All Chapters of Tertipu Masa Lalu: Chapter 51 - Chapter 60
159 Chapters
Tiga Gadis Tawanan
  Hari beranjak gelap. Suara riuh mendesing dari luar rumah, menjadikan ketiga gadis yang di tawan dalam bangunan tua menggigil ketakutan.   Salah seorang dari mereka bertubuh langsing, berambut hitam pekat sebahu. Pakaian yang dikenakan saat ini adalah kemeja putih dipadu padankan dengan celana jeans selutut. Namanya Stefani, gadis yang sempat menganggap remeh Delano di stasiun kereta.   Gadis kedua berambut ikal berwarna burgundy, berperawakan tinggi semampai dengan bagian dada berukuran aduhai. Ia saat ini mengenakan pakaian berwarna merah maroon dengan model ketat dan tanpa lengan di bagian kirinya, selain itu ia memadu padankan dengan rok super mini yang hanya berukuran kira-kira tiga puluh sentimeter saja. Nama wanita kedua ini adalah Lucy. 
Read more
Menyambut Darren
  Stefani menghela napas panjang. Ia malas berdebat dengan para penculik yang tidak mereka kenal. Tetapi sesekali ia menyanggah tak mau kalah dari Emely. Agaknya ia ingin memancing emosinya. Tetapi Emely bergaya gemulai ia bersikap lembut meski tatapan matanya tajam dan seringai di wajahnya terkesan menakutkan.  "Aku wanita dewasa, Emely. Tidak menarik. Badanku terlalu kurus untuk dijadikan tontonan untuk bos mu yang kejam itu," keluh Stefani jemu. "Dan lagi aku bukan wanita penghibur, tidak perlu mendandaniku dengan pakaian minim segala."  "Tapi menurutku, kamu wanita yang paling menarik dianta kedua temanmu itu, Stefani." Seperti sebelumnya, Emely tidak mau mengalah. "Dan ini adalah hari pertama aku diberikan kesempatan oleh Darren menunjukkan bakatku yang luar biasa.
Read more
Pria Kejam Itu Dia
 "Aku tidak menduga, aku tidak mengira di jaman modern seperti ini masih ada manusia aneh seperti kamu!" umpat Stefani kesal, ketika lengannya ditarik dan di seret oleh Darren.   Saat pintu kembali dikunci. Lucy dan juga Serly segera mencari cara membobol tembok yang sebelumnya dia ceritakan pada Stefani. Diantara mereka bertiga, Stefani lah yang paling cerdas juga pembangkang.   "Terkadang ada hal-hal aneh yang sulit untuk dijelaskan. Salah satunya kepercayaan. Ia bisa hinggap dan tumbuh di hati siapa saja. Kapan perginya pun tidak ada yang tahu, kapan itu waktunya akan tiba." Darren mempersilahkan Stefani untuk duduk, sementara ia sendiri juga menjatuhkan diri di sofa empuk miliknya.   Mata gadis itu menjelajah sekeliling ruangan. Ia
Read more
Jadwal Bertemu Elis
  Darren sangat kesal dengan sikap yang sengaja ditunjukkan Stefani. Di depan kedua teman-teman gadis berparas cantik itu, ia sengaja menarik salah satu lengan baju yang dikenakan olehnya hingga robek.  Stefani menjerit, hingga histeris. Ia menutupi dadanya dengan kedua tangannya sendiri. Meski begitu pantang baginya memasang wajah mengiba bagaikan anjing kelaparan yang minta dikasihani.   Ia sangat paham bagaimana keinginan pria kejam seperti pemuda dihadapannya.   "Hey semua ... lihat, aku bahkan bisa bersikap lebih buruk dari ini jika ada yang mencoba kabur dari tempat ini," ancam Darren, kemudian pergi meninggalkan kamar dan menguncinya kembali.   Meninggalkan k
Read more
Bayangan Dalam Mimpi
 Delano masih duduk bersantai sambil menikmati secangkir kopi yang disajikan Elis untuknya. Sesekali ia menghirup aroma kopi sebelum menyeruputnya.        Aroma khasnya begitu menenangkan. Rasa panasnya menjalar ke otak. Menciptakan sensasi aneh luar biasa, seperti candu ingin menyeruputnya lagi dan lagi.        Seringai mengerikan selalu ia tampakkan. Rautnya berubah seram beberapa terakhir belakangan.    Elis menghela napas, meminta jeda waktu sejenak agar ia sedikit tenang. Perangai menakutkan itu sangat membuatnya terganggu.        "Delano, apakah aku boleh meminta jeda waktu sebentar? Kau bebas beris
Read more
Bayang-bayang — Dikejar
  Mungkin, jika Delano memang benar bermimpi itu akan lebih baik dari kenyataan. Ketika harus menghadapi sosok di mimpinya yang terasa nyata. Senyata Darren berulangkali hadir dalam hidupnya dan merengkuh sisi kejam.   "Berhenti, bukankah kita saling mengenal? Kenapa kau terus mengganggu ku? Pergi!" cegah Delano, ketika bayangan seorang pria yang mengenakan jubah hitam kian mendekat menghampirinya. "Aku mengenalmu." Lelaki itu berjalan mendekat dan mulai  mengitari Delano memutari tubuhnya.  "Tolong berhenti …." Delano meminta dengan suara bergetar.  Ia mulai melangkah mundur, lebih banyak dan kali ini ia berhasil menjangkau sebongkah kayu seukuran pipa yang bersandar di dinding kamar. 
