Semua Bab Secret Agent Maddox: Bab 71 - Bab 80
110 Bab
Chapter 71. The Shadow
Shelby menumpangkan kaki sembari menggoyangkan gelas whiskey, yang menghasilkan suara es batu membentur gelas kaca kristal. Wanita itu menikmati bercerita dengan minuman yang tepat. “Aku memang mengiyakan permintaan Russel untuk memburu kalian berdua. Tapi, itu kulakukan demi menjaga kepala kalian tidak terlepas dari badan. Akan ada begitu banyak manusia yang berlomba-lomba berburu demi satu juta dollar. Menariknya, hadiah akan digandakan, ketika para pejabat tahu, bahwa kalian telah bersekutu dan Foxy ada dalam rengkuhan Russel. Tahu kenapa?” Tidak ada yang menjawab, karena sepertinya informasi ini hanya Shelby dan Tuhan saja yang tahu. “Karena ada tujuh gubernur terlibat dan satu senator parlemen yang menjadi dalang dari pembunuhan Kelton, mungkin juga Josh. Merekalah yang akan memberontak dari pengaruh Russel dan memastikan Joe akan lenyap bersama bosnya. Untuk kau, Mad ....” Shelby mengerling pada Maddox. “Kau mungkin telah menyimpan sebagian rahasia yang Foxy ungkapkan kepada
Baca selengkapnya
Chapter 72. Winter Remedy
Siapa yang pernah menyangka, jika status buron yang kini melekat pada Joe dan Maddox ternyata menyatukan mereka semua? Meski demi kepentingan yang berbeda, tapi keempatnya berharap bisa membuat rencana melepaskan diri yang tersusun dengan baik. Shelby adalah perempuan yang tidak menyukai memasak. Dia memilih untuk berburu dengan Jimmy sejak pagi, sementara Maddox membelah kayu bakar untuk perapian. Suasana pagi cukup sibuk hingga siang hari. Joe mengeluarkan pie daging dari oven dan aroma harum menguar hingga ke ruang tengah, tempat mereka sedang berkumpul melepas lelah. Jimmy dan Shelby berhasil membawa angsa liar pulang dan telah tersimpan rapi dalam kulkas, setelah Joe bumbui untuk nanti makan malam. Teriakan dari dapur, yang mengajak semuanya untuk makan siang, membuat tiga orang bergegas dengan tidak sabar. Shelby menuangkan salad tuna macaroni ke piringnya dan mengambil satu irisan pie daging. Wajahnya bersinar ketika suapan pertama menyentuh lidah. “Aku akan menikahimu,
Baca selengkapnya
Chapter 73. Christmas Jingle Death 1
Foxy menutup laptop dan membereskan semua dokumen yang telah ia susun dengan rapi dalam table yang memiliki indeks. Secara hukum, beberapa investasi Russel adalah legal. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Akan tetapi, aset yang Russel minta pada Foxy untuk ubah dari nama Josh menjadi nama pria itu, tidak akan semudah mengetik dan mengirimkan formulir saja. Saat ini, Daniel adalah pewaris sah semua harta peninggalan Josh. Foxy hanya berperan sebagai wali yang mengawasi, tanpa hak menjual atau mengubah. Bisa saja dia melakukan itu, namun dengan persetujuan Daniel yang sepertinya mustahil. Sepupunya membenci Foxy, karena menuduh terlibat dengan pembunuhan dan konspirasi di balik kematian ayahnya. Dengan tubuh dan wajah lelah, Foxy merebahkan tubuh di kasur. Ini adalah bulan yang keempat semenjak Josh meninggal. Tidak ada kabar berita lagi, semenjak FBI mengambil alih kasus tersebut. Wanita itu tidak peduli. Baginya, yang membuat Foxy merasa kesepian adalah natal hampir tiba d
Baca selengkapnya
Chapter 74. Christmas Jingle Death 2
