All Chapters of Tertipu Masa Lalu: Chapter 141 - Chapter 150
160 Chapters
Tertipu Kegaduhan
 Suara riuh  di halaman  rumah  Ben Daniel  membuat Megan langsung  meninggalkan  kamar  Anna  dan langsung  menuju  tempat  terjadinya  kerusuhan. Ia bahkan  lupa berpamitan  kepada  Ben, seketika  itu  ia segera  berlari melewati  anak tangga  yang  lumayan  panjang  ketika  hendak  menuju  ruang  tamu.  Ia bahkan  tidak  menyadari  keberadaan  Lisa—ibu Anna yang  sedang  duduk bersandar  di dekat  tangga. Dengan  langkah  yang  tergesa-gesa, Megan akhirnya berhasil juga sampai  di pelataran rumah  Ben  Daniel  yang  jaraknya  tak jauh  dari  jalan  raya. "Kalian  sedang  apa  beramai-ramai di sini?" tanya  Megan, sambil  mengangkat  k
Read more
Seperti Terbakar
 Ruangan seketika terasa panas. Seakan suhunya mendadak naik. Bulir besar seukuran jagung mulai mengalir deras membasahi kering seorang pemuda bernama delano.  "Ayo, mendekatlah! Anna sudah menunggumu!" perintah Ben Daniel, yang mirip seperti majikan kepada pegawainya.  Bukan cuma suaranya saja yang terdengar melengking. Tapi sebelah tangan kanannya mendorong kasar dan memaksa tubuh Delano untuk bergerak maju dan membuatnya tersengkur tepat menindih tubuh Anna yang ketika itu sedang terbaring di ranjang.  "Arrrrgh ...."  Suara teriakan melengking terdengar memenuhi ruangan. Memancing siapapun yang berada di sana agar mendekat dan m
Read more
Rencana Mencekam Bagian 1
 Semua orang yang bertamu di rumah Ben sudah pergi. Tak ada seorang pun yang tersisa kecuali Lisa. Wanita itu tampak seram dengan gaun berenda yang serba putih yang kini menempel di tubuhnya.  Rambutnya yang pirang sebahu, ini memang sengaja dibiarkan tergerai. Langkahnya semakin cepat ketika mendekati putri kandung satu-satunya. Membuat Anna tegang, lengkap dengan pahatan wajahnya yang mengetat.
Read more
Rencana Mencekam Bagian 2
 Suara Anna terdengar melengking saat Ben sedang sibuk membuka koper berisi buku mantera di ruang rahasia miliknya.  Jantungnya berdegup kencang, tangannya bahkan tidak berhenti gemetar saat mengemas seluruh barang penting miliknya. Beberapa menit kemudian kakinya berlari meninggalkan ruangan seraya berteriak ,"Anna!"  Ia bahkan masih menata napasnya yang masih terengah-entah. Tapi ia sudah dikejutkan oleh kehadiran sosok aneh yang amat menakutkan.  Wajahnya semakin seram saat sengaja menampakkan gigi runcing yang panjangnya melewati bibirnya.  "Hey, siapa kamu!" teriak Ben menahan
Read more
Rencana Mencekam Bagian 3
  Tubuh Ben bersantai, perlahan duduk sambil bersandar di lantai. Ditemani Delano dan juga Anna yang memilih.  Mereka bertiga tampak saling menguatkan satu sama lain. Mereka saling berpegangan tangan. Apalagi cuaca bersahabat.  Tiba-tiba saja, hujan lebat mengguyur tempat itu. Sementara di luar rumah, angin kencang datang
Read more
Rumah Seram
 Delano sangat Malang, ke mana pun ia pergi selalu ditimpa masalah. Bayang-bayang masa lalu selalu mengikutinya. Dadanya kian sesak, ia kembali merasakan sakit yang luar biasa.  Rasa itu terasa bersarang di kepalanya. Ia terus meronta-ronta sambil menjerit dan memanggil nama Oscar dan Daren seolah sedang meminta bantuan. "Delano, sadarlah kita tidak sedang pergi tamasya, apa lagi liburan." Anna dibantu Sarah terus mengguncang tubuh pemuda itu hingga tak lama kemudian ia terbangun.  "A-aku di mana?" Delano menatap bingung di lingkungan sekitar.  Sarah yang sejak awal memang tak suka, hanya bisa diam. Tatapan mata sinis seketika dilemparkan begitu saja.
