Lahat ng Kabanata ng Bukan Orang Ketiga: Kabanata 41 - Kabanata 50
56 Kabanata
Mempertahankan
 Malam semakin larut, di saat semua orang sudah terlelap dalam mimpi, lain halnya dengan Alya. Wanita berbadan dua tersebut berdiri di balik jendela dan tengah mengintip Akbar yang sedang menemui salah satu anak buahnya di teras samping. Tak lama, Alya segera menutup rapat tirai lalu segera naik ke atas ranjang ketika melihat tamu suaminya pulang dan Akbar berjalan masuk ke dalam rumah. Alya pura-pura memejamkan mata ketika mendengar suara pintu kamarnya terbuka. Akbar yang melihat istrinya terlelap berjalan mendekati wanita tersebut. Mengusap kepala Alya lalu memberikan kecupan singkat di pipi wanita itu sebelum kembali menuju meja kerja yang terdapat di kamarnya. Akbar duduk dengan tenang tanpa menimbulkan suara sedikitpun agar tak mengganggu tidur sang istri. Ia membuka amplop coklat yang berisikan banyak foto di sana. Ia pandangi satu persatu lembaran foto Shofi di berbagai tempat tersebut. Akbar memindai semua dan mencocokkan tangg
Magbasa pa
Kecelakaan
Tangis Shofi pecah di pelukan Rafa usai mendapat bentakan dari laki-laki tersebut. Ia sungguh takut dengan nada tinggi dari Rafa.Begitu pun dengan Rafa, sebongkah penyesalan mulai merambati dirinya usai membentak sang istri, tapi tak bisa dipungkiri jika kelegaan luar biasa ia rasakan ketika mendengar semua pengakuan Shofi yang telah menerima masa lalunya dan mau mempertahankan dirinya.  Beberapa menit yang lalu ketika Rafa yang tiba di Cafe tersebut, ia yang hendak menuju meja di mana Shofi berada memilih diam ketika mendengar Shofi yang berusaha mempertahankan dirinya. Sungguh saat itu ia ingin merengkuh tubuh sang istri dalam pelukan, mengecupi seluruh wajah wanita itu dengan hangat guna menyalurkan rasa terima kasih, rasa sayang juga cintanya yang meluap-luap saat itu juga pada Shofi. Barulah ketika Tiara berani berucap kasar pada Shofi Rafa segera mendekat. Rafa merutuki dirinya karena telah kasar memp
Magbasa pa
Pergi
Semilir angin sore menerbangkan pasmina milik wanita yang tengah berdiri di balik jendela kamar yang terbuka. Mata indah yang terusik oleh sembab itu menatap kosong udara tak kasat mata. Tak lama ia menunduk sambil meraba perutnya. Ia merasa keputusannya semalam untuk tak memberitahu mengenai kahamilannya adalah benar. Entah sampai kapan ia akan merahasiakan kehamilannya pada sang suami yang saat ini sedang menghampiri wanita lain atas izinnya sendiri."Aku mohon ... pergilah temui Kak Tiara. Dia membutuhkanmu, Kak," pinta Shofi.Usai mendapat kabar dari Dion tentang Tiara, Shofi berusaha meyakinkan Rafa agar laki-laki itu mau menemui Tiara yang sedang dalam kondisi drop karena sejak kemarin wanita itu menolak semua makanan maupun obat, bahkan selang infus yang tertancap di punggung tangannya ia cabut. Tiara seolah ingin menyiksa diri sendiri sebagai wujud protes dan kefrustasian cintanya pada Rafa."Tidak!" "Kaak!" 