Masing-masing membaca isi pesan dari Tim dan tampak syok. Kematian Peter membuat gempar dan media menayangkaan di televisi. Joe menarik kabel televisi dan mereka menonton sementara bersantap. “Ini adalah kematian yang kesekian kali dalam beberapa minggu terakhir. Hingga saat ini, belum diketahui siapa yang melakukan pembunuhan berantai, yang mengincar pada pejabat tinggi dan pelaku bisnis di Las Vegas ….” Reporter terus memberitakan sekitar informasi dan kondisi korban yang mengalami tusukan sebanyak lima belas kali. Sebuah kematian yang sangat menyakitkan untuk seseorang seperti Peter. “Foxy akan sangat terpukul jika mengetahui hal ini,” gumam Maddox, menyebut nama gadis itu. Masih teringat dengan baik, perbincangannya terakhir dengan undersheriff tersebut. Siapa yang menduga, jika itu akan menjadi obrolan terakhir mereka? “Rupanya ada tidak sabar menunggu hingga Russel membuat gebrakan. Pertanyaannya, kenapa harus Peter yang mereka bunuh? Dia tidak memiliki kaitan dengan Russel
Baca selengkapnya
Chapter 75. Lost that Never Replace
Arthur baru selesai menyampaikan kabar kematian Peter pada Foxy. Wanita itu menjatuhkan pulpen yang dipegang dan ekspresinya benar-benar menyedihkan. Selama beberapa menit Foxy tertegun, pandangannya tampak kosong dan hampa. Arthur menghela napas pelan dan masih berdiri dengan raut bersimpati. “Ka-kapan itu terjadi, Artie?” tanya Foxy terbata-bata, setelah berhasil menguasai diri. Pria itu berdehem dan mengangkat wajahnya. “Tadi, pukul delapan lebih sedikit. Berita telah disiarkan secara nasional.” Foxy menutup mulut dan air matanya menggantung di batas pelupuk bawah. Perasaannya menjadi kebas dan ia tidak percaya bahwa Peter telah pergi untuk selamanya. Semakin terasa menyesakkan, karena ini terjadi pada malam natal! Pukul enam sore tadi, Foxy baru menerima pesan dari Peter. Pria yang seperti ayahnya itu membujuk Foxy untuk meninggalkan Russel. Peter berjanji akan menyediakan perlindungan sepenuhnya, bahkan tempat yang tidak akan terjangkau oleh siapa pun. Foxy hanya mengata
Baca selengkapnya
Chapter 76. In the Corner
“Membebaskan Foxy? Kalian berdua gila?! Yang terpenting saat ini adalah membersihkan nama kalian! Shelby pergi untuk mendapatkan bukti dari rumah Kelton!” pekik Jimmy yang tidak terima terhadap rencana kedua pria, yang ia anggap sebagai anak tersebut. “Jim, dengarkan dulu ….” “Kau yang harus mendengarkan aku, Joe! Sekian belas tahun kau mencari adikmu, dan sekarang kau ingin menghancurkan hidupnya dengan mengejar perempuanmu?!” potong Jimmy dengan wajah memerah. Joe spontan urung bicara dan tutup mulut. “Aku akan jauh lebih bisa menerima keputusan kalian untuk mencari Heather Voller, dari pada menyelamatkan Foxy! Bagiku itu tidak masuk akal!” teriak Jimmy, masih terdengar kesal. “Tapi dari mana kita harus memulai?” tanya Maddox. “Aku tidak punya petunjuk dan kau pikir dalam situasi seperti sekarang, memungkinkan untuk berkeliaran mencari kakakku?” Jimmy menghempaskan diri di sofa dan mengepalkan tangan dengan geram. Dirinya juga tidak tahu titik awal untuk memulai pencarian terse
Baca selengkapnya
Chapter 77. Unstoppable
Jean mengumpat dengan tidak jelas dan mulutnya tidak berhenti melontarkan omelan. Sejak Maddox terlibat dalam kasus, dirinya tidak lagi menemukan antusias untuk melanjutkan pekerjaannya. Wanita itu merasa tidak lagi berguna. Suasana di kantor ini tidak lagi sama. Jean berada pada titik ingin meninggalkan semua dan mencari Maddox. Memang tidak mudah mencari keberadaan sahabatnya saat ini. Pelacakan yang seharusnya bisa dilakukan dengan mudah, kini terlindungi oleh sebuah jaringan yang Jean ketahui mungkin dari orang kepercayaan Joe, kakak Maddox. Rekannya sudah menceritakan mengenai Joe Black ternyata adalah kakaknya dan Jean ingin membantu mereka. Menyaksikan sendiri bagaimana Tim dan Mark disudutkan oleh pusat, Jean menjadi pesimis. Rasanya sia-sia bekerja di bawah sayap penegak hukum yang menodai janji serta sumpah mereka sendiri. Dengan tekad yang kuat, wanita itu mengirimkan surat pengunduran diri dan bangkit. Tangannya menenteng kardus dan keluar dari basement, yang telah m
