Semua Bab Menantu Sultan: Bab 71 - Bab 80
83 Bab
Rahasia Jalu
Citra Lola membawaku ke salah satu sudut rumah yang sepi, tidak ada orang yang melihat aku dan dirinya di sini. Si kecil dalam rahimku gelisah, seolah merasa ada sesuatu yang akan terjadi ketika gadis di hadapanku ini mulai bertingkah aneh.“Ada apa?” tanyaku segera, sambil menempelkan punggungku di dinding, waspada dengan segala pergerakan Lola. Apapun bisa ia lakukan saat ini. Walau dia memang tak pernah menyakiti aku secara langsung, tetapi setidaknya aku tahu jika dia gadis yang nekat. Aku tak boleh gegabah.“Puas kamu caper di sini, hah?”“Caper?”“Iya caper! Kamu sengaja kan sok lemah supaya orang-orang pada khawatir, terus cuma merhatiin kamu doang?!”Aku paham, ternyata Lola sedang melabrakku seperti anak-anak skeolah yang baru mengenal cinta dan rebutan lelaki. Aduh, bukan levelku seperti ini. Masalah hidupku jauh lebih pelik dibandingkan cuma caper pada orang lain demi p
Baca selengkapnya
Malaikat Kecil yang Kelak Memanggilku Mama
Malaikat Kecil yang Memanggilku Mama Citra Kepalaku terasa di awang-awang, sekelilingku terlihat gelap dan sangat sunyi. Tubuhku seolah sedang diayun dengan menggunakan sebuah ranjang raksasa. Aku sama sekali tak tahu apa yang sedang terjadi padaku.Ah, tapi aku sudah familiar dengan hal ini.Aku sudah beberapa kali mengalami masa-masa seperti ini, tubuh terasa melayang di ruangan besar yang luas dan gelap, juga dingin sampai tubuhku terasa menggigil parah.Sekalipun tak bisa mendengar apapun, tak bisa melihat apapun dan tak bisa merasakan apapun selain rasa dingin yang begitu menggigit. Aku bisa ingat apa yang sebelumnya terjadi padaku, kontraksi parah sampai ada cairan yang merembes dari bagian bawah tubuhku.Apakah itu air ketuban?Aku pernah membaca air ketuban itu deras seperti air kencing, dan saat pecah akan terasa seperti balon berisi air yang meletus. Tetapi tadi airnya merembes, a
Baca selengkapnya
Pertemuan yang Tak Diharapkan
 Citra terpaku mematung, ia hanya bisa menatap lelaki yang berdiri di ambang pintu dengan tatapan yang tidak percaya. Raka—lelaki yang baru datang itu, juga menatapnya balik dengan tatapan yang aneh.Bayi di pelukan Citra menggeliat dan mulutnya terbuka mencari-cari susu. Tetapi gadis mungil dalam pelukannya itu tidak menangis, hanya sedikit bersuara seolah tak mau membuat suasana semakin panik.“Mau apa kamu kesini?” tanya Jalu, ia terlihat tidak suka pada Raka.“Ja-Jalu…itu…dia suamiku,” ujar Citra terbata, walaupun ia tidak mengharapkan kedatangan lelaki itu, setidaknya Jalu tidak perlu salah sangka dengan mengira bahwa Raka adalah orang asing yang tiba-tiba masuk ke ruang rawat inapnya.Jalu menoleh ke arah Citra sekilas, kemudian kembali menatap mata Raka lekat-lekat,“Iya aku tau, dia adalah lelaki enggak bertanggungjawab yang enggak pantas menjadi suami, apalagi menjadi seorang a
Baca selengkapnya
Kenyataan yang Memuakkan
