Kisah pilu tentang menemukan saudara kandung yang telah terpisah selama beberapa dekade. Sang adik menjadi detektif, sementara kakaknya adalah pembunuh bayaran. Apa yang akan Joe lakukan, jika adik yang selama ini ia cari adalah target yang harus ia bunuh? Xander Maddox, detektif pembakang yang selalu memiliki pemikiran gila dan melanggar aturan kepolisian Las Vegas. Terlibat dalam tugas berbahaya dan jatuh cinta pada saksi pembunuhan yang menyimpan begitu banyak rahasia, Foxire Dawson. Maddox juga harus berhadapan dengan organisasi mafia serta diburu oleh kaki tangan mereka, Joe Black. Fakta berikutnya cukup menguncang, karena pembunuh bayaran itu adalah kakak kandungnya sendiri, sekaligus bekas kekasih Foxire Dawson. Akankah Maddox bisa menerima Foxy dengan masa lalu kelamnya? Atau cinta mereka harus tersingkir karena mengalah demi Joe Black? Xander Maddox, detektif yang menjadi secret agent paling ditakuti, harus berjuang di antara cinta segitiga dan konspirasi kotor dunia politik juga kejahatan internasional! "Aku mengingatmu, Mad. Bayi yang pernah kubanggakan menjadi saudara lelaki. Jika kini aku harus mundur demi kebahagiaanmu, jangan halangi. Karena demi mencari dirimu, aku berusaha untuk tetap hidup!” "Brengsek! Jangan selalu berkorban demi aku, Joe!"
Lihat lebih banyakKantor polisi yang ada di pusat hiruk pikuk Las Vegas tampak hilir mudik perwira dan mobil patroli. Penuh dengan corak warna kriminalitas yang beragam, kesibukan para penegak hukum di tempat tersebut nyaris tak pernah berhenti.
Menjelang siang, sosok perwira gagah dengan rambut hitam dan wajah keras tampak berjalan dengan ayunan kaki ringan. Tidak mempedulikan sekitar, pria dengan pancaran sinar tajam tersebut meneguk gelas kertas kopinya.
Topi khas detektif Sherlock Holmes yang menjadi legenda selalu bertengger di kepala pria itu. Xander Maddox, detektif yang terkenal dengan sikap acuh dan penyendiri tersebut tiba di kantor menjelang pukul sepuluh.
Hampir sebagian besar rekan kerjanya tidak menyukai pria tersebut. Selain karena kasar dan acuh, Maddox juga selalu menolak bekerja sama dalam tim.
Akan tetapi Tim Muller, kaptennya, selalu mengandalkan dan menyukai Maddox. Pria itu menjadi satu-satunya manusia yang bisa mengendalikan detektif pembangkang tersebut.
“Pagi!” sapa Tim pada seluruh timnya saat briefing.
Tidak ada tanggapan, semua mulut bungkam serta menunjukkan wajah tidak suka. Bukan karena antipati terhadap Tim, tapi kehadiran Maddox yang selalu dibela kapten mereka membuat rekan kerjanya muak.
“Terima kasih telah menyelesaikan kasus pembobolan bank terakhir!” Tim melirik ke arah Maddox, sembari membuka dokumen yang akan ia tugaskan pada timnya hari ini. “Kerja yang bagus, Maddox!”
“Yah, selalu Maddox! Si Anak Emas yang memborong penghargaan!” cibir Luke dari belakang.
Komandannya tersenyum samar, tampak tak terganggu oleh komentar tersebut. Selanjutnya Tim membacakan satu persatu tugas masing-masing, lalu menyudahi dengan pandangan menyeluruh.
“Tugas juga sudah ada di papan, silakan periksa dan selamat bersenang- senang!” pungkas Tim mengakhiri briefing singkat pagi itu.
Semua meninggalkan ruangan dengan terburu-buru seperti ingin menghindar. Maddox tinggal sendiri bersama Tim, dengan kepulan asap yang terjepit di bibirnya.