Baca selengkapnya
Chapter 78. The Hostage
Tali itu dikencangkan kembali dan Joe memeriksa tiap detail ikatan yang membelenggu Raymond Gibs di kursi. Tidak lama Jimmy muncul dan berteriak dengan gemas. “Kau benar-benar memilih gaya kuno untuk menyandera tawanan, Joe! Buat apa kau ikat dia?!” pekik Jimmy memprotes. Gibs tampak bingung menatap satu persatu orang yang ada bersamanya saat ini. “Kurasa ini metode umum yang dipakai untuk menahan sandera, Jim!” balas Joe tidak mengerti. Jimmy menggelengkan kepala. “Sebaiknya kau lepas dia! Seandainya dia hendak kabur, kau pikir kita tidak mengejar dia? Ini di lereng pegunungan bersalju yang harus menempuh puluhan kiloan meter untuk mencapai kota terdekat! Dia tidak akan bisa bertahan dengan dinginnya udara dan cuaca yang ekstrem!” cetus Jimmy terlihat kesal. Maddox mengeluarkan pisau lipat dan mengurai tali yang mengikat Gibs dengan cepat. Joe mendengus kesal, karena caranya ditolak oleh kedua rekan saat ini. Jean muncul dari ruang tengah, setelah berkeliling pondok untuk m
Baca selengkapnya
Chapter 79. Death Man Revenge
Udara di Las Vegas begitu menyengat. Langit mulai mendung menjelang siang hari. Akan tetapi, suhu yang hampir mencapai 34 derajat Celsius tersebut tidak menurunkan angka tersebut. Shelby melangkahkan kaki ke dapur dan mengambil kembali minuman dingin dari kulkas. Dirinya sedang bersiap untuk menemui Russel yang meminta untuk datang sore ini. Mungkin hari itu Shelby akan mengatakan padanya, jika keberadaan Maddox dan Joe sudah berhasil ia temukan. Sebagai pancingan, apakah reaksi Russel masih begitu menggebu untuk menemukan keduanya. Akan tetapi, pesan dari Joe tadi pagi membuat Shelby kembali bimbang. Menurut Gibs, Russel tidak begitu fokus pada dua targetnya saat ini. Mafia tua itu sedang mencoba melindungi posisi putrinya yang masih menjadi misteri. Satu hal yang mengusik Shelby, siapakah gadis yang sepertinya begitu berharga di mata Russel? Jika dia menginginkan anaknya, kenapa tidak dari dulu Russel membesarkan sendiri? Berbagai spekulasi liar muncul dalam kepala Shelby. M
Baca selengkapnya
Chapter 80. Carnaval Deal
Taman karnaval yang hanya digelar selama satu minggu itu tampak padat pengunjung. Depot es krim menjadi tempat yang paling laris dikunjungi oleh anak-anak, bahkan orang dewasa. Berbagai wahana mainan tampak beberapa orang mengantri dengan jalur yang cukup panjang. Hiburan seperti ini merupakan hal yang paling disukai oleh para warga Las Vegas. Shelby menjilat es krimnya dan duduk di salah satu bangku, di bawah pohon rindang. Matanya mengamati satu persatu kegiatan yang sedang berlangsung di depan matanya. Sangat mengherankan, jika Russel meminta untuk menemuinya di tempat ini. Shelby tidak masalah berada di tempat ramai seperti ini. Jauh lebih aman, daripada menemuinya di kediaman Russel yang cukup terpencil. Tidak lama kemudian, muncul sosok pria gagah dengan celana hitam, kaos putih dan blazer senada. Meski wajahnya sudah matang dengan rambut mulai memutih, namun ketampanan dan kegagahannya masih tertinggal. Russel, pria yang dulu terkenal sebagai mafia tampan yang sepak terja
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status