Tous les chapitres de : Chapitre 51 - Chapitre 60
188
Masa Lalu
PoV Ayu Aku mendengar penuturan Bang Dion yang menceritakan kronologis kejadian di dalam kontrakan. “Jadi bener, Herlina itu sebenarnya tante Ratih teman arisan Bunda?” tanya Abang setelah Bang Dion mengakhiri cerita.“Gak salah lagi,” sahut Bang Dion. Wajahnya terlihat sangat kelelahan. Aku kasihan sama Ibu dan Bang Dion. Mereka pasti sangat lelah sekali. Kulihat Ibu, Ibu pun demikian. Tapi sekarang sudah lebih tenang.“Bu, gimana ceritanya Ibu bisa kenal Herlina?” tanyaku penasaran. Ibu masih saja membisu. Pandangannya lurus ke depan.“Dulunya dia seorang model," sahut Ibu dengan suara lemah.“Model?” tanyaku berbarengan dengan Abang. Ibu menarik napas panjang.“Ayah Dion pernah cerita. Dulu, Ayah Dendy, Doni. Ayah Dion, Restu. Dan suami Ratih Prasetya adalah tiga sahabat. Mereka bersahabat sejak awal masuk kuliah. Singkat cerita, Doni dan Pras mencintai
Read More
Suami Sirri
PoV Herlina “Parto b*doh! Kenapa malah ngebocorin semuanya??!! Sialan!!!” Kupukul-pukul sisi stir mobil dengan keras. Aku sangat kecewa dengan lelaki berkumis tebal itu. Tidak bisa diandalkan!!“Mami ... jangan berisik. Iman kan kaget.” Aku menoleh. Anak lelakiku satu-satunya memprotes kemarahanku. Sifat dia memang kadang labil. Kadang seperti orang dewasa, kadang seperti anak kecil.“Maaf, Sayang ... Mami emosi. Ya udah, Iman lanjut main gamenya.”Sepanjang jalan, pikiran menerawang. Menarikku pada kejadian dua puluh tahun lalu. Terutama tentang perkenalanku dengan laki-laki tampan dan mapan. Prasetya Wirawan. Dia adalah anak kedua dari dua bersaudara. Tapi sayang, laki-laki itu tak pernah mencintaiku hingga akhir hayatnya. Dia lebih mencintai Tari Riana yang tak lain istri sahabatnya sendiri. Harusnya wanita itu juga aku bunuh. Eva aku bunuh. Anaknya aku bunuh. Semua keturunan mereka aku len
Read More
Kritis
PoV Ayu Aku dan Ibu menelisik foto tersebut. Laki-laki di foto itu badannya kurus, rambut rapi, tangannya tidak ada tatto. Fotonya juga kurang jelas, agak buram. Mungkin karena foto lama. “Kayaknya bukan, Bi.” Pemikiran ibu ternyata sama denganku. Kayaknya memang bukan Parto suami Bi Sumi. “Bang Parto itu rambutnya panjang, tangannya banyak tatto, kumisan, badannya juga gede, Bi.” Aku menambahkan. Bi Sumi semakin tertunduk lesu. “Oh begitu ya?” Bi Sumi mengambil kembali foto dari tangan Ibu. Ia benar-benar terlihat kecewa. “Bi, jangan sedih. Kalau memang Mas Parto masih jodoh Bibi, suatu saat pasti akan bertemu.” Ibu merangkul pundak Bi Sumi. Berusaha untuk menenangkannya. “Mungkin ... Mas Parto memang sudah meninggal, Bu. Seperti kata orang-orang kampung.” Suara Bi Sumi terdengar nelangsa. “Tapi hati Bibi yakin kan kalau dia masih hidup?” tanya Ibu sembari mengusap punggung tangan Bu Sumi. Wanita yang sudah lama mengabdi itu mengangguk lemah. Kembali, Ibu mengusap-usap punggu
Read More
Calon Mantu