Read more
Kamar Rahasia
 Sarah dan Anna saling berpegangan tangan saat Delano meminta mereka memasuki rumah secara bersamaan. Gigil lengkap dengan gumpalan awan putih mengepul memenuhi ruangan ruang tamu rumah besar itu mulai terbuka.  Pintunya terdengar berderit membuat nuansa sekitar semakin menyeramkan. Anna bahkan melangkah perlahan sambil menggenggam erat telapak tangan sarah. Ujung buku jemarinya pun terasa dingin.  "Sssst ... Delano, rumah siapa ini? Mengapa kita kemari?" tanya Sarah seraya berusaha memelankan suaranya.  Delano menghentikan langkahnya, ia tidak menjawab dengan kalimat. Hanya isyarat yang sengaja ia tunjukkan. Pemuda itu, memberikan isyarat dengan meletakkan telapak tangannya di depan bi
Read more
Rumah Kematian
 Delano amat terkejut saat menyadari menghilangnya Sarah. Matanya membiak ke segala arah. Kemudian tatapan matanya bertemu dengan Anna yang terlihat begitu histeris menyadari menghilangnya sahabat terbaiknya.  "Sssst ... jangan menangis. Pelankan suaramu, aku yakin ada yang sedang mengamati kita." Delano melirik leher Anna ketika berbicara, ia tidak lagi menemukan kalung yang terbuat dari kain berwarna hitam yang semula menggantung di leher gadis itu.  Barulah Kemudian ia pun bernapas lega. Baginya, jimat yang dikenakan oleh Anna adalah ketakutan terbesar. Entah apa yang membuatnya seperti itu. Tidak tahu apa isinya, yang jelas ... ketika berdekatan Delano bagaikan terbakar.  "Tapi baga
Read more
Mengejutkan
 Anna duduk bersimpuh di lantai dengan tubuh lemas. Ia bahkan tidak mampu menopang tubuhnya sendiri hingga kemudian membuatnya ambruk begitu saja. Tak lama kemudian, salah satu sisi dinding terdengar gemuruh diiringi suara bergetar. Pandangan Anna tertuju di dinding itu. Meski raut wajah tampak jelas sedang ketakutan.  Terlihat seorang gadis, dengan tubuh semampai, sedang berdiri membelakangi Anna dari jarak sekitar kurang lebih enam meter dari tempat Anna berada.  Anna berusaha bangkit perlahan. Ia sepertinya mengenali sosok siapa itu. Tergambar jelas dari raut wajahnya yang sedang mengerutkan dahi, tampak terkejut dengan munculnya si gadis dari balik tembok saat itu. 
Read more
Terpaksa
Anna hanya bisa diam. Membela diri pun rasanya percuma. Toh Sarah sudah melihat sendiri saat ia dan Delano sedang melakukan hubungan sebelum pernikahan. Sungguh. Anna tidak menduga, jika Sarah segila itu dalam menjalin hubungan sesama jenis. Hatinya ingin berteriak saat mendengar pengakuan pahit yang diucapkan oleh Sarah kala itu. Dengan tangan yang masih gemetar. Anna masih tetap mengacungkan pisau ke arah Sarah yang kini memberanikan diri mendekatinya lengkap dengan cinta yang tajam. "Sarah! Jangan lakukan itu," sergah Anna mencoba mencoba. Namun, Sarah sudah menggila bahkan ia seolah hilang akal. Bukannya mengurungkan niatnya untuk melangkah maju, justru ia semakin bersemangat dengan langkah lebar mendekati Anna. Tiba-tiba secepat kilat ia berhasil merebut bilah pisau yang semula berada di genggaman Anna. "Lepaskan! Kamu sudah gila!" teriak Anna dengan wajah mengeras. Kini pisau sudah berpindah ke tangan kanan Sarah, dengan genggaman kuat di sebelah kanan dengan sebelah mata
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status