Lahat ng Kabanata ng Tertipu Masa Lalu: Kabanata 11 - Kabanata 20
159 Kabanata
Awal yang Baru
Malam hari di sebuah bangunan mirip kastil tua. Pukul 23.10 Delano duduk termenung, sambil memandangi kartu nama yang bertuliskan nama Jeff Hilton di kamarnya. Diusapnya berulang kali, lalu ia mengeluarkan potret kebersamaan dengan ibunya di masa kecil dulu. "Lihatlah, anakmu sudah dewasa saat ini. Aku akan mewujudkan impianku, semoga kau berbahagia di sana, Bu." Delano menitikkan air mata, setelah mendengar dua temannya sedang ribut ia segera mengusap kasar bulir bening yang berhasil merembes di pipinya. Delano bangkit, kemudian menghampiri kedua temannya. "Terimakasih sudah membawaku ke tempat terkutuk itu." Hening. Kedua begundal kecil yang kini telah dewasa dan berubah menjadi preman jalanan, terdiam membeku menundukkan kepalanya di hadapan Delano. "Kenapa kalian diam?" tanya Delano sambil terkekeh dan membentangkan kedua tangannya. B
Magbasa pa
Rasa Penasaran
Oscar menjelaskan kegiatan kegiatan Jeff Hilton pada Delano. Pria berwajah tampan dengan garis tegas namun memiliki keanehan fisiknya, dengan cepat sekali mempelajari pekerjaan barunya. Ia bahkan bisa menyediakan kopi hitam pekat kesukaan Jeff Hilton. Dan Jeff pun menyukai apapun yang dibuatkan Delano. Bagi Jeff, pekerjaan Delano begitu memuaskan meski masih tergolong baru. Ada hal menarik dalam diri Delano. Pria pendiam, tapi begitu pandai merancang lukisan lukisan.  
Magbasa pa
Munculnya Darren
Firenze - Italia, malam hari.Pukul 21.00  Delano pulang dengan rasa kesal dan dilema. Kenangan masa lalu bersama sang ibu kembali bermunculan di benaknya. Semua itu membuat hati Delano begitu sakit.  Di sisi lain, ia bingung memilih tetap melangkah atau mengundurkan diri setelah mengetahui kebobrokan Jeff Hilton.  Di jalanan yang mulai perlahan sepi, Delano berjalan deng
Magbasa pa
Amarah Jeff Hilton
Oscar dan Delano berjalan dengan langkah kaki seribu menuju ruang pribadi Jeff Hilton, setelah suara bariton si pemilik galeri terus saja memekik tanpa henti. Ya. Ruangan luas, yang bisa disebut sebagai kamar pribadinya ini memang tidak bisa dimasuki sembarang orang. Namun, Jeff memberikan Oscar dan Delano akses khusus memasukinya. Perlakuan spesial untuk orang yang memiliki bakat tak biasa selalu Jeff berlakukan. "Dari mana saja kamu!" geram Jeff Hilton, dengan sorot matanya yang tajam mengiris menatap Delano yang berdiri berhadapan dengan kepala tertunduk. "Dari aula, menyelesaikan lukisan. Aku pikir kau tidak membutuhkanku, jadi aku memanfaatkan waktu luang," sanggah Delano dengan wajah datar.  Tentu jawaban tersebut membuat Jeff Hilton justru terkesan. Meskipun begitu penghinaan yang baru saja terjadi berhasil memancing emosinya. "Apa kau tidak melihat kegaduhan di luar
Magbasa pa
Darren dan Delano Berteman
Di malam yang sepi, Delano kembali menyendiri di taman kota. Ya. Tempat favorit Delano belakangan terakhir ketika hatinya kalut. Suasana sekitar masih sama. Hening, menenangkan pikiran siapapun yang berada di sana. Ditambah udara segar yang berhembus, seakan menjadi terapis gratis bagi siapapun. Delano memejamkan matanya di sebuah kursi taman. "Delano," desis seseorang memanggil. Suaranya begitu dekat di telinga pendengarnya. Delano terkesiap, ia membuka kelopak matanya perlahan. Ia terkejut melihat sosok tampan yang menyerupai dirinya. Sedang menelengkan kepalanya tepat di depan mata. Wajahnya bagaikan pinang dibelah dua. "Kau—" ucapan Delano terputus, ia terkejut saat mengamati wajah pria di hadapannya begitu mirip dengannya.  Hanya saja, perbedaannya. Sosok di hadapannya lebih modis, lebih rapi dan kelihatan berkelas. Selain itu, ia tidak memili
Magbasa pa
Menguji Jeff Hilton