PoV Ayu Aku tidak boleh berdiam diri, harus ke rumah sakit sekarang, memastikan kondisi Abang. Bergegas mengambil tas, mengenakan kaos kaki. Baru saja hendak keluar kamar, ponsel berdecit. Abang.Kubuka pesannya. [Kritis karena merindukanmu, Beb.] Ya Allah ... dasaaaar .... gemas aku dibuatnya. Langsung melakukan video call.“Alhamdulillah calon bini peka, tau calon laki kangen, langsung video call,” ucapnya tanpa berdosa. Aku tetap diam.“Eh, Ayu habis nangis?” Nah baru sadar. Aku cemberut. Memicingkan mata padanya.“Lho, kenapa? Kayak orang marah.”“Nyebelin!!! Bikin panik! Kirain kritis beneran, gara-gara donorin darah!” Auto ngomel. Abang diam sejenak. Berpikir.“Ya Allah ... Abang gak selemah itu. Lagian mana ada orang kritis bisa kirim pesan?”Iya juga ya? Kenapa tadi tidak terpikirkan ke arah sana.&
Read More
Mengabulkan
PoV Ratih Herlina Suami mudaku tetap bergeming. Tangannya masih saja mengepal. Sorot matanya berubah penuh rasa kebencian. Ya, aku tahu dia sedang menahan emosi. Kuhampiri dirinya dengan langkah gemulai.“Gimana, Sayang? Mau kan?” tanyaku mendesis. Aku menyusuri lekuk wajahnya dengan ujung jari. Ia memalingkan muka kasar.“Enggak! Aku gak mau. Kalau kamu mau bunuh Ibu Bapakku, silakan. Aku gak peduli," jawabnya dengan intonasi tinggi. Aku cukup terkejut mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Mahasiswa yang pernah menjabat sebagai Ketua BEM.Kedua mataku membulat mendengar jawaban Sudira. Lelaki ini rupanya sama jahat denganku. Mengharapkan orang tuanya sendiri ingin mati.“Kamu serius?” tanyaku meyakinkan. Sebab aku yakin, Sudira pada dasarnya sangat baik. Ia berhati lembut. Bahkan dengan anakku Firman pun sangat perhatian.“Serius. Silakan saja kau bunuh Ibu Bapakku. Kalau mereka mati, beba
Read More
Akhir Hayat
PoV Abang Tiba di rumah sakit, Bang Parto langsung dibawa ke ruang UGD. Darah berceceran di lantai rumah sakit, dokter dan perawat langsung berlari ke ruangan. Bang Parto harus selamat, ia tidak boleh mati. Hanya dia saksi kunci yang kami punya saat ini. Herlina harus mendekam di Penjara. Dia harus membayar mahal atas perbuatannya yang dilakukan sejak dahulu. Aku berharap-harap cemas selagi dokter memeriksa keadaan Bang Parto. Berdiri dan duduk kulakukan untuk menutupi rasa cemas. Tak lupa, doa-doa juga tak pernah lepas dari bibir. Aku tak menyangka kalau kejadian ini akan memakan korban. Untung saja meeting bersama para karyawan bisa dipending dahulu. Aku jadi penasaran, kronologis kejadiannya seperti apa hingga Bang Parto bisa tertembak. Dan siapa yang menembak? Herlina atau anaknya si Banci Firman?Tak lama dokter pun keluar dari dalam ruangan.“Pasien banyak kehilangan darah. Golongan darah pasien AB+, saat ini stok darah di
Read More
Kepulangan
PoV Sudira Aku kira, dengan ‘Bermain’ kasar, membuat dia takut dan membatalkan niat menyuruhku untuk membunuh orang. Ternyata malah membuatnya ketagihan. Dasar wanita gak waras! Semakin aku siksa, dia semakin menggila. Kalau tak ingat hartanya, semalam sudah kubunuh perempuan licik itu.“Aku mau pulang," ucapku hendak keluar kamar.“Sayaaang ... pokoknya aku gak mau tahu, Minggu depan kamu harus nyusul ke Swiss. Aku ... mau ‘main’ kayak tadi lagi ....” Tangannya mencoba membuka kancing kemejaku. Segera menepisnya kasar.Gila! Wanita gila! “Sebelum ke Swiss, kamu harus tanda tangani surat pengalihan nama pemilik perusahaan dulu. Menjadi nama aku!” tandasku tegas.Ratih terkejut. Berusaha tersenyum meski bibirnya terluka. “Gak bisa dong, Sayang ... kerjanya aja belum, kok udah minta imbalan," sahutnya manja. Dulu, sebelum ia menyuruhku membunuh orang,
