Semua Bab The Second Season: Bab 61 - Bab 70
74 Bab
Perjalanan
Dunia Suku Iblis yang terkesan bagi Tiara adalah kemajuan teknologi, peradaban yang maju dan membuatnya ingat dengan bumi. Rasanya seperti dalam perindustrian abad pertengahan, walau masih terasa purba bagi Tiara manusia modern. Karena citra Iblis yang kejam, Tiara tidak berekspetasi tinggi, penduduk yang padat pun keberadaanya seperti diabaikan. Berbeda dengan dunia Suku Dewa. Seingat Tiara, ia membentuk surga dengan kehidupan yang praktis karena adanya energi spiritual yang tinggi. Tidak ada yang tidak bisa, tidak ada yang tidak mungkin. Kekuatan suci sudah seperti napas bagi mereka, tapi peradabannya jauh lebih purba. Mereka hanya mementingkan kebutuhan makan terpenuhi dan hidup dengan damai. Namun cara pendang mereka dengan keberadan Tiara dipandang sebelah mata. Penampilan Tiara sudah tidak mencolok karena jubah pemberian Ovid, tapi masih ada tatapan tajam sepanjang perjalanan cukup membuat punggunya berlubang. Tiara bisa mendengar jika Dewa-Dewa itu mengatakan, “Makhluk Rendaha
Baca selengkapnya
Perbatasan Dunia
Degup! Baru saja Ammon berdiri untuk kembali ke kamarnya, ia kembali terduduk sambil memegang dada sebelah kirinya. Sebuah penglihatan muncul di depan mata menampilkan kehadiran tamu yang tidak diundang keluar dari portal dimensi. “Yang Mulia, ada apa?” “Apa Anda baik-baik saja, Dewa Agung?” Para Dewa Petinggi begitu khawatir melihat langsung reaksi tiba-tiba Dewa Agung Ammon. “Tidak aku baik-baik saja.” Ammon dengan cepat kembali berdiri. “Apa kamu merasakan sesuatu Dewa Gefsi?” Dewa Gefsi yang ditanya kebingungan, ia tidak mengerti ditanya tiba-tiba begitu. “Mungkin saya belum merasakan hal yang dimaksud Yang Mulia. Apa ada sesuatu Yang Mulia Dewa Agung?” “Hm, tidak ada. Aku pikir kamu merasakan energi baru yang keluar dari tubuhku. Sepertinya aku merasakan efek samping setelah berlatih energi pengembangan.” Dengan wajah ramah itu Ammon berbohong. “Sepertinya bukan hal yang buruk, tapi jika ada sesuatu pada fisik Yang Mulia. Sebaiknya segera melakukan pemeriksaan, Dewa Golde
Baca selengkapnya
Mencari 1
Angin sejuk menerpa sosok yang mengubah penampilannya menjadi sederhana. Cahaya mengelilinginya di tengah lapang makam memberi kedamaian yang sakral. “Sepertinya tujuan kita sama, tapi kamu terlalu lama di tempat ini Ammon.” Sosok dengan hanfu hijau mint berada di balik pohon tengah hutan jauh dari lapang, namun suaranya terdengar tanpa berteriak. “Aku hanya ingin berkunjung sebentar, bukankah Kakak begitu?” Ammon dengan khiton putihnya, berdoa di depan makam besar. Sosok di balik pohon itu menatap sendu. Tangannya terkepal kuat, sebelum ia membalikkan badannya dan pergi. “Terserah, aku sibuk.” Terbangun dari doa Ammon menoleh ke belakang, memastikan kepergian sang Kakak. “Ibunda lihat? Kak Astro semakin mirip manusia semenjak dia menghilang saat itu. Setelah bertemu Dewi Tiran, aku semakin tidak memahami cara berpikirnya.” Pada makam tertulis nisan ‘Dewi Agung Amolia’, yang mana makam hanya simbolisme dengan menguburkan barang-barang peninggalan semasa hidup seorang Dewa. Tubuh d
Baca selengkapnya
Mencari 2
