All Chapters of Jodoh Pilihan Ayah: Chapter 21 - Chapter 30
36 Chapters
021 | Bertemu 'Rival'
"Dan ada saat kita bertemu dengan seseorang yang tidak diinginkankan." °°° Turun dari mobil, Damian langsung disambut oleh jutaan blitz kamera para wartawan yang berdiri di depan lokasi syutingnya hari ini. Pria itu tersenyum, memberikan yang terbaik, pada beberapa wartawan yang menghalangi jalannya.    Hampir sebulan tidak terlihat dan alfa posting di I*******m membuat banyak yang bertanya-tanya, kemana artis papan atas kita? Apa yang sedang dikerjakannya? Dan banyak pertanyaan lainnya.   "Kak Damian, gimana nih kabarnya hari ini? Kemana aja kok nggak pernah kelihatan dan nggak posting di I*******m?" tanya salah seorang jurnalis muda berpakaian serba hitam dengan logo Garuda di dada kirinya.   Damian tersenyum, sejenak ia menghentikan langkah, untuk menjawab juga karena langkahnya dihadang. "Saya sibuk syuting, capek, jadi nggak sempat posting-posting. Maaf ya untuk semua yang menunggu saya," kata
Read more
022 | Tentang Hati
"Ada hal yang tidak harus dibahas sedekat apa pun hubungan yang terjalin."   °°°   Sepertinya Damian akan lebih sering pulang terlambat mulai sekarang, jadwal syutingnya benar-benar padat. Ada dua proyek film yang baru mulai syuting di waktu bersamaan, satu iklan, dan satu dubbing film yang rencananya akan ditayangkan bulan depan. Pekerjaan yang menuntut dirinya untuk lebih ekstra, sementara ada hal lain yang harus diurusnya. Sang istri, Adinda.    Nyatanya pulang malam bukan berarti tidak bisa bersitatap dengan wanita itu jika yang terjadi kini Adinda sedang duduk di ruang tamu, mungkin menunggunya, sambil menikmati camilan dan minuman soda.    "Kok belum tidur?" tanyanya ketika mendaratkan bokong di samping Adinda.    "Nggak ngantuk."    Damian melihat tangan Adinda terjulur ke coffe table di depan mereka, meraih lembaran kertas yang Dam
Read more
023 | Ikut Syuting
"Ada saat di mana kita harus melihat dari dekat."   °°°   Ayara menyeret lengannya sejak turun dari mobil, gadis itu berjalan dengan tergesa sambil sebelah tangannya mengotak-atik ponsel. Di belakang mereka ada Angel yang berjalan sambil misuh-misuh menatap ponselnya, berkali-kali mendumel dengan menyebut nama dosen pembimbingnya. Adinda jadi semakin penasaran, hubungan seperti apa yang sebenarnya terjalin antara mereka?   Mereka berhenti di hadapan dua orang berseragam satpam. Sejenak Ayara melepaskan genggaman tangannya, ia beralih menunjukkan layar ponselnya pada di satpam, kemudian kembali menarik tangan Adinda dan mereka memasuki kawasan ramai orang.    Beberapa orang sedang berbincang, ada yang memegang sesuatu seperti triplek, mengatur stabilizer, memegang kamera, dan semacamnya. Dari apa yang indra penglihatannya tangkap saja Adinda langsung bisa menebak mereka berada di mana. 
Read more
024 | Perasaan Aneh
"Aku mungkin bukan yang paling sempurna, tapi akan selalu berusaha menjadi lebih baik." °°°Kedua orang tua Damian berkunjung ke apartemen malam ini, keduanya membawa banyak makanan seolah tahu bahwa di dalam apartemen tersebut tidak tersedia banyak makanan. Ya, memang begitu kenyataannya.Adinda masih belum sempat menyiapkan banyak camilan, sedangkan Damian lebih sering makan diluar karena jadwal syutingnya selalu padat. Pasangan pengantin baru itu tidak terlalu mempermasalahkan, tapi kedua orang tua Damian yang merasa hal itu sebuah masalah."Camilan bisa untuk mengisi kebosanan.""Camilan bisa mengganjal perut yang lapar."Adalah kalimat yang pasangan pengantin itu dengar sejak Amira dan Dirga menginjakkan kaki di apartemen milik D
Read more
025 | Katanya Kencan
"Rasanya aneh meskipun sudah sering dilakukan." °°° Adinda duduk dengan gelisah di depan ruangan dosen pembimbing skripsinya. Ini bukan kali pertama Adinda menemui dosen pembimbingnya untuk membahas terkait materi untuk seminar proposal pada semester ini, tapi rasa deg-degan masih selalu menghinggapi.  Dia langsung berdiri saat mendengar pintu terbuka. Dua orang temannya keluar dengan wajah cemberut, kentara sekali mendapat 'rintangan' dari si dosen.  "Gimana? Aman?" tanya Kinanti—seseorang yang berdiri di sisi kanan Adinda.  "Aman sih, tapi banyak revisian." "Judul diterima?"  "Diterima, tapi bab ketiganya ditolak, cuma acc judul dan bab 1."  "Wah, semangat ya! Yuk bisa kok pasti!" Mereka saling memberi semangat satu sama lain, terlihat sangat manis dala