Read More
Target
PoV Sudira Sepanjang jalan, aku memikirkan cara, bagaimana mencari orang yang bernama Dion Restunaga dan Eva Williams. Ratih benar-benar gila! Tidak berpikir akibat kalau aku salah sasaran. Belum lagi, cara membunuh dua orang itu dengan memberinya racun. Bagaimana cara memberi racunnya?!Salah aku juga, dulu mau-maunya diajak foto berpose bugil, mau-maunya aktivitas hubungan intim kami divideokan. Sialnya, rekaman itu hanya dipegang oleh Ratih. Dulu aku tidak mempersoalkan, karena berpikir, tidak mungkin Ratih menyebarluaskan foto atau video tersebut. Secara dia pengusaha terkenal. Andai saja ancamannya selain itu, pasti tanpa ragu kutolak perintah wanita yang bernama asli Ratih Herlina.Aku jadi penasaran, masalah apa yang Ratih alami dengan dua orang itu? Sehingga Dion dan Eva harus dibunuh? Apa karena saingan bisnis? Rasanya tidak mungkin kalau hanya masalah Firman ditonjok. Ketika sedang menerka-nerka permasalahan Rati
Read More
Menunda Momongan
PoV Ayu Alhamdulillah acara pertunangan berjalan dengan lancar. Hubungan Ibu dan Bunda pun sudah semakin membaik. Bahkan, kalau aku dan Abang sudah menikah, Bunda kasih ijin tinggal di rumah Ibu selama satu Minggu.“Yu, nanti kalau kita udah nikah, gak mau honeymoon?” tanya Abang saat kami dalam perjalanan mengambil gaun pengantin.“Mau sih. Abang maunya honeymoon ke mana?”“Lho kok tanya Abang. Abang sih ikut maunya Ayu.” Berpikir sejenak. Kira-kira ke mana ya?“Bingung. Abang aja deh yang mutusin.”“Oke. Nanti Abang cari tempat yang bagus.” Kutanggapi dengan anggukkan kepala.Perjalanan selanjutnya hanya keheningan yang menyelimuti. Sesekali kami beradu pandang, aku memalingkan pandangan dengan senyum dikulum.“Kenapa, Yu?”“Kenapa apanya?”“Itu sih mukanya merah?” Langsung menangkupkan kedua tangan pada
Read More
Beraksi
PoV Dira Di luar dugaan, di sini aku bertemu dengan Eva dan Dion. Terrnyata tak perlu mencari target ke mana-mana, tanpa aku cari, mereka sudah ada di depan mata.Satu yang membuatku ragu, mereka satu darah dengan wanita yang sangat kucintai, Ayu. “Masa bodo lah! Toh Ayu sudah punya Bunda Tari yang kasih sayangnya melebihi ibu kandung.” Menepis pikiran yang melintas.Mengeluarkan ponsel, dari kejauhan kufoto Dion dan Eva. Nanti dua foto ini akan aku kirim pada Ratih. “Cin, pulang yok! Gaes, gue ama Cindy pulang duluan ya?” seru Rina berdiri. “Oke!!”  Dua wanita seksi itu menghampiri Ayu yang berbalut gamis berwarna merah muda. Menyalami keluarganya satu persatu. “Gila ya? Malam ini si Ayu kelihatan tambah cantik! Gimana kalau udah rias penganten! Beruntung banget tuh Abangnya!” Celetukkan Rico
Read More
Dernier
1
...
45678
...
19
DMCA.com Protection Status