Magbasa pa
Cinta Segitiga
Setelah mendapat perawatan di UGD, Rafa kini telah dipindahkan ke ruang rawat inap. Laki-laki itu sedang tertidur sebab tubuhnya benar-benar minta diistirahatkan. Heni yang begitu khawatir pada kondisi Rafa terus menunggu Rafa. Sedangkan Alya duduk bersandar di sofa merasakan tubuhnya yang lelah, selain dilanda kepanikan sesaat lalu, banyak menangis juga yang membuat wanita itu kepayahan. Beruntung sang suami siaga. Akbar terus memijit lengan sang istri. Wajahnya jelas begitu khawatir meski berulang kali Alya mengatakan jika dirinya baik-baik saja. "Sebaiknya kamu sama Ibu pulang, ya, Sayang. Biar aku yang jagain Rafa," tutur Akbar. "Nggak usah, Mas. Aku nginep di sini saja. Sofa ini muat kok buat kita tidur berdua." Alya menepuk sofa lipat yang sedang ia duduki. "Ibu biar tidur di bed itu." Kali ini Alya menunjuk bed kosong yang memang dikhususkan untuk penunggu pasien. Sebenarnya Akbar tak setuju, tapi ia memilih menur
Magbasa pa
Titik Terang
"Kakak, pulangnya hati-hati, ya. Salam buat Kak Alya. Sampaikan maafku untuk Ibu," ucap Shofi ketika mengantar Akbar menuju mobil. Akbar tak lekas masuk, wajahnya menyiratkan kecemasan. "Dek ...." "Iya, Kak," jawab Shofi. Ia menunggu Akbar yang terlihat ragu-ragu ketika hendak berucap. Ia pun kembali bertanya. "Kenapa, Kak?" "Kalau terjadi sesuatu segera telfon Kakak. Juga ... kalau kepingin apapun segera bilang Bi Susi, kalau di sini nggak ada telfon Kakak nanti biar Kakak belikan. Jangan nahan apapun kalau kepingin sesuatu." Usai mendapati tentang kehamilan sang adik, Akbar memilih untuk tak menegur Shofi. Ia tidak ingin kembali membuat Shofi tertekan. Ia harus memindai situasi lebih dulu sebelum memberitahu hal ini pada semua terutama Rafa.  "Kamu hati-hati di sini, ya. Minggu depan Kakak akan kembali lagi sama Kak Alya," tutur Akbar. Ia masih belum mau beranjak untuk mem
Magbasa pa
Berdamai
Meski malam semakin larut, Rafa tetap bersih kukuh untuk segera menjemput sang istri. Selama perjalan, jantungnya terus bekerja lebih cepat hingga debarannya begitu menyesakkan dada. Rasa cemas tak henti-hentinya mendera hingga ia tak bisa duduk dengan tenang di dalam mobil. Berulang kali ia menghela nafas ketika merasa perjalanan yang ia tempuh seolah begitu lama. Ia sungguh tak sabar. Rafa terus memberi perintah pada Pak Cipto---supir Akbar untuk mengemudikan mobil dengan lebih cepat.Butuh waktu hampir dua jam hingga akhirnya Rafa sampai di vila tengah malam. Rafa yang semula ingin berlari lalu segera merengkuh Shofi dalam dekapannya, ia urungkan ketika melihat beberapa lampu di ruangan dalam vila sudah padam termasuk kamar utama yang pasti dihuni istrinya. Rafa berjalan menuju pintu, mengawasi sekitar mencari lelaki yang biasa menjaga vila tersebut tapi kali ini tak ia temukan.Ia pun memutuskan untuk mengetuk pintu. Baru tangannya hendak menyentuh pintu, ben
Magbasa pa
Melepas Rindu
Matahari sudah bergerak naik, jarum jam sudah menunjukkan angka 9 waktu setempat dan Rafa baru membuka mata dari tidur ayamnya guna mengembalikan kondisi tubuhnya yang sempat lemah tak berdaya. Jika sebelumnya ia begitu tersiksa ketika membuka mata tak mendapati wajah cantik sang istri, berbeda dengan kali ini bibir Rafa seketika mengulas senyum mendapati wajah Shofi yang berada tepat di hadapannya   Shofi yang semula khawatir menjadi lebih tenang usai mendapat penjelasan dari Alya mengenai mual muntah yang dialami sang suami karena pengaruh kehamilannya. Ia yang baru pertama kali mengetahui ada kejadian seperti itu sempat tak percaya, tapi tak urung ia merasa lucu. Bagaimana bisa dirinya yang hamil, tapi yang ngidam dan mual muntah malah sang suami. Shofi mengulas senyum.   "Kakak merindukan senyum ini," ucap Rafa sambil mengusap bibir Shofi.   Shofi menahan tawanya. Ia kemudian bertanya," Kakak sejak kapan mual muntah