Read more
Tak Sanggup Mengerti
 Delano mengerutkan keningnya. Ia hanya bisa diam sambil mengamati apakah kakinya menapak di tanah? Atau justru sebaliknya?   "Benarkah kau muncul dari mimpiku? Kenapa aku sedikit samar mengingatnya?" Delano berusaha berpikir keras.   Kepalanya mendadak kembali merasakan sakit yang luar biasa. Ia bahkan pontang-panting ke sana kemari sambil kedua tangannya memegang erat kepalanya yang serasa ingin pecah.   "Namaku David, aku ingin kamu mengingatnya. Kita pernah bermain di rumah pagoda masa kecilmu dulu. Apa kau ingat," ujar pria pria itu memperkenalkan diri. Delano menyandarkan tubuhnya di tembok samping pintu. Tubuhnya sempoyongan menahan sakit di kepalanya. Ia bahkan tak ingat bagaimana caran
Read more
Hukuman untuk Sherly
 Pagi hari — Castil Tua di Santo Stefaano-Italia Hari semakin gelap. Benderang telah berganti gulita. Dengan langkah berderap Delano menyusuri koridor-koridor sepi. Ia tidak melewatkan barang satu sisi pun. Matanya terus mengedar sambil membawa senter di tangannya.   "Sherly," panggil Delano dengan suara serak khasnya.   Entah kenapa di keheningan malam, suaranya menjadi seram dan menakutkan. Tak ada seorangpun yang datang di sana. Juga tak satupun yang terlihat. Semua serba gelap.   Delano harus menajamkan indera pendengarannya demi bisa menemukan keberadaan gadis itu. Alih-alih mengandalkan lentera atau bahkan senter di genggamannya, ia justru melangkah sembari memejamk
Read more
Penipu yang Ditipu
 Suara ketukan pintu berulang-ulang. Membuat Stefani dan Lucy yang terlelap dalam lelahnya kembali terjaga.   "Lucy, apa kau mendengarnya?" tanya Stefani dengan suara lirih berhati-hati.   Lucy hanya mengangguk. Kemudian ia menempelkan telinganya ke tembok. Mencoba mendengarkan apakah benar sumber suara ketukan dengan tempo yang sama itu dari tembok sebelahnya. "Bukan dari tembok sebelah kita, sepertinya tidak terlalu jauh jaraknya. Aku masih bisa mendengarnya," balas Lucy.   Stefani diam sejenak. Kemudian ia beringsut turun, mengintip dari celah balik pintu, apakah ada yang sedang berjaga atau keadaan sedang aman terkendali.   
Read more
Aku Bayanganmu
 Dani tersungkur di lantai. Bagian tengkuknya meleleh cairan merah kental berbau anyir.   Tangannya gemetar meraba tengkuknya sendiri. Ia bangkit dan bergegas meninggalkan kamar, lalu menguncinya. Sementara Lucy dan Stefani mendorongnya kuat-kuat. Berharap bisa mengimbangi tenaga yang dimiliki Dani.  BRAAAK!  Pintu tertutup, dan tangan Dani dengan cekatan menguncinya.   "Kalian berani sekali menipuku! Dengar! Aku akan mengadukannya pada Darren, kalian akan mendapat balasan yang setimpal dengan perbuatan kalian. Menipu anak kecil adalah kejahatan!" pekik Dani.   "Kamu itu pria dewasa, Dani! Hanya saja sika
Read more
PREV
1
...
45678
...
16
DMCA.com Protection Status