All Chapters of Kubiarkan Kau Bersama Selingkuhanmu: Chapter 121 - Chapter 130
164 Chapters
Bab 120
Bab 120      Davin dan Divan merasa jantungnya berdegup lebih cepat ketika mendengar penuturan sang papa bagaimana perbuatan yang dilakukan oleh Arza terhadap mama mereka. Termasuk ancaman yang pernah Arza lontarkan.     "Nak, sabarkan hati kalian. Sedikitpun tidak ada niat papa untuk memperkeruh hubungan kalian sebagai seorang anak terhadap ayah kandung. Tapi papa mengatakan semua ini supaya kalian tahu apa sebenarnya yang terjadi. Karena papa sadar, kalian sudah dewasa untuk tahu. Ingat pesan papa! Jangan larut dalam emosi. Kontrol diri dari orang-orang yang jahil akan keluarga kita! Mari kita cari jalan keluar masalah ini secara baik-baik dan bersama-sama." ucap George sembari menatap kedua putra sambungnya yang sudah ia anggap seperti anak sendiri.     "Pa, terimakasih telah mengatakan semua ini, dan terimakasih karena tidak merahasiakan hal ini dari kami." tutur Divan. 
Read more
Bab 121
Bab 121 Davin akhirnya menghentikan laju mobil. Jalanan yang sempit sedikit membuatnya kesulitan mencari posisi parkir yang tepat.Arza semakin gemetaran. Tiba-tiba ada rasa ketakutan merasuki pikirannya. Melihat kedua putra kandungnya tersebut telah tumbuh dengan gagah. Dua orang remaja iru semakin mendekat. Semakin langkah mereka mendekat, semakin pula badan Arza gemetar. Arza mencoba mengintip dari balik kaca jendela.Arza tersadar, bahwa ia harus melakukan sesuatu.Dengan hati-hati, Arza meraih gagang pintu dan berniat untuk menutupnya.Namun kiatnya ternyata terlambat. Davin dan Divan telah terlanjur berada di depan pintu. Dengan amat terpaksa Arza harus ada mengurungkan niat."Selamat pagi! benarkan ini adalah tempat tinggal Pak Arza?" tanya Davin. suara Davin yang berwibawa membuat Arza merasa segan. Suara itu terdengar pelan, tanpa nada tinggi, namun entah mengapa suara itu benar-benar me
Read more
Bab 122
Bab 122   "Jujur? Jujur seperti apa yang dimaksud oleh kalian?" Arza menyembunyikan keadaan hatinya yang masih saja merasakan ketakutan.     "Kami ingin bertanya, sebenarnya apa tujuan Bapak waktu itu datang berkunjung ke rumah kami? karena kami tahu, sejak awal tepatnya saat pertama kali kedatangan bapak, Bapak sudah tidak bisa berucap jujur kepada satpam. Dan kala itu juga Papa sedang tidak ada di rumah. Sedangkan sebelumnya satpam sendiri telah mengatakan bahwa tuan rumah sedang tidak menerima tamu hari itu. Tapi Anda tetap ngotot." tutur Davin membuat Arza semakin tak tenang."Kalian bohong!" sergah Davin. Tentu sajaArza tak bisa bohong, sebab kebenaran informasi itu sudah mereka dapatkan dari Pak Satpam."Oke, jika kali ini Bapak anggap ucapanku bohong, terus apa maksud dari rekaman CCTV ini?" Davin menyodorkan sebuah rekaman yang memperlihatkan dimana Arza sedang celingak-celinguk di luar pagar kediaman Nadine. S
Read more
Bab 123
Bab 123    Beberapa detik Arza terpaksa duduk terdiam karena bingung dan merasa sangat sangat tersudutkan oleh perkataan Davin.     "Namanya saja orang tua, Nak. Ayah ini juga manusia. Dan kalian tahu bahwa manusia adalah tempatnya lupa. Apalagi ayah sudah tua seperti ini. Tolong maklumi kekeliruan ayah, Nak. Ayah hanya ingin yang terbaik untuk kalian." Arza bertutur panjang lebar berusaha meluluhkan kedua putranya yang bagi Arza terlalu berkeras hati tersebut.     "Anda terlalu pandai dalam bersandiwara, Pak. Benar-benar kami mengakui hal itu. Di mulut Anda berkata selalu ingin yang terbaik untuk kami berdua. Tapi kenyataannya bapak melakukan sesuatu yang bisa mencelakakan kami. Bukankah itu sebuah keterbalikan yang nyata?" ucap Davin dengan nada kecewa.     "Maafkan ayah, Nak. Ayah tidak pernah ingin mencelakakan kalian sedikitpun. Ayah sungguh tidak mengerti apa yang kali
Read more
Bab 124
Bab 124      "Apa? Bapak menuntut kami untuk bicara sopan?" Darah Davin mendadak menggelegak mendengar nada tinggi yang dikeluarkan oleh Arza.     "Ya. Sebenarnya saya tidak terlalu menuntut. Tetapi setidaknya sadar diri saja  kalian sebagai anak. Meski bagaimanapun, seburuk-buruk apapun, dan sejahat apapun saya, saya ini tetaplah ayah kandung kalian yang harus kalian hormati dan harus kalian hargai! Hal yang tidak bisa kalian pungkiri bahwa dalam tubuh kalian mengalir darahku. Tidak sepatutnya kalian berlaku sombong. Memuji-muji ayah sambung secara berlebihan di hadapanku. Sedangkan aku lah ayah kandung kalian. Aku lebih berhak untuk kalian hormati." sifat asli Arza muncul di hadapan.     Davin menatap sinis Arza. Dari sudut bibirnya terlihat sebuah sunggingan senyum yang semakin membuat Arza merasa diremehkan sedemikian rupa.     "Seseorang yang tidak
