All Chapters of Derita Istri Simpanan Pria Angkuh: Chapter 161 - Chapter 170
212 Chapters
161. Melihat Nadira
"Lala sudah tidak sabar untuk bisa secepatnya sampai ke rumah sakit kanda." Lala berkata ketika mereka sudah selesai membeli kado untuk bayi Nadira dan Arga."Rumah sakitnya dekat sini kok Dinda." Iswandi tersenyum dan mengemudikan mobilnya."Lala tidak sabar ingin melihat anaknya Nadira. Lala yakin, anaknya pasti sangat tampan, soalnya Nadira sangat cantik, pak Arga juga ganteng," puji Lala"Ngomong apa tadi?" tanya Iswandi."Anak Nadira pasti sangat tampan, soalnya Nadira cantik, pak Arga juga ganteng." Lala tanpa ragu  mengulang ucapannya."Jadi menurut Dinda, kanda tidak ganteng,” Iswandi memandang Lala.Lala mengerutkan keningnya ketika mendengar pertanyaan dari Iswandi. Melihat raut wajah Iswandi Lala tahu bahwa pria itu sangat marah ketika mendengar dirinya memuji suami temannya."Kenapa Dinda diam saja, apa menurut Dinda kanda ini tidak ganteng?" tanya Iswandi.Lala menggelengkan kepalanya. "Kanda ganteng, ga
Read more
162. Cerita bersama
"Ada apa ini ribut-ribut." Andrea yang baru masuk ke dalam kamar memandang Arga dan Iswandi. Pria berwajah tampan itu, mengambil bayi yang ada di tangan abangnya tanpa permisi.Arga diam memandang Andrea. Namun pria yang saat ini dipandang bersikap acuh seakan tidak terjadi apa-apa."Di depan anak bayi tidak boleh ribut." Andrea menasehati, ia tersenyum memandang wajah keponakannya. Andrea mendaratkan tubuhnya di sofa.Arga dan Iswandi hanya diam ketika mendengar ucapan Andrea."Ternyata tuan muda Andrea bisa menggendongnya." Iswandi tersenyum memandang Andrea yang sudah sangat pandai menggendong bayi."Tentu saja, aku pakai teori yang berbeda. Bang Arga, buat dulu baru belajar menggendong, sedangkan aku, belajar menggandeng dulu baru membuat." Andrea berkata dengan tersenyum.Iswandi tertawa saat mendengar ucapan Andrea. "Saya akan mengikuti teori yang tuan muda Andrea lakukan." Iswandi diam ketika menyadari, bahwa bosnya sedang memandangny
Read more
163. Jumpa Calon Mertua
Iswandi duduk di meja kerjanya. Hari ini pria itu bekerja dengan sangat keras. Ia langsung melakukan pemeriksaan ke seluruh bidang. Kecurangan demi kecurangan terlihat jelas oleh matanya yang jeli. Iswandi mengambil ponselnya dan menghubungi nomor seseorang."Halo," ucap pria di seberang sana."Halo, aku ingin kamu datang ke Semarang besok pagi, dan aku ingin kamu melakukan penyelidikan besar-besaran di pabrik tebu, kemudian di perkebunan tebu." Iswandi memberikan perintahnya."Baik pak.""Saya juga ingin kamu melakukan pemeriksaan terhadap pabrik-pabrik yang berada di sini. Sekarang saya sudah merasa tidak percaya lagi dengan pekerjaan mereka, ternyata mereka sangat pintar." Iswandi menemukan kecurangan-kecurangan di beberapa pabrik milik Arga yang berada di Semarang. Saat ini, ia masih terus melakukan pemeriksaan. Selama beberapa bulan ini, pabrik-pabrik yang ada di Semarang memang tidak begitu diperhatikan oleh Iswandi, karena dirinya fokus dengan perm
Read more
164. Hanya Setuju
Heru diam mendengar pertanyaan Iswandi keringatnya mulai bercucuran. Berulangkali Heru mengusap keringatnya. Dirinya tidak mengerti dengan semua pertanyaan yang dilemparkan untuknya. "Saya, saya tidak memberikan Lala uang.""Mengapa tidak?" Tanya Iswandi."Karena saya  memiliki 4 orang anak yang masih bersekolah, dan membutuhkan biaya yang cukup besar." Heru berkata dengan bibir bergetar.Iswandi mengerutkan keningnya ketika mendengar jawaban dari Heru. "4 orang anak." Iswandi mengangkat empat jarinya."Iya 4 orang anak.""Apa pak Heru punya 4 orang anak?" Iswandi kembali mengulang pertanyaannya.Heru diam. "5 masuk Lala.""Kenapa pak Heru hanya mengatakan 4, apa pak Heru tidak menganggap Lala itu putri pak Heru. Padahal pak Heru selalu meminta uang kepadanya."Heru diam tanpa bisa untuk menjawab."Saya paham, mungkin karena Lala itu lama tidak pulang, jadi sudah terasa tidak jadi anak lagi, seperti itu kira-kira ya
Read more
165. Berubah Sikap
Sejak tadi Lala ingin menghubungi Iswandi, namun ia terpaksa membatalkan niatnya, mengingat pesan yang dikirimkan Iswandi untuknya, pria itu mengatakan bahwa hari ini sangat sibuk dan akan menghubunginya bila sudah tidak sibuk."Padahal baru saja pergi semalam, tapi sekarang rasanya sudah rindu sekali." Lala memajukan bibirnya kedepan. Menonton televisi merupakan salah satu cara untuk mengusir kerinduannya. Namun ia tetap memandang ponselnya setiap saat, melihat apakah ada pesan masuk dari calon suaminya.Lala begitu senang ketika mendengar dering di ponselnya, dengan sangat cepat ia menjangkau ponselnya yang tidak jauh dari tempat dirinya berbaring saat ini. Lala melihat panggilan masuk yang ternyata dari papanya. Biasanya papanya akan menghubunginya bila membutuhkan uang. Lala diam beberapa saat sebelum mengangkat sambungan telepon tersebut. Bagaimana bila papanya minta kirimkan uang lagi, padahal dirinya baru saja mengirimkan uang, dan Lala sangat tidak enak bila me
Read more
166. Tidur Saja
"Iya kapan sih anak bayi ini bisa diajak cerita?" tanya Arga. Selama dua hari ini, Arga memperhatikan putranya hanya tidur saja dan bangun pun paling hanya sebentar untuk menyusu, setelah itu tidur lagi."Dira juga nggak tahu by." Nadira tersenyum."Apa semua  anak bayi memang seperti ini ya?" Arga bertanya sambil memandang bayi yang di tangan istrinya."Mungkin juga," jawab Nadira. "Sakit By, tempat tidurnya jangan gerak." Nadira meringis menahan rasa sakit ketika Arga duduk di tepi tempat tidur. Perutnya terasa begitu amat sakit, ketika spring bed bergeser sedikit saja. "Maaf sayang, hubby lupa." Arga dengan cepat memeluk istrinya."Kalau Hubby naik ke atas tempat tidur, jangan duduknya langsung kuat, Hubby harus pelan-pelan, biar Dira nggak sakit." Nadira memajukan bibirnya."Maaf ya, Hubby lupa." Arga mencium bibir istrinya berulang-ulang kali, hingga istrinya tenang dan berhenti mengomel. "Sini sama Daddy." Arga
Read more
167. Lelah.
Iswandi hanya diam menatap wajah calon istrinya."Padahal kanda perginya belum lama, tapi Lala rasanya sudah rindu sekali.""Makanya kita nikahnya buru-buru, biar bisa dekat selalu." Iswandi mengulum senyumnya."Iya kanda, Lala nggak nolak kok nikah buru-buru," jawab Lala dengan tersenyum genit.Iswandi tertawa mendengar jawaban Lala."Kanda tahu nggak kalau kupu-kupu itu gak ulang tahun?" Tanya Lala."Manalah Kanda tahu Dinda, emangnya kerjaan kanda ngurusin kupu-kupu."  Iswandi memandang Lala dengan membesarkan matanya.Lala tertawa saat mendengar jawaban Iswandi. "Kupu-kupu nggak pernah ulang tahun kanda, soalnya kupu-kupu hidup hanya 47 hari," jelas Lala.Iswandi membulatkan bibirnya ketika mendengar penjelasan Lala."Apa kanda tahu, kalau babi itu tidak tahu matahari dan bulan?""Jangankan matahari dan bulan, lihat anaknya aja mungkin nggak tahu."Lala tertawa. "Iya juga ya, babi nggak bisa mengan
Read more
168. Sampai di Semarang.
Nadira duduk di atas tempat tidur. Ia hanya tersenyum saat melihat suaminya yang sedang bersiap-siap untuk ke kantor. "Dasinya Dira yang bantu pasangin by."  Nadira menawarkan jasanya.Arga tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Pria itu memegang dasinya dan berjalan mendekati istrinya yang duduk di atas tempat tidur. Ia duduk di tepi tempat tidur dengan sangat pelan-pelan, agar istrinya tidak mengomel. "Apa masih terasa sakit,” tanyanya."Iya by, jahitannya panjang." Wajah Nadira meringis ketika menceritakan kepada suaminya."Pasti setelah ini bentuknya tidak lurus lagi." Arga sedikit tertawa."Apanya yang gak lurus by?" Nadira tidak memahami apa yang dimaksud suaminya."Yang di bawah." Arga tersenyum jahil dan memandang ke arah yang dimaksudnya."Hubby!" Nadira kesal dan memukul-mukul paha Arga.Arga tertawa ngakak melihat wajah istrinya yang memerah. "Tapi beneran, Hubby lihat miring, gak lurus lagi." Arga m
Read more
169. Di Rumah Lala
Heru duduk di kursi ruang tamu bersama dengan Lala dan juga Iswandi.Sejak tadi Heru memandang ke arah dapur dan juga kamar. Pria itu sedang mencari sosok istrinya.Lala yang mengerti apa yang sedang dicari papanya, hanya diam tanpa berani untuk bertanya. Ia merasa malu sendiri datang ke rumah orang tuanya seperti ini."Melisa, buat minum. Meliati panggil mama ke sini." Heru memberikan perintah kepada kedua anaknya yang hanya menonton."Iya pa," jawab kedua gadis remaja tersebut."Nak Iswandi apa menginap di sini?" Heru mencoba mencari topik pembicaraan. Ia merasa tidak enak terhadap Iswandi."Enggak pak, saya akan langsung pulang ke Jakarta. saya hanya datang mengantar Lala saja." Iswandi sedikit tersenyum."Diminum dulu nak kopinya." Heru mempersilahkan Iswandi, ketika anaknya meletakkan kopi di atas meja."Iya pak, terima kasih." Iswandi sedikit menyeruput kopi di cangkirnya."Sudah datang ya, maaf ya tadi mama dikama
Read more
170. Banyak Hantaran
Nadira duduk atas tempat tidur. Dirinya tersenyum memandang putranya yang saat ini sedang terbangun. Dengan sengaja Nadira tidak membedong nya, agar putranya bangun lebih lama.“Kalau lagi dibedong, langsung tidur. Tapi bila tidak dibedong,  matanya melek." Nadira memandang wajah putranya yang tampan."Anak mommy kapan sih pandai senyum?" Nadira menjepitkan jarinya  di pipi putranya ke atas, agar wajah putranya terlihat seperti sedang senyum. "Kalau senyum seperti ini, barulah terlihat tampan." Nadira gemes sendiri melihat wajah putranya.Nadira mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas. ia melihat panggilan masuk dari Lala. Dengan cepat Nadira mengangkat sambungan telepon tersebut."Halo Nadira." Lala langsung berbicara ketika Nadira mengangkat sambungan teleponnya."Iya halo La, assalamualaikum.""Waalaikumsalam." Lala tersenyum. Dirinya begitu sangat senang sehingga lupa mengucapkan salam."Lala apa kabar? Lag
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
22
DMCA.com Protection Status