“Aku merasa semua orang semakin menyukaiku!” cetus Maddox dengan sinis.
Tim tertawa, menyerahkan beberapa lembar kertas padanya.
“Kau selalu menjadi yang terfavorit di kepolisian kita!” timpal Tim.
Maddox membaca rangkuman kasus yang tertulis pada tiap lembaran. Wajahnya tanpa ekspresi dan tampak tidak berminat. Seraya bangkit, ia menyodorkan kembali kertas tersebut pada Tim. Mata birunya menatap sang komandan dengan tajam.
“Serahkan pada Chris. Aku ada urusan.”
Maddox menjauh dari kaptennya dengan langkah panjang.
“Mad! Kau tidak bisa selalu seperti ini!” protes Tim tampak berang. Maddox tetap melangkah tanpa menoleh kembali.
“Aku harus menuntaskan pembicaraan dengan Jimmy!” teriak Maddox, lalu lenyap di balik pintu.
Jimmy adalah pemilik kasino yang kini dicurigai mempekerjakan gadis muda dari Asia secara ilegal. Maddox sudah mengincar dan ingin segera menguak kelicikan pria tua yang berpenampilan koboi tersebut. Secara tidak sengaja, Maddox menemukan fakta bahwa Jimmy telah menyogok bagian imigrasi untuk tidak menyidak kegiatan bisnisnya selama ini.
“Sial!” umpat Tim dengan kesal.
Terkadang penyesalan selalu ia rasakan setiap menghadapi sikap Maddox yang semau sendiri. Tidak ada yang bisa mereka lakukan, karena Maddox telah membuktikan diri sebagai detektif ulung, yang selalu berhasil memecahkan kasus rumit, di mana rekan lainnya tidak bisa tangani.
Menjadi bagian dari kepolisian Las Vegas yang memiliki pimpinan tertinggi Sheriff, Tim juga mendapat tekanan dari atasannya untuk menertibkan Maddox dalam bertugas.
Jika penjahat yang menjadi buruannya adalah dari kasus pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak-anak, Maddox tidak pernah membiarkan buronannya hidup.
Para penjahat sangat gentar sekaligus mencari kesempatan untuk bisa membalas dan menjebak Maddox. Namun mereka selalu selangkah lebih lambat, sementara pria itu selalu unggul dalam segala hal.
Meski begitu, penampilannya yang tampan dengan rambut ikal panjang yang diikat sembarangan, menjadi daya tarik tersendiri.
Tato yang menghiasi tangannya membuatnya sebagai detektif macho yang mampu meruntuhkan para wanita yang tidak mengenalnya dengan baik, tapi dia bukanlah pria hidung belang. Selama ini Maddox tidak pernah terlibat dalam percintaan serius.
Hidupnya selalu ia curahkan dalam pekerjaan. Gayanya untuk bersantai adalah dengan minum sendiri di sebuah bar kecil yang berada di ujung kota Las Vegas.
Kota yang terkenal sebagai kota judi dunia tersebut tidak mampu menggoyahkan pribadinya menjadi pria yang tenggelam dalam hidup serba mewah, meski itu adalah pilihan rekan lainnya.
“Aku bersumpah akan mengalahkan dia suatu saat nanti!” desis Chris geram. Detektif tampan berambut pirang itu selalu ingin menyaingi Maddox.
“Yeah! Dalam mimpimu!” cibir Jean Lockey.
Wanita yang bekerja di bagian administrasi kepolisian sebagai pengolah data ini, menjadi satu-satunya pendukung Maddox. Jean adalah perempuan penyuka sesama jenis yang kutu buku dan dianggap wanita aneh.
Jean juga seorang ahli komputer dan memiliki kemampuan meretas jaringan paling rahasia negara. Maddox mendapatkan kemudahan dalam mendapat informasi dari Jean.
“Aku akan membuktikannya, Lockey! Jangan panggil aku Chris Harlow jika tidak bisa menjadi pemenang!” bantah Chris jengkel.
Jean mengibaskan tangannya dan berlalu dengan acuh.