Read more
026 | Keluar Kota
"Ada hal yang harus ditahan untuk tidak keluar dari dua belah bibir kita." °°° Adinda tidak menyangka bahwa selera Damian sangat sederhana seperti ini. Pria itu memesan nasi kepal, ikan asin, tempe dan tahu goreng, serta lalapan, oh minumnya pun hanya es teh manis dingin. Sangat diluar ekspetasi sekali. Dia pikir Damian akan gengsi memesan makanan seperti ini saat diluar rumah.  Ah, tidak. Harusnya Adinda sudah bisa menebak hal itu sejak kedatangannya ke angkringan ini.  Mereka duduk berhadapan, makan dalam diam, sesekali saling lirik dan membuang pandang
Read more
027 | Sesuatu Yang Baru
"Kalau suka katakan, kalau benci diselesaikan agar tidak menjadi penyakit." ♡♡♡. Adinda baru saja tiba di apartemen ketika jarum jam menunjukkan pukul setengah lima luka. Setelah mengantar Damian tadi, kebetulan saja orang tuanya meminta untuk bertemu. Adinda tentu saja tidak bisa menyia-nyiakan kesempatan untuk bertemu orang tuanya.  Mereka membicarakan banyak hal mulai dari kuliah Adinda sampai pembicaraan dengan topik "rumah tangga" Adinda.
Read more
028 | Kami Nyambung
"Dalami peran dan kau akan rasakan."   ♡♡♡   Adinda menggelengkan kepala atas pertanyaan dari sosok yang dikenalnya tersebut. Ares. Salah satu artis ibu kota yang namanya sedang naik daun karena salah satu series yang diperankannya. Ares terkenal sebagai aktor yang ramah dan sangat sederhana, hal itu terbukti dengan kehadirannya di kedai kopi dekat apartemen Adinda ini.   "Enggak kok, Mas. Saya cuma kaget karena ... bisa ketemu Mas di sini," kata Adinda, agak mengernyit mendengar panggilannya pada Ares yang ditaksir lebih muda darinya.  
Read more
029 | Meeting With "Partner"
Lama ya nggak update, hehe. Maaf ya. silakan baca bagian terbaru ini dengan hati gembira✨ °°° Pagi-pagi sekali Adinda sudah berangkat dari apartemen menuju kampusnya. Hari ini, ada banyak agenda yang harus dikerjakannya. Mulai dari sarapan bersama teman-temannya di kantin— agenda ini berlangsung selama seminggu setelah mereka berada di semester atas, agar komunikasi tetap terjalin—lalu ada rapat anggaran untuk produksi film, dan yang terakhir akan menjadi komunikasi dengan calon "aktor" dalam film mereka. "Lo udah nemu belum tema dan alur kayak apa yang mau dibuat?" tanya Ayara pada Angel yang sedang menyeruput kuah bakso di mangkuknya. Angel mengangguk-angguk kecil. "Gampang itu. soal beginian mah gampang sama gue kalau," sahutnya sombong. "Gaya lu!" dengkus Ayara. Tatapannya beralih pada Adinda yang masih mengaduk-aduk jus jeruk di gelasnya agar dinginnya merata. "Kalau lo udah sampe mana pembahasan film, Din?" tanyanya Adinda letakkan sedotan yang dia untuk mengaduk jus je
Read more
030 | Damian Feeling
Halo! Selamat membaca ya♥️♡♡♡Damian baru menyelesaikan syutingnya ketika dering ponsel di saku celana menarik atensinya. Buru-buru pria itu mengambil benda pipih warna hitam miliknya, mengusap layar ke sebelah kiri untuk mengangkat panggilan. Sudah sejak tadi pagi dia menunggu panggilan ini. "Halo, Mas! Mas maaf banget ya baru nelepon kamu jam segini, aku beneran lupa ada janji mau teleponan sama kamu. Ini aku baru pulang setelah meeting budget sama temen-temenku," ujar suara di seberang sana tampak buru-buru, seolah takut kalimatnya dipotong. Damian terkekeh tanpa suara. Dia mengusap tulang lehernya yang terasa pegal karena sejak siang dia belum ada istirahat. Hari ini jadwalnya padat sekali, dari pagi sampai malam begini dia terus membaca teks, menghafal, dan mulai take. Mendengar suara istrinya menjadi angin segar untuknya. "Gue kira udah lupa kalau punya suami," kata Damian, ingin mengerjai istrinya. "Ih Mas, nggak gitu!" rengek Adinda di seberang telepon. "Aku beneran lupa,
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status