Semua Bab Telanjur Cinta: Bab 21 - Bab 30
83 Bab
21. Home Care
"Bila!"Tidak kuhiraukan panggilan dari Kak Sabiru. Ingin melihat seberapa tegasnya dia menghadapi sikap kekanakan Kiara padanya. Mengabaikan rasa lapar yang menyerang perut, aku berlalu menuju kamar Keanu.Memilih menyamarkan rasa melilit ini dengan membenahi kamar bayi itu. Namun, baru juga menapak tiga langkah, Kak Sabiru meraih tanganku. Membuatku menghentikan langkah dan berpaling malas padanya."Mau ke mana? Makan dulu!" suruhnya tegas."Aku bisa menahan rasa lapar, tapi untuk menahan cemburu itu berat, Kak," sahutku enteng.Kak Sabiru mendesah kecewa. "Andai saja waktu itu kamu mau bersabar, untuk pelan-pelan mencari donor mata dari orang lain. Mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini."Aku menunduk merasa menyesal. "Jadi Kakak menyalahkanku?""Bukan begitu!" tukas Kak Sabiru cepat. Tangannya langsung menaikan daguku agar mau menatapnya. "Permintaan Tama am
Baca selengkapnya
22. Tumbangnya Tante Santi
❤️❤️❤️Kak Sabiru melajukan mobilnya dengan tenang. Aku dan Keanu menemaninya di depan. Putra kami terlihat begitu senang. Bayi itu melonjak-lonjak terus di pangkuan selama dalam perjalanan.Di belakang ada Tante Mirna yang duduk bersisian dengan Rani. Kami terlibat perbincangan ringan. Dari gesture dan ucapannya terlihat Rani seorang gadis yang tidak banyak cakap. Pemudi itu tampak malu-malu saat ditanya seputar kehidupan pribadinya.Tidak terasa kami telah tiba di rumah. Usai Kak Sabiru memarkirkan mobil di halaman, kami berlima dengan Keanu gegas melangkah menuju hunian Kiara. Tante Mirna dan Kak Sabiru berdiri di depanku untuk mengucapkan salam.Tidak sampai tiga menit pintu rumah lekas terkuak. Wajah Tante Santi begitu semringah melihat kedatangan tamunya. Perempuan paruh baya itu memekik riang dan langsung memeluk mantan calon besannya dengan hangat."Kok gak bilang-bilang sih, Jeng? Kal
Baca selengkapnya
23. Playing Victim
Suasana terasa begitu mencekam. Kiara terus saja menjerit menyaksikan ibunya meracau tidak jelas. Mungkin karena itu Rani yang tengah menenangkan Keanu kembali mendekat. Bayi itu sudah berhenti tangisnya. Lekas kuambil alih dari gendongan Rani.Rani sendiri langsung mendampingi Tante Mirna begitu Keanu kuambil. Dokter dan perawat itu membiarkan tubuh Tante Santi terlentang di sofa. Tanpa mengubah posisinya. Menurut Tante Mirna mengubah posisi akan memungkinkan pecahnya pembuluh halus di otak penderita.Tante Mirna juga mengatakan kalau Tante Santi mengalami gejala stroke. Pernyataan itu diperkuat saat Kiara mengiyakan riwayat hipertensi ibunya yang cukup berat. Gadis itu kian terisak-isak mendengar penjelasan Mamanya Elma.Isak tangis pilu dari mulut Kiara membuat susana kian menegangkan bagiku. Kak Sabiru sendiri masih mondar-mandir menghubungi ambulans. Hanya Tante Mirna yang masih terlihat tenang. Wanita itu membisiki s
Baca selengkapnya
24. Iba
💔💔💔Aku menghirup oksigen sebanyak mungkin. Menarik napas dalam-dalam. Menghadapi keluarga Kiara memang sangat menguras jiwa dan perasaan. Mereka begitu bar-bar dan semena-mena. Mungkin itu karena pengaruh sang ibu yang tiada hari tanpa mengomel.Dengan perasaan sedih bercampur kesal, kupungut rantang stainless yang di lempar Amara barusan. Tumpahan nasi beserta lauknya mengotori lantai teras rumah ini. Tanganku meraup remahan makanan yang tercecer itu. Lantas membuangnya ke tong sampah yang tergeletak rapi di pojokan teras ini.Lantai teras ini harus dipel supaya maksimal bersih. Itu tidak mungkin kulakukan mengingat pintu rumah yang terkunci rapat. Sehingga aku cukup membersihkan semampunya saja. Dengan tangan yang masih belepotan langkah kuderap menuju rumah.Merasa penat jiwa dan raga kuputuskan untuk tidur lebih awal. Sayangnya mata ini sulit terpejam. Bahkan segelas susu yang kuminum denga
Baca selengkapnya
25. Keputusan Berat
Terima kasih untuk kesetiaannya dengan cerita ini. Semoga terhibur 🙏💔💔💔Aku tercekat mendengar permintaan mustahilnya Tara. Pemuda yang kupikir berbeda dengan saudara-saudaranya ternyata sama saja. Mereka hanya memikirkan kepentingan pribadi. Perasaanku seolah tidak berharga. Lekas kutarik tangan yang tengah ia genggam kuat ini. Tara kembali menatapku. Detik berikutnya wajah murungnya menunduk. "Mama dan Kak Kiara adalah tulang punggung kami. Jika keduanya tumbang kami bingung harus berbuat apa?" ujarnya lirih berbalut sendu. "Kamu anak laki-laki, Tara. Sudah sepantasnya kamu menanggung beban keluarga."  "Ya, aku tahu," sahut Tara kian lirih. Kini ia tengadah. Seolah tengah menahan genangan air di kelopak mata. "Tapi ... tapi aku bukan pejantan tangguh, Mbak Bila." Tara menjeda omongan. Setetes lelehan be
Baca selengkapnya
26 Tragedi
Terima kasih atas kunjungannya. Semoga yang sudi buka kunci rejekinya lancar terus 🙏 "Baiklah kalau itu keinginanmu, akan kupenuhi, Bila. Tapi tolong jangan pernah menyesali keputusan gilamu ini!" ancam Kak Sabiru dingin. Selanjutnya, pria itu berlalu pergi tanpa menoleh lagi.  Aku hanya bisa menghembus napas resah setelahnya. Lelah. Kata itulah yang mendorongku untuk mengikhlaskan Kak Sabiru menikahi Kiara. Tekanan demi tekanan yang mendera membuatku goyah.  Dadaku sesak setiap kali teringat permintaan Tara. Pemuda itu amat tertekan. Dia masih belum terlalu dewasa untuk memikul beban menghimpitnya.  Kakak dan ibunya yang biasa menjadi penopang hidup telah tumbang. Sementara masih ada dua gadis yang perlu dibiayai. Sedangkan Tara baru juga lulus beberapa bulan lalu. Pemuda itu masih minim pengalaman.  
Baca selengkapnya
27. Asing
Terima kasih untuk semua orang yang telah sudi membaca kisah ini. Semoga terhibur dan happy reading Zheyenkkk 😘💔💔💔"Kak Sabiiir!"  jeritku mendapati wajah Kak Sabiru penuh darah. Darah merah segar mengalir dari pelipisnya. Juga lebam-lebam biru hasil tonjokan dari Zayn membuat wajahnya kian mengenaskan. Pria itu meringis dan merintih. "Bi-Bi-Bila ... Sa-kit," ucapnya sembari terus mendesis. "Bertahanlah, Kak!" seruku panik. Kupeluk Kak Sabiru erat. "Kalian tolonglah cepattt!" jeritku mendongak ke lantai atas.  Semua orang masih terbengong-bengong menyaksikan tragedi berdarah ini. Kini setelah mendengar jeritan minta tolong dariku, baru Om Johan dan Paman Hasan bergerak turun. Mereka berlarian menuruni anak tangga guna menolong kami. Sementara Zayn, dari bawah sini kulihat
Baca selengkapnya
28. Babak Baru Hidup Biru
"Istri?" Mata Kak Sabiru membola lebar. "Kapan aku menikah? Dan seperti yang kalian tahu, gadis yang kucinta itu Kamila. Bukan dia!"Jleb!Seperti ada sebilah belati tajam yang menusuk ulu hatiku. Sakit dan amat perih. Napasku tercekat.Beberapa detik aku termangu. Tidak! Kak Sabiru pasti sedang bergurau. Dia tidak mungkin melupakan aku. Aku wanita kedua yang amat ia cinta setelah almarhum Kamila."Kak Sabir ...." Ketika aku hendak meraih tangannya, pria itu menepis lagi. Kak Sabiru menggeleng dengan maksud tidak mau disentuh olehku. "Kakak boleh saja bercanda, tapi jangan bergurau dengan pura-pura melupakan aku. Aku gak suka, tahu!" tandasku sedikit marah. Karena pria itu menghindar setiap aku mendekat"Elma ... suara gadis ini mirip Kamila. Tapi, Mila tidak setinggi ini," ujar Kak Sabiru membandingkan.Elma terlihat bertukar pandang dengan Kiara. Kedua gadis itu sepertin
Baca selengkapnya
29. Siasat
Terima kasih untuk semua orang yang telah sudi singgah di tulisan ini. Semoga rejeki kalian yang telah bersedia membuka gembok ini banjir bandang 🤲🙏Nabila. Wanita itu ... Ya Allah ... Kenapa ujian ini begitu dahsyat menghantam rumah tanggaku yang baru seumur jagung? Memang sudah setahun lebih kami hidup bersamanya. Tetapi, kami belum lama merasakan manisnya madu pernikahan.Bahkan aku baru menjalankan kewajiban menjadi seorang suami untuk Nabila belum lama ini. Wanita itu mau menerimaku setelah Keanu lahir. Sebelumnya hanya kebencian yang ia tunjukkan padaku. Butuh perjuangan khusus untuk menaklukkan hatinya.Nabila wanita berkepala batu. Masih ingat dulu betapa dia begitu tangguh menghindari aku. Padahal dia tengah mengandung darah dagingku.Nabila juga wanita yang malang. Sedari kecil hidup susah. Pergi merantau menemui ibunya justru berakhir tragis karena bertemu denganku. Dan seka
Baca selengkapnya
30. Masih Bersandiwara
Terima kasih untuk semua pembaca yang sudi membuka kunci part ini. Semoga rejeki kalian semua banjir bandang 🤲🙏(POV Sabiru)Azan Subuh berkumandang. Seperti alarm alami, aku pun terjaga. Ketika hendak membuka mata terjadi pergerakan. Sepertinya Nabila juga mulai bangun.Aduh ... bagaimana ini? Harusnya aku lebih awal bangun dari dia. Supaya kedok ini tidak terkuak. Terasak tubuh Nabila menggeliat. Aku masih berpura terpejam dengan kedua tangan masih mendekap erat perutnya.Kini hembusan napas Nabila menggelitik muka. Aku hapal aroma mulut dia. Sepertinya Nabila sudah membalikkan badan dan mungkin tengah menatapku.Pelukan erat dari tanganku tidak Nabila lepaskan. Justru ia kian merapatkan badan. Dadaku ia jadikan bantalan."Kak ... kenapa ujian rumah tangga kita kian besar menerjang?" Nabila bertanya lirih. Rambut panjangnya ia gesek- gesekan ke dadaku.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status