Berbanding terbalik dengan Maddox, Chris Harlow adalah detektif yang menjadi pujaan rekan-rekan kerjanya. Perwira yang satu itu cukup cemerlang dan menjadi kesukaan kepala polisi pusat, atasan Tim Muller.
Semua tahu jika Chris selalu mencoba menjatuhkan Maddox, serta ingin mengungguli kinerja si detektif pembakang, tapi sayangnya selalu gagal.
Secara fisik Chris memang menarik. Pria berambut pirang dengan mata hijau menawan ini memiliki postur mempesona dan menjadi pujaan rekan kerja wanitanya. Tapi jika dibandingkan Maddox, dia akan selalu menjadi yang kedua.
Suara tangis bayi terdengar menambah kemeriahan pesta di halaman belakang kediaman Maddox. Apple dan April sibuk bergantian menggendong bayi mungil yang terbalut kain lampin ungu. Dia sangat cantik, mewarisi kejelitaan Shelby. “Jadi kau benar-benar pensiun dari semuanya?” tanya Tim Muller, sembari membalik steak di panggangan. Shelby tertawa tanpa suara, mengerling pada Joe yang tak berhenti menatapnya dengan mesra. Dia menjadi ayah yang bahagia, saat Shelby memberikan bayi mungil cantik dalam pernikahan mereka. “Entahlah, tawaran Nick sangat menggiurkan. Tapi, kupikir aku akan sedikit rehat untuk sementara waktu, sampai Bow besar nanti.” Wanita itu mengarahkan pandangan pada putrinya yang berada dalam dekapan Apple. “Aku bisa menjaganya, Shelby! Jangan khawatir, aku adalah pengasuh terhebat di kompleks rumahku!” tawar Apple dengan cepat. “Kuliahmu, Ape! Kau pikir bisa sekolah sambil mengasuh bayi?!” tukas April. “Aku kandidat yang sempurna, karena sebentar lagi akan lulus dan pu
Chapter 109. End of the Game Seiring matahari tenggelam, keesokan harinya, semua yang Jimmy kumpulkan merapat di pulau tersebut. Joe dan Shelby tampak kaget, sebab dia juga melihat Maddox serta Foxy. Satu sama lain saling menyapa, sementara Joe menggelengkan kepala tidak percaya. “Apa-apaan ini, Jim?!” Jimmy tertawa, merapatkan kapal dan melompat turun dengan gesit. Gibs di belakangnya tampak tidak kalah tangkas. Sepertinya Jimmy-Gibs telah menjadi sahabat dekat yang tak terpisahkan. “Kita akan menyudahi dengan pertempuran terepik, Joe!” Jimmy mengatakan bagaimana rencana ini telah dia rancang sedemikian rupa. “Memancing dalang sesungguhnya?” ulang Shelby kaget. “Apa maksudnya?” Maddox dan Foxy mendekat, mereka menambahkan apa yang telah didapatkan sejauh ini. Mendengar bagaimana semua sudah diperhitungkan, benar-benar mengejutkan Joe dan Shelby. “Aku menembak Josh sendiri dan itu bukan hanya sekali. Analisa kalian yang mencurigai dia masih hidup rasanya mustahil,” tangkis Joe.