Magbasa pa
Merasa Beruntung
Beberapa hari sejak kedatangan Rafa di vila, akhirnya laki-laki itu berhasil membawa pulang kembali istri kecil yang amat ia cintai tersebut. Rafa membawa Shofi menuju rumah Alya terlebih dahulu, sebab Heni begitu menunggu kedatangan Shofi. Wanita itu sangat bahagia juga sangat khawatir dengan kehamilan menantunya. Begitu juga dengan Shofi yang sangat merasa bersalah pada mertuanya tersebut. "Maafkan Shofi, ya, Bu? Maaf telah membuat Ibu sakit karena memikirkan rumah tangga Shofi," ucap Shofi penuh rasa bersalah. Matanya sudah berkaca-kaca, tapi tak sampai menangis. Heni segera membawa sang menantu dalam pelukan. "Enggak, Nak. Kamu tidak perlu meminta maaf. Malah Ibu yang harusnya berterima kasih karena kamu memilih untuk tidak pergi dari Rafa. Terima kasih, Nak."  Heni kemudian menghela tubuh Shofi. Ia pandangi wajah cantik sang menantu yang tampak lebih berisi tersebut. "Mau 'kan janji sa
Magbasa pa
Takdir Keikhlasan
"Jangan lari, Dek!"  Entah sudah keberapa kalinya Rafa mengucapkan kalimat peringatan tersebut pada Shofi sejak keduanya menapaki lantai bandara. Tangisan Shofi sesaat lalu akhirnya meluluhkan Rafa. Mau tak mau ia memilih menuruti sang istri untuk mengejar Tiara. Namun, sebelumnya Rafa telah memastikan jika Shofi tidak akan berbuat sesuatu yang dapat mengguncang kembali rumah tangganya atau kembali lari dari dirinya. Tanpa pikir panjang Shofi mengiyakan. Shofi yang merasa panik karena takut melewatkan Tiara sebelum menyampaikan sesuatu terlihat tak sabar. Ia bahkan terus berlari kecil dengan menoleh ke sana kemari mencari keberadaan Tiara di antara banyaknya pengunjung di bandara. Rafa segera mencekal tangan Shofi untuk menghentikan langkah wanita tersebut. "Kalau kamu nggak nurut, Kakak bakalan gendong kamu biar nggak lari lagi." Ancaman Rafa berhasil membuat Shofi berhenti dan menatap takut padanya. 
Magbasa pa
Bersyukur
Semilir angin pagi yang berembus menggoyangkan helaian daun tanaman palm yang berjejer rapi di halaman rumah Akbar. Beberapa mobil mewah juga turut berjajar rapi harus terparkir di sepanjang jalan perumahan sebab halaman rumah yang besar itu sudah dipenuhi oleh tenda berwarna putih yang mewah dan indah. Beberapa security dan pengawal berbaju serba hitam tampak mengawasi sekitar agar acara majikannya tersebut berjalan lancar tanpa gangguan. Para tamu undangan juga yang mulai datang tampak menggunakan busana muslim senada berwarna serba putih mulai memenuhi kursi tamu yang sudah disediakan.Tujuh bulan bagi Shofi dan selisih satu bulan bagi Alya memasuki usia kehamilannya, untuk itu Akbar dan Rafa sengaja menggelar acara pengajian yang cukup besar. Sebagai wujud rasa syukur akan datangnya dua malaikat kecil dalam keluarganya. Kedua laki-laki itu mengundang seluruh saudara, kerabat, tetangga, beberapa kolega dan banyak anak yatim yang juga sudah berkumpul sejak pagi.
Magbasa pa
PREV
123456
DMCA.com Protection Status