Orang bilang seorang ibu yang baru melahirkan berada dalam fase paling krusial di dalam hidupnya. Mentalnya benar-benar sedang diuji, ia harus mengurus anaknya dengan benar, padahal ia sendiri belum sembuh dari luka paska melahirkan.Ia juga bahkan belum sadar betul bahwa ia sudah melahirkan, tapi sudah harus tetap waras terjaga menyusui anak, mengurus tektek bengeknya, bahkan terkadang dibarengi dengan nyinyiran orang sekitar tentang cara mengasuhnya yang mereka nilai salah.Ada juga yang langsung dihantam masalah seperti yang Citra alami saat ini.Konspirasi apa lagi yang sedang ia alami?“Gimana Citra? Kamu lebih baik ikut aku pulang dan kita hidup kayak biasa dulu, bareng. Atau kembali ke kehidupan kamu sekarang yang palsu?”Raka tetap berusaha menekan Citra, caranya bicara sangat menyebalkan dan membuat siapapun yang mendengarnya pasti merasa muak luar biasa.Lelaki itu duduk di kursi yang tadinya digunakan Martha untuk dudu
Baca selengkapnya
Berlari Tanpa Arah
Para perawat dan bruder mengeluarkan semua orang yang ada dalam ruangan rawat Citra, dan membiarkan ibu muda itu berduaan saja dengan bayinya. Seorang perawat sempat memberitahunya bagiamana cara untuk menyusui bayi yang benar, dan Citra sangat bersyukur tentang hal itu.“Sayang, kita pergi dari sini yuk? Di sini udah enggak aman. Mama enggak mau hidup kamu kacau kayak mama. Padahal ini hari pertama kamu di dunia, tapi kamu udah dapat masalah begini. Maafin mama ya?” bisik Citra, ia mendekap bayinya dengan erat.Bayi mungil dalam dekapannya sudah dibalut dengan selimut bayi, ia turun dari ranjang untuk mencari barang-barang pribadinya. Ia terkejut melihat tas yang biasa ia gunakan sudah ada di lemari kecil dekat ranjang.Isinya masih lengkap seperti terakhir dia meninggalkannya, ada HP, dan dompet.“Baguslah, aku bisa pergi sekarang.” Gumamnya sambil menghela napas.Tidak ada pakaian ganti, tidak ada baju untuk si baby. Suda
Baca selengkapnya
Kontrakan
Selama hampir setengah jam Citra hanya duduk termangu di depan toserba, ia masih menggendong bayinya dalam posisi yang sama seperti saat pertama ia datang ke tempat ini. Jalanan di depannya masih ramai, beberapa orang yang melintas melihat dia dengan tatapan aneh.Wajar, semua orang juga pasti akan merasa aneh melihat seorang wanita muda dengan bayi yang masih merah. Pakaiannya berantakan dan bahkan mukanya juga masih pucat, hanya saja tidak ada yang cukup peduli untuk bertanya keadaannya, atau bahkan curiga jika dia penculik bayi atau apalah.Tetapi pada kenyataannya memang Citra lebih suka tidak ada yang peduli padanya, ia benar-benar sedang tidak mau bicara dengan siapapun.Citra baru tersadar saat bayinya bersuara, tidak menangis, hanya merengek sedikit lalu kembali tidur.“Ahh, aku harus beli baju buat anakku. Kasihan.. nanti dia mau pake apa?” gumamnya sambil berdiri.Ia membetulkan letak tas yang tersampir di bahunya, memperbaiki
Baca selengkapnya
Menyepi
Kamar yang diberikan untuk Citra adalah sebuah ruangan yang cukup untuk satu kasur single, ada lemari pakaian dan kipas angin. Satu pintu di bagian depan dan di sebelahnya ada jendela yang lumayan besar, dengan gorden yang bersih. “Syukurlah, tempatnya bersih. Aku bisa menidurkan anakku dulu, sementara aku makan. Aduh, perutku.. “ keluh Citra, sambil memegang bagian bawah perutnya. Ia khawatir jika luka jahitannya berdarah, atau parahnya jahitannya lepas. Tetapi saat ia melihat bagian bawah perutnya, sepertinya baik-baik saja. Semoga memang tak ada masalah apapun. “Permisi kak, ini nasinya dari depan.” Remaja lelaki anak pemilik warung nasi mengantarkan makanan Citra, bahkan sudah ditambah dengan es teh manis dan juga ayam goreng. “Makasih. Eh iya, nama kamu siapa Dek?” “Anwar, kak. Kalau Kakak siapa?” “Citra.” “Oh Kak Citra. Ya udah selamat makan dan istrirahat kak, kalau ada butuh apa-apa tinggal panggil aja aku di depan.” Citra mengangguk dan berterima kasih. Ia benar-benar
