All Chapters of Kepincut Janda Tetangga: Chapter 31 - Chapter 40
57 Chapters
31. Kisah Cinta Bu Nurmala
Bu Nurmala memandang kartu tipis pemberian suaminya tadi sore, sehabis taraweh di rumah yang dipimpin oleh Devit. Juwi dan Devit sudah kembali ke kontrakannya, rencana pindah ke rumah Devit yang baru selesai renovasi pun diundur, mengingat masih dalam suasana puasa, Devit dan Juwi memutuskan mereka akan pindah rumah, setelah lebaran saja.Hitung -hitung sekalian menemani Bu Nurmala agar tidak terlalu kesepian."Nenek, Caca bobo sama Nenek boleh ga?" suara Salsa di depan pintu kamar Bu Nurmala, gadis kecil itu tersenyum sambil memeluk bonek beruang besarnya. Bu Nurmala ikut tersenyum."Boleh, sini, temani Nenek." Bu Nurmala mengajak Salsa masuk ke kamarnya."Bunda mana?" tanya Bu Nurmala."Bunda sama papa lagi mau distusi.""Distusi apa sih, Nek?" wajah lucu Salsa sangat menggemaskan."Oh, Bunda sama papa Devit sedang membicarakan sesuatu yang penting, anak kecil seperti Salsa tidak mengerti. Jadi Salsa di rumah saja sama Nenek ya," te
Read more
32. Sandal Pak Aryo
Alarm itu berbunyi dua kali, namun sepasang anak manusia yang tengah tidur berpelukan itu, seakan enggan untuk bangun. Keduanya sangat terlelap setelah melakukan perjalanan cukup panjang di atas ranjang."Juwi ... bangun!" suara Bu Nur membangunkan Juwi dan Devit. Mengetuk pintunya beberapa kali. Namun masih tidak ada sahutan."Juwi, Devit, sahur!"Kali ini Bu Nur menggedornya dengan cukup kencang."Huh, dasar! Diskusi apaan sampai susah bangun sahur gini?" gerutu Bu Nur masih terus menggedor kontrakan Devit.CeklekJuwi menggosokkan kedua matanya sambil menguap."Ada apa, Bu? Malam-malam berisik," tanya Juwi masih setengah sadar."Sahur Neng, udah jam empat, ini mau shubuh!" Bu Nur memutar bola mata malasnya."Astaghfirulloh, sahur ya Bu? Ya Allah, Juwi lupa." Juwi menepuk jidatnya. Kenapa ia bisa lupa kalau sekarang bulan puasa?.Bu Nur menggeleng-gelengkan kepalanya. "Cepat, nanti lauknya keburu di
Read more
33. Rencana Menikah Ulang
"Papa sendalnya mana?" tanya Bu Dewi dengan alis bertaut. Merasa sangat aneh saat melihat suaminya turun dari mobil sambil nyeker. Pak Aryo hanya menyeringai saat mendengar pertanyaan istrinya."Ini, tadi Papa numpang sholat ashar, eh pas selesai, Papa lihat sendalnya tinggal sebelah," sahut Pak Aryo sambil berjalan ke arah kran air untuk mencuci kakinya sebelum masuk ke dalam rumah."Buka puasa apa kita hari ini, Ma?" "Ada kolak pisang, mie goreng sama es timun serut," sahut Bu Dewi sambil tersenyum pada suaminya."Oh, oke. Papa mandi dulu." Pak Aryo masuk ke dalam kamarnya."Eh, iya ini." Pak Aryo mengeluarkan bungkusan plastik bening, berisi risol, tahu, dan lontong isi."Papa beli di mana?" tanya Bu Dewi sambil menerima bungkusan tersebut dan melihat isinya."Tadi pas setelah sholat ashar, Papa lihat kayaknya enak, ya udah Papa minta bungkusin," terang Pak Aryo sembari menutup pintu kamarnya.****"Ibu, Papa ma
Read more
34. Sarah pulang ke rumah orang tuanya
Sudah sepekan lamanya, Devit tidak satu rumah bersama Juwi. Intensitas bertemunya pun sedikit berkurang. Namun setiap pagi dan malam menjelang tidur, Devit selalu melakukan video call, berbincang dengan Juwi, melepas rasa rindu. Seperti malam ini Devit tengah berbicara dengan Juwi."Jadi ade ga ikut sahur dong, besok.""Iya, Bang. Alhamdulillah bisa sarapan dan makan siang," ucap Juwi sambil tertawa."Huu... Harusnya ga puasa itu sedih, ini malah senang!""Biarin, Wek!""Dari kapan?""Tadi sore pas adzan ashar, Bang." "Mmm ... berarti masih gagal ya?""Gagal apa, Bang?" "Kasih dede buat Salsa.""Iya, malah ga papa Bang, status kita gini juga ribet, malah kalau hamil statusnya jadi anak di luar nikah, Bang.""Oh, iya pinter kamu De." "Pinter dong, udah dapat transferan kontrakan, uang bulanan, dapat paket data lagi!" Devit tertawa renyah mendengar ucapan Juwi. 
Read more
35. Menikah Kembali
Juwi sudah memakai kebaya bertudung hijab yang menutupi kepalanya. Hiasan rangkaian bunga melati menambah anggun wajah Juwi. Hiasan yang natural, membuat Juwi tampak cantik dan mempesona. Juwi beberapa kali melotot melihat dirinya di cermin, beberapa kali menyeringai, cemberut kemudian tertawa. Tampak aneka ekspresi yang ia lakukan, tetap saja wajahnya cantik dan ayu. Persis artis korea yang sedang dipakaikan kebaya pernikahan. Ibu masuk ke kamar Juwi."Sudah siap?" "Sudah, Bu. Ini ... mmm ... Juwi deg-degan," ucap Juwi sambil menggenggam tangan ibunya. Bu Nur mengusap kedua tangan Juwi."Ga papa, wajar jika kamu merasa deg-degan. Pertama kamu akan malam pertama lagi, setelah dua bulan dilockdown. Kedua, kamu harus siap bertemu dengan mertua kesayangan kamu. Siap-siap dicakar," bisik Bu Nur menakut-nakuti Juwi."Yaah, Ibu kok gitu? Alesan keduanya bikin Juwi mules nih," rengek Juwi memegang perutnya yang tiba-tiba keram."Alesan
Read more
36. Tragedi Sandal
Bu Dewi sedang duduk di sofa depan televisi, saat ponselnya berdering, tanda pesan masuk. Suaranya cukup nyaring membuat Sarah yang duduk tidak jauh dari sana ikut menoleh. "Mah, HP-nya tuh!" ekor mata Sarah tertuju meja dapur, tempat Bu Dewi meletakkan ponselnya."Iya," sahut Bu Dewi, sambil bangun dari duduknya, berjalan ke dapur.Matanya menatap serius ponsel mahal berlogo apel segigit. Memencet kode layar, lalu membuka pesan gambar yang masuk. Besan Bu LaniNama yang tertera di sana. Namun tanda loading masih berputar. Bu Dewi kembali duduk di sofa."Siapa, Mah?" tanya Sarah penasaran."Mamanya mantan kamu." "Mama Mas Devit, Mah?" pekik Sarah tertahan, wajahnya gembira. Saat mengetahui mamanya dan mama Devit masih berkomunikasi dengan baik."Iya, ini kirim gambar, tapi muter terus. Sinyalnya jelek nih!" "Gambar apa, Mah?""Ga tau juga Mama. Paling gambar tas, Mama Devit'kan juala
Read more
37. Bu Nurmala dilabrak Sarah dan Bu Dewi
 "Sedang apa, Pa?" Pak Aryo menoleh, dengan wajah bingung."Sepatu papa ga ada, Bu." "Ada tuh, tadi ibu pakai ke warung!" sahut Bu Nur dengan polosnya. Ia meletakkan bungkusan di atas meja kitchen set.Pak Aryo terkekeh."Walah, ga anak, ga istri, ga mantu. Senang banget sih pake sendal atau sepatu Papa." "Sendal Ibu ketinggian, jadi pinjem sepatu Papa tadi," sahut Bu Nur sambil menyeringai. Pak Aryo hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah istrinya. "Ibu sampe diliatin orang, siang-siang pake gamis beling-beling kondangan tapi sepatunya bapak-bapak, kebesaran lagi! Hampir tertinggal tadi saat ibu melangkah," kekeh Bu Nur kembali mengingat hal baru saja ia alami."Sepatu apa batu sih, Pa? Berat bener!" "Iya itu makanya, Papa sengaja beli sepatu baru yang berat, biar gak ada yang ambil, eeh...masih kecolongan juga." Pak Aryo terbahak."Ini yang bikin aku gak bisa mo
Read more
38. Perkelahian
"Mama!" Semua orang yang hadir di sana menoleh kaget ke asal suara menggelegar milik Pak Aryo, mereka saling pandang dan bertanya-tanya, apa kiranya yang terjadi?."Wanita ini memang kurang ajar!" teriak Bu Dewi lagi, sambil terus menarik tangan kiri Bu Nur, sedangkan Pak Aryo menahan tangan Bu Nur  yang sebelah kanan."Lepaskan tangan ibu saya!" suara Juwi terdengar lantang dengan kebaya yang ia gulung sampai pinggang, rok batik juga terangkat sampai lutut. Wajah Juwi terlihat memerah, di sampingnya ada Devit yang mencoba menahan. Plaaakk!Sebuah tamparan mendarat di pipi Bu Nurmala, semua tercengang. Termasuk Pak Aryo yang syok. Di luar kendalinya, tiba-tiba tangan Bu Dewi melayang ke pipi Bu Nurmala."Sarah, bawa mama pulang!" Pak Aryo mencoba menahan amarahnya dengan menatap tajam Sarah. Pak Aryo menarik Bu Nurmala kencang, hingga berhasil lepas dari cengkraman Bu Dewi."Papa selingkuh, Papa jahat! dan wanita tua
Read more
39. Malam Pertama yang Tertunda
Rumah Devit telah sepi, tersisa Pak Aryo, Bu Nur, dan Salsa. Pak RT dan Bu RT juga telah kembali ke rumahnya. Pak RT akhirnya memakai sendal Pak Aryo, karena kebenaran ukuran kaki mereka sama. Pak Aryo meminta maaf kepada Pak RT karena sudah membuat tidak nyaman dengan insiden Juwi, beserta hilangnya sendal Pak RT. Apalagi Pak RT bercerita silsilah sendal tersebut. "InsyaAllah, saya minggu depan mau ke Jepang, Pak. Nanti saya gantikan ya, Pak," ucap Pak Aryo benar-benar merasa tidak enak."Wah jadi ngerepotin nih Pak Aryo, gak usah Pak. Jadi ga enak saya." "Ga papa Pak. Jangan sungkan! Maaf karena acara saya sendal bagus Bapak jadi hilang.""Eh, beneran Pak Aryo ga usah!" Pak RT masih menolak."Ya sudah kalau begitu.""Tapi, kalau ada warna hitam sih, boleh deh! tapi kalau tidak ada, coklat juga boleh." Pak Aryo dan Pak RT akhirnya tertawa bersama, mereka bersalaman, sebelum keduanya pamit pulang.Pak Juna dan Dewo juga su
Read more
40. Sarah ditangkap polisi
Sarah termenung di kamarnya setelah semalam, dia mendengar kisah lama kedua orang tuanya. Ia cukup terkejut dengan kenyataan bahwa mamanya merebut papanya dari ibu Juwi dengan cara yang tidak baik. Kedua matanya berkaca-kaca, mungkinkah ia yang mendapat balasan dari kesalahan masa lalu ibunya? Berulang kali ibunya meminta maaf kepada Sarah dengan air mata yang tak berhenti mengalir semalaman. Sarah menemani mamanya tidur di kamar, tak sampai hatinya melihat ibunya yang sedih semalam. Sarah membalikkan tubuhnya menjadi terlentang, menatap langit kamar yang sepi. Ada dua ekor cicak berkejaran, entah apa yang mereka perebutkan? Mata Sarah kunjung beralih dari sana. Tangannya tanpa sengaja menyentuh ponsel. Tiada pesan masuk dari siapa pun. Bahkan dari suaminya, tak ada pesan apapun sejak dua hari yang lalu. Ia menatap hampa ponselnya, wajahnya seketika sendu. Tumben, pikirnya. Ia melihat kontak ponsel suaminya, kontak yang ia tulis dengan nama Nyebelin. Ih nga
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status