Hari hampir berganti pagi. Pekatnya malam menunggu mentari yang menggantikannya dengan benderang.   Delano kali ini bangun lebih awal dari biasanya. Belum juga nyawanya terkumpul selepas bangun tidur, ia dikejutkan dengan keberadaan Darren yang kini sedang duduk di sebuah kursi yang terletak di dekat jendela.   Letaknya tepat dihadapan Delano. Delano hanya menyandarkan diri di sisi ranjang sembari menatap pria misterius yang kini selalu mengikuti kemanapun dirinya pergi.  Pria tampan tersebut terlihat mengamati jalanan. Ia bahkan mengacuhkan keberadaan Delano yang sejak tadi memperhatikannya.   "Apakah ini nyata?" tanya Delano sembari menghela napasnya, ia masih berusaha meyakinkan dirinya send
Magbasa pa
Kembalikan Ragaku
 Delano melotot menahan rasa terkejut, saat mengetahui Darren begitu piawai membaca pikirannya.  Sungguh sejak dulu pria itu tidak pernah berhenti membuat Delano takjub hingga menjadi ketergantungan padanya.  Tak jarang Darren mengajarinya menjadi liar dan mampu membuat Delano polos menjadi percaya diri. ** Siang hari di kota Firenze, nampak riuh dengan ramainya berita televisi yang selalu menyiarkan kabar terbaru tentang Darren. Seniman idola baru bagi para pemuda.  Jeff Hilton sedang duduk di sofa mewah yang terletak di ruangan pribadinya, sambil menikmati makan siang yang dihidangkan oleh Delano.  
Magbasa pa
Aksi Balas Dendam Bagian 1
 Pagi hari, galeri Jeff Hilton Pukul 05.00  Delano datang tepat waktu. Seperti biasanya. Ia menyapa para kaumnya, begitu caranya menyebut sesama seniman yang berkarya bersamanya di Jeff Hilton galeri.  Jeff terlihat kurang sehat pagi ini. Terlihat jelas jika wajahnya pucat pasi. Beberapa gerombolan anjing peliharaannya, yang datang berkerumun membuat Delano teringat dengan masa terakhir, saat kehilangan ibunya. Kenangan yang terus-menerus berulang dibenaknya. Hatinya kembali perih. Namun, justru luka itu yang membuatnya kuat dan bertahan hingga saat ini.  Kemudian, ia memutar otak memikirkan bagaimana cara membalas dendam pada pria licik bernama Jeff Hilton. Terpikir jika ia ingin merebut apapun yang di
Magbasa pa
Balas Dendam Bagian 2
Seluruh seisi galeri berhamburan berlari pergi meninggalkan pameran. Jeff kebingungan, dan juga kesal. Acara yang dinantikan hancur lebur seketika.  "Sial! Di mana Delano!" teriaknya dengan rasa marah yang luar biasa.   Wajahnya yang berkulit putih seketika memerah. Rahangnya mengeras. Ia berjalan ke sana kemari kebingungan, tangannya selalu mengelus kalung batu safir merah yang menggantung di lehernya guna mengurangi gugup.  Dalam suasana yang masih riuh. Delano muncul menuruni anak tangga dengan sedikit berlari, ia tergopoh-gopoh menghadap Jeff. Menunjukkan kepedulian dan juga rasa cemas. Berusaha mencuri hati Jeff Hilton. "Dari mana saja kau! Kenapa selalu menghilang setiap kali dibutuhkan?" Jeff menginjak kotak penyimpanan karya Delano dengan
Magbasa pa
Mantel Pemancing Emosi
 Setelah cukup lama berbincang dengan Emely. Delano kembali pulang berkumpul dengan para sahabatnya.  Sementara di tempat berbeda. Bob dan Hendri kewalahan menghadapi para binatang pemangsa milik Jeff Hilton.  Berbagai cara mereka lakukan. Meski begitu mereka juga merawatnya. Memandikan dan memberinya makan agar hewan peliharaan Jeff Hilton menjadi penurut pada Bob dan Hendri.  Meski memakan waktu panjang dan menguras tenaga, para dalmantian tetaplah brutal dan buas. Mereka berusaha menggigit Bob dan Hendri berulangkali.  Bob tidak putus asa. Ia memakai beberapa balutan kain di lengan sebelah kanan sebagai pengaman. Hanya sekedar berjaga ketika para dalmantian milik Jeff menggigitnya.&
Magbasa pa
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status