“Kamu tahu, apa yang sedang kamu cari tahu?” “Be-benar Tuan.” Memberanikan diri pemuda itu melangkah sedikit demi sedikit mendekat, ia berbisik pada Astro. “Wanita manusia itu datang kemarin.” Cukup dengan satu kalimat itu mata Astro berubah menjadi merah. Aura gelapnya mengebul ke luar dari tubuh Astro sambil menatap tajam si pemuda. “Sa-saya akan jelaskan, tapi bisa Anda mengikuti saya?” Sosok besar di depannya ini bergeming, padahal ia sangat takut tapi harus meyakinkan Dewa-nya untuk mengindari pasang mata dan telinga yang berada di sekitar mereka. “Tidak akan lama Tuan, saya tidak berani menyita waktu Tuan yang berharga.” Walau ada energi yang membuat Astro tertarik dengan pemuda itu, tapi ia juga tiba-tiba mendapatkan penglihatan saat Tiara memasuki toko ini. Ya, penglihatan yang sama saat ia menyadari kedatangan Tiara ke dunia Suku Murni, hanya saja kali ini tidak memberikan efek sakit kepala seperti sebelumnya. Memasuki toko, Astro juga melihat barang-barang Suku Iblis dan
Baca selengkapnya
Gurun Ilusi
Sayap yang mengepak begitu lapang hingga menutupi langit. Ketinggian yang dicapai menyentuh lapisan langit terakhir agar tidak mengalangi cahaya alam. Sejauh itu, setinggi itu, sampai yang di bawah tidak menyadari keberadaanya, Ammon meneliti energi kuat yang begitu lipis untuk disadari bercampur dengan energi lain yang meluap-luap. Matanya langsung tertuju pada titik kumpulnya energi kuat itu lebih besar. Terbangnya menjadi merendah, namun ia hentikan saat mendapat energi gelap yang kuat di tempat dan alur yang sama. “Kakak sudah lebih dulu!” Saat sisa energi terkumpul pada satu titik, itu adalah tempat singgah yang cukup lama dari pemiliknya. Dari sana Ammon lebih mudah mencari tahu, apakah yang sedang dicarinya telah ditemukan atau tidak. Ia mengambil benang energi gelap itu yang rupanya tunggal dan masih berjalan menelusuri benang energi tipis yang dicarinya. Masih menganalisis seketika Ammon tersentak. Arah benang energi gelap yang dipegaangnya menuju dunia Suku Iblis melalu
Baca selengkapnya
Penghalang Gurun
Seperti bagian di dalamnya, Tiara bisa mencium aroma makanan yang sangat sedap, rasa yang menyenangkan dan tidak mengganggu sama sekali, suasana yang padat namun terasa damai. Bisa Tiara lihat orang-orang begitu ramah satu sama lain, menyambut dengan senyuman dan minim kejahatan, kecuali anak kecil yang jahil dan mencuri beberapa camilan di toko. Namun semua teratasi dengan baik oleh orang tua mereka yang akhirnya membayar, penjualnya pun berekspresi marah (bercanda) untuk anak-anak saja. Terasa hangat, kedekatan, dan toleransi yang kuat. Mengingatkan Tiara pada suasana kampung halaman, bangunan yang masih berbahan dasar kayu dan dihiasi kain warna-warni, aneka penerangan juga bagian dari karya yang kreatif. Saat matanya tanpa sadar berpapasan dengan yang lain, mereka akan tersenyum lebih dulu yang membuat Tiara sungkan dan menganggukkan kepalanya. Seperti berada di rumah. Orang-orang dengan kulit kecokelatannya berpenampilan manis dan sederhana. Tidak jarang banyak pendatang den
Baca selengkapnya
Berkat dengan Penuh
Tiara kecil mendengar begitu banyak cerita yang seakan mengerti