Read more
Bab 125
Bab 125      "Bagaimana, Pak? Apa Anda masih saja ingin mengelak sekarang?" tanya Davin menyudutkan.    Arza semakin tertegun.     Akan tetapi Arza tidak segera patah arang. Bukan Arza namanya bila harus menyerah begitu saja.Memang benar, orang licik akan selalu mencari cara apa saja  untuk menutupi kesalahan.     "Davin dan Divan, saya ingatkan kepada kalian berdua untuk tidak terlalu cepat dalam menuduh seseorang! Jika kalian tidak teliti dan asal menuduh, maja kalian bisa dituntut akibat tuduhan kalian sendiri. Kalian jangan seenaknya mengatakan jikalau itu yang menghubungi Nadine adalah aku. Darimana kalian bisa berkesimpulan seterti itu, sedangkan kalian sendiri tidak menyadari bahwa itu yang chat saja bukan nomorku." Arza menyanggah.     David dan Divan benar-benar lemas. Arza memang merupakan sosok yang sulit untuk di
Read more
Bab 126
Bab 126 "Loh kan saya telatnya hanya sebentar, Pak." Arza beralasan.      "Meskipun sebentar anda telah melanggar perjanjian. Oleh karena ini, Bapak juga diwajibkan untuk membayar biaya over time."     Arza garuk-garuk kepala.     "Masa sih saya harus kasih denda overtime juga?" protes Arza kurang setuju.    "Bapak ini bagaimana? Kan Bapak sendiri sudah tahu peraturannya bagaimana. Makanya kalau tidak mau membayar denda keterlambatan, sebaiknya bapak perlu disiplin waktu. Ingat dengan perjanjian." tutur lelaki tersebut seperti merendahkan.     Memang Arza tidak menampik bahwa itu adalah murni kesalahan dan keteledorannya dalam mengolah waktu dan tidak menepati perjanjian. Namun untuk membayar denda, rasanya berat ia lakukan, sebab mengingat saldo ATM yang sungguh di ambang pintu.     Akan tetapi, sekuat ap
Read more
Bab 127
Bab 127       "Pak Arza, Davin dan Dvan adalah dua remaja yang telah beranjak dewasa. Tentu saja aku tidak bisa mengembalikan mereka padamu begitu saja. Sebab mereka bukan barang. Mereka sudah dewasa, sudah bisa mengambil keputusan sendiri. Bahkan mereka berdua adalah anak-anak yang cukup cerdas. Mereka bisa mengendalikan diri sendiri." jelas Arza panjang lebarArza menelan ludah, ada rasa malu menyusup hatinya ketika mendengar ucapan dari George. Apalagi ketika mendengar nada George yang kurang bersahabat.     "Tapi, mereka telah bersikap durhaka, Pak. Mungkin bapak tidak akan percaya jika aku katakan mereka benar-benar berkata secara gamblang bahwa mereka berdua hanya ingin memanfaatkan harta Bapak saja, selaku ayah sambung mereka. Jujur, sebenarnya aku tidak ingin mengatakan ini. Tapi demi kebaikan Bapak, terpaksa aku bersikap jujur." lagi-lagi Arza mengucapkan sebuah kebohongan besar.    &nb
Read more
Bab 128
Bab 128"Kamu tetaplah pada pekerjaanmu sebagai satpam. Tidak usah banyak ikut campur masalah kami. Dunia pengusaha seperti kami pastilah berbeda dengan duniamu." ucap Arza dengan sombongnya.     Sejenak kesombongan itu membuatnya berbunga-bunga. Sebab seratus persen Arza percaya bahwa Pak Farid sungguh akan menganggap jika apa yang Arza ucapkan adalah benar.   "Eh bentar, jangan dimatiin dulu." cegah Pak Farid buru-buru sebelum Arza mematikan telepon.     "Apalagi? Jangan lama-lama! Aku ada bahasan yang amat penting sama George yang harus di selesaikan." sahut Arza judes.     "Iya, iya aku tahu. Ini saya mau bilang, tepatnya mau kembali minta tolong.""Minta tolong apa lagi?" Arza mulai was-was."Hmm ... Pinjem uang dikit lagi dong, Pak. 5 juta aja. Gimana?"     Lagi-lagi Arza dibuat emosi karena lagi pria itu kembali ingin mem
Read more
Bab 129
Bab 129 Matahari pagi mulai bersinar, menghalau mbun di atas dedaunan, menciptakan suasana yang lebih hangat.      Di sebuah cafe kecil, George menyeruput beberapa kali minuman kopi hangat di hadapannya.     Ya George bersama Davin dan Divan memang biasa menghabiskan waktu lari pagi bersama di taman pusat kota. Cafe kecil namun terkesan rapi dan segar tersebut menjadi pilihan mereka untuk melabuhkan lelah.Tak heran jika ketiganya terlihat akrab dan jarang ada yang percaya jika hubungan mereka bukanlah anak dan ayah kandung.     Sedari dulu, dua anak tersebut memang dekat terhadap sang papa.      Dari kejauhan sepasang mata menatap iri sekaligus benci pada kebersamaan tersebut.     "Cuaca pagi ini sangat mendukung ya, Pa." ucap Divan sembari mencomot gorengan yang terhidang di depan matanya.  
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
17
DMCA.com Protection Status