Shelby mencapai pulau dengan kapal sewa yang dia kemudikan sendiri. Tidak segera menuju kediaman Russel yang masih berjarak setengah jam lagi, wanita itu justru menghabiskan beberapa saat di dermaga hingga helikopter Joe Black mendarat di sana. Terkejut melihat pria yang dia cintai menyusul, Shelby menolak permintaan Joe yang meminta untuk mengurungkan niatnya. “Aku harus menanyakan, kenapa Russel membiarkan aku dan mama seperti manusia sampah selama ini!” Joe menghela napas berat, merebut botol minuman yang ada di tangan wanita itu. “Kita tidak akan datang tanpa persiapan, Shelby!” cetusnya. “Tunggu sampai bantuan datang!” Akhirnya, wanita itu mengalah. Mereka menanti di kapal, yang sebenarnya bisa saja terdeteksi oleh Russel. “Mustahil dia mengetahui kedatangan kita. Pelayan setianya sudah mati, ayahmu bisa jadi ada di rumahnya tanpa siapa pun.” Analisa Joe sepertinya benar, sebab selama mereka menunggu di kapal hingga menjelang tengah malam, tak ada satu pun yang datang mengus
Joe terhenyak, panggilan baru saja berakhir dan adiknya mengatakan jika Shelby adalah putri dari Russel Brown! Bagaimana mereka baru mengetahuinya sekarang? Jika rencana membunuh anak mafia itu masih dia dan Maddox lanjutkan, itu berarti dirinya akan siap kehilangan wanita yang sudah menjadi teman kencan tersebut. Sanggupkah dia berhadapan dengan Shelby, jika benar itu terjadi? Entahlah, Joe benar-benar kebingungan, terlalu syok dengan fakta yang terkuak beberapa menit lalu. Masih meraba-raba dengan situasi saat ini, Joe harus menenggak minuman yang dia beli di minimarket pom bensin lebih dulu untuk kembali menguasai diri. Dia duduk selama beberapa belas menit, mengatakan pada diri sendiri untuk cepat berpikir dan mengambil keputusan. Dirinya butuh menempuh tiga jam lebih untuk mencapai kediaman Russel, dan itu pun jika ada transportasi yang bisa membawanya lewat udara. Melalui jalan darat akan sangat panjang dan mustahil bisa mengejar Shelby. Tempat Russel tinggal adalah sebu
Maddox menegakkan tubuh, melatih pelan-pelan fisiknya yang terhajar selama lima hari terakhir dengan vonis keracunan makanan. Foxy membantunya, memastikan dia tidak terlalu lemah melanjutkan proses tersebut. Bagaimanapun juga, Maddox perlu diingatkan untuk istirahat yang banyak demi pemulihan diri. Bobotnya tampak berkurang, walau baru lima hari dia terkapar. “Jangan terlalu memaksakan, kau masih butuh untuk mengembalikan energi,” ucap Foxy, penuh kelembutan mengingatkan. Maddox mengatur napas, meletakkan tubuhnya di salah satu kursi tanpa bantahan. Wanita yang saat ini mendampinginya mendekat, memberikan botol minuman untuk dia. Sambil meneguk, Maddox membiarkan Foxy mengusap keringat di leher juga pundaknya. Ia melirik pada wanita yang begitu setia berada di sisi, tak peduli akan urusannya sendiri. “Aku bisa keluar besok, bisakah kau mencari hotel untuk kita? Aku tidak mau kembali ke rumah yang Titus sediakan,” pinta Maddox. Foxy mengangguk. “Jangan khawatir,” sahutnya pelan.
Joe melangkah dengan cepat, mendatangi kendaraan yang berhasil mereka catat plat dan lokasinya. Mobil yang dipakai oleh pria yang memalsukan diri menjadi tukang masak restoran itu diselubungi terpal dan Joe terpaksa menyingkap semuanya. SUV keluaran lama itu terparkir di depan apartemen kumuh di pinggir kota. Begitu berada di sisi kaca pengemudi, Joe mulai mengayunkan linggis yang ada di tangannya. Praang! Kaca itu hancur dalam sekejap. Ia membuka pintu dari dalam, memeriksa dashboard dan setiap sudut kendaraan. Selama lima belas menit, dirinya mengacak-ngacak isi mobil tersebut hingga gerakannya terhenti. Di bawah jok belakang, Joe menemukan topeng beserta pakaian chef serta sepatu! Dia segera menarik keluar plastik dari saku celana, lalu memasukkan satu persatu ke dalam. Usai mendapatkan semua, Joe meninggalkan mobil dengan santai. Sebentar lagi, sidik jari itu akan menjelaskan, siapa pelaku yang telah membuat Maddox terkapar tak berdaya! ** Jimmy dan Gibs menunggu dengan tid
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen