama gue lihat. Kenyataan yang udah gue dapetin, bener-bener bikin gue kecewa sama mereka.”“Ares…”“Ana, Please. Gue udah berusaha nerima semuanya… tapi tiap lihat wajah Mama, apalagi Papa, gue merasa sangat-sangat marah karena mereka udah merahasiakan semuanya dari gue.”Athena mengangguk pelan, kemudian dia kembali
Baca selengkapnya
63. Cinta Pertama
Athena sampai di depan pagar rumahnya. Malik mengantarnya hanya sampai depan komplek atas permintaan gadis itu. Karena sebenarnya Athena memilih untuk pulang sendiri, namun Hera menyuruh asisten suaminya itu untuk mengantarnya. Athena belum sempat menceritakan apa saja yang ia dan Ares bicarakan pada Hera, karena harus langsung pulang.Gadis itu melangkah masuk ke dalam setelah melewati gerbang utama. Ia bisa melihat mobil Papanya yang sudah terparkir di garasi, dan satu mobil lain yang entah milik siapa. Jantungnya mendadak berdetak lebih cepat dari biasanya. Menebak-nebak apa yang sedang terjadi sampai harus membuat Papanya pulang lebih awal dan meneleponnya.“Aku pulang.”Athena membuka pintu, ia melangkah masuk. Menoleh ke kanan dan ke kiri. Ia bisa mendengar suara orang yang sedang mengobrol di ruang utama. Sekali lagi Athena menarik napas dalam dan mengembuskannya sebelum memunculkan diri di ruang utama.Ketika ia melangkah lebih dalam,
Baca selengkapnya
64. Kebiasaan Baru
“Siapa yang tunangan?”Athena menoleh, “Ares?!”Lelaki yang menggunakan seragam dilapisi sweter itu mendekat. Kedua tangannya dimasukan ke dalam kantong celana. Suasana kelas sudah mulai ramai, dan Ares lagi-lagi menyebabkan belasan pasang mata tertuju ke arah mereka.“Kok lo sekolah? Bukannya lo masih harus istirahat?” tanya Athena, lebih seperti pernyataan.Ares hanya milirik singkat ke arah Athena, “Sid, apa maksud lo tadi? Siapa yang tunangan?” ulang Ares.“Bukan tunangan, kita cuma—”“Gue tanya ke Sidney.” potong Ares.Gadis yang namanya disebut itu mendengus, “Nana sama cinta pertamanya.”“Cinta pertama?” kali ini mata Ares mengarah kepada Athena tajam, “I think you don’t know about love, are you?”Athena menghela napas pelan, kemudian menoleh ke sekitar, teman-teman kelasnya masih menata
Baca selengkapnya
65. Informasi Lainnya
Bunyi bel pulang sekolah membuat murid berhamburan keluar dari kelas setelah merapikan alat tulis mereka. Banyak dari mereka yang ingin cepat pulang karena merasa pengap terus belajar, ada pula yang memiliki urusan lain di luar sekolah, atau bahkan ada yang harus menjaga anggota keluarganya di rumah. Sedangkan Athena, justru tidak ingin cepat pulang karena takut bertemu dengan kedua orang tuanya yang mungkin saja menyuruhnya untuk jalan bersama dengan Aditya.Dalam hati Athena memikirkan perkataan Ares, kalau ia memang harus menanyakan alasan orang tuanya tiba-tiba menjodohkannya dengan Aditya. Namun ia juga takut, kalau ternyata alasan itu malah membuatnya tidak bisa menolak perjodohan dengan Aditya.“Huh… ini kan bukan dunia fiksi.” Athena mengeluh, meletakkan kepalanya pada meja.Sidney di sebelahnya bersiap-siap untuk mengikuti rapat bersama OSIS yang diadakan setelah jam sekolah berakhir.“Kita ada di dunia yang skenarionya u
Baca selengkapnya
66. Suara Pengantar Tidur
Paginya, Athena berpikir bagaimana cara untuk bertanya kepada orang tuanya tentang alasan mereka yang tiba-tiba menjodohkannya dengan Aditya. Selama sarapan, di dalam kepalanya hanya terlintas pertanyaan apa yang seharusnya ia ajukan lebih dulu untuk mengawali topik itu.“Ehem…” Athena berdeham, “Gimana kerjaan Papa di kantor?”Pertanyaan yang dilontarkan Athena berhasil membuat empat orang—Elva, Roy, dan kedua adik kembarnya, terdiam dan menatap ke arahnya heran.“Kenapa Nana tiba-tiba penasaran?”“Iya, tumben banget.”Kata Alfred yang langsung ditimpali Alvin.Roy tersenyum kecil, “Papa senang kamu bertanya,” katanya, “Kerjaan Papa di kantor baik-baik saja, Nak. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan apa yang menjadi urusan orang dewasa.”Athena mengangguk paham, “Berarti aku boleh tanya urusan yang berhubungan sama aku sendiri?”&ldquo
Baca selengkapnya
67. Runtuhnya Pertahanan
Dalam sebuah ruangan berisi 3 orang yang sedang sibuk dengan tugasnya masing-masing, hanya ada sebuah suara jam dinding yang berdetik. Ruangan itu adalah tempat yang sama di mana Ares pernah muncul di tengah-tengah ‘rapat’ yang sedang dilangsungkan oleh Adikara, Malik, Dita dan juga rekan kerja Dita.Sekarang, ruangan di dalam sebuah gedung sederhana dua tingkat itu diisi oleh Dita, Malik, dan Arka—rekan kerja Dita. Mereka masih berkutat dengan laptop dan berkas untuk meninjau ulang kasus yang berkaitan dengan Samsul, dan berusaha mencari apakah ada hubungannya dengan kecelakaan yang dialami oleh Ariel.“Ini!”Pekikan Dita membuat Malik dan Arka menoleh serempak.“Apa yang lo temui?” Arka mendekat.“Gue coba cari rekaman CCTV di sekitar sekolahnya Ares dan Athena, gue nemuin ini. Karena daerah situ nggak banyak CCTV, dan sayangnya di kota ini memang sulit akses CCTV-nya, jadi gue cuma bisa nemuin soso
Baca selengkapnya
68. Kata Maaf Yang Terlambat
“I don’t know. Episode ini bukan lagi tentang cinta. Bukan lagi tentang luka dan segala jenis persamaannya. Kali ini benar-benar tentang aku, seorang remaja biasa yang harus banyak berpikir… apa yang harus kulakukan selanjutnya?”Athena membuka episode podcastnya. Ia membuatnya tanpa script kali ini.“Mungkin selama ini kalian mengenal aku sebagai Sang Kebijakan. Ya, karena memang itu arti namaku. Athena itu adalah Dewi Kebijaksanaan, dan aku menyebut diriku sendiri Sang Kebijakan. Tapi kali ini aku tidak bisa menjadi seseorang yang bijak seperti biasanya. Sudah kubilang, aku hanya remaja biasa, bukan Dewi dari Mitologi Yunani. Aku bukan putri kesayangan Zeus, aku hanya anak dari pria biasa yang bisa sakit, marah, dan egois.”Athena berusaha menahan air matanya sebelum melanjutkan, “Mendengar kabar itu membuat aku seperti menemukan jalan buntu. Meski aku percaya, kalau Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebih
Baca selengkapnya
69. Syarat Dua Pihak
Athena termenung di atas kasurnya. Sudah satu jam lebih ia hanya duduk sila sambil memeluk bantal kesayangannya. Kepalanya dipenuhi oleh pertanyaan tentang apa yang harus ia lakukan. Meski Ares dan Sidney sudah berusaha meyakinkannya, namun tetap saja ia terus kepikiran. Lagipula, tidak mudah mencari donor yang cocok dalam waktu dekat ini.Pintu kamar Athena diketuk dari luar. Gadis itu tersadar dari lamunan, kemudian dengan suara yang agak keras ia mempersilakan siapapun yang mengetuk pintu kamarnya untuk masuk.“Hai, Nana.”Alfred muncul di ambang pintu, diikuti oleh Alvin. Mereka berdua masuk ke dalam kamar Athena, dan tanpa dipersilakan pun, keduanya sudah membawa tubuh mereka untuk ikut duduk di kasur kakak perempuannya.“Pasti berat, ya?” tanya Alvin.Athena membuang napas pelan, “Yang gue heran adalah, kenapa kalian nggak kaget sama sekali soal Papa? Jangan-jangan kalian udah tahu?” mata Athena menyipit cu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status