Baca selengkapnya
Kehilangan dan Pertemuan
Citra baru menyelesaikan makannya, dan bayi kecil yang baru saja dia lahirkan masih tidur terlelap tanpa menangis, rewel atau apapun. Setahunya, bayi baru lahir memang tidak terlalu banyak menangis, bahkan cenderung lebih banyak tidur.Maka karena itu dirinya harus memaksimalkan waktu, harus mampu memulihkan diri dalam waktu cepat namun juga harus bisa bekerja.Citra keluar kamar dan menutup pintunya rapat, ia berniat mengantarkan piringnya ke depan sambil bertanya apakah ada yang bisa dia bantu. Bagian belakang rumah sekaligus warung makan ini tidak dipagar, melainkan langsung mengarah ke kebun yang cukup padat tumbuhannya.Sejauh yang Citra lihat, ada beberapa batang pohon jengkol, rambutan dan pohon-pohon besar berbuah lainnya. Di ujung kebun yang cukup jauh terlihat ada jalan setapak kecil yang entah mengarah ke mana.“Agak ngeri juga ya kalau begini? Tapi enggak apa-apa. Siapa juga yang mau datang ke mari?” gumam Citra, mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri.Di dalam kepalany
Baca selengkapnya
Kehilangan dan Pertemuan 2
Citra berusaha untuk bangkit dari tidurnya, namun ia merasa kepalanya begitu berat dan ditambah lagi luka di perutnya terasa makin nyeri saja.“Duh, perutku sakit banget..” keluhnya sambil memegang perut, dan ia merasa jika perutnya sudah diperban lagi.Terakhir ia ingat jika dirinya sudah melepaskan perban saat berlari, karena perbannya sudah basah oleh darah dan perekatnya lepas. Tapi sekarang benda itu sudah diganti dengan yang baru, demikian juga pakaian yang ia kenakan.“Bu Susi pasti bawa aku ke mari.. aduh ya Tuhan, mau bayar pakai apa?” keluhnya lagi sambil menahan tangis.Tetapi ia tak bisa menangis, sebab dalam pikirannya kini hanya bayinya, bayinya dan bayinya. Urusan bayar rumah sakit, atau rasa nyeri yang tak tertahankan ini, semua masih bisa dipikirkan nanti.Bagaimana dengan bayinya yang masih merah? Di mana dia sekarang? Bersama siapa? Bagaimana jika dia ingin minum susu?“Ya Tuhan, kuatkan aku..”Citra turun dari ranjang, dan melepas infusan yang menempel di tangannya
Baca selengkapnya
Keputusan di Tengah Kepalsuan
Raka mengusap wajahnya dengan kasar, lalu berkacak pinggang sambil memalingkan mukanya ke arah lain. Ke mana pun, asal tak perlu bertatapan dengan Jalu.Ia merasa jika Jalu memiliki semacam kemampuan untuk mengintimidasi orang lain. Entah karena memang dirinya yang terlalu pengecut, Raka tidak terlalu paham akan hal itu.“Mau apa datang ke mari? Mengacaukan semuanya lagi, hah?” desak Jalu.“Terus salahku di mana? Aku cuma mau ketemu anak istriku. Aku cuma mau mengatakan yang sebenarnya saja. salah?!”“Masih berani tanya salahmu di mana? Hmm. Kau lupa dengan semua yang telah kau lakukan pada Citra? Pernikahan kontrak itu, tindakanmu yang semena-mena padanya cuma karena ingin menyenangkan Maureen?”Raka jengah, ternyata Jalu juga tahu sampai sedetail itu.“Tau dari mana kamu? Jangan sok tau!”“Aku bukan sok tau, aku memang sudah tau. Kamu juga tak mengakui darah dagingmu, sampai Citra harus pergi jauh sekali. kalau aku jadi kamu, aku tak akan pernah menampakkan mukaku lagi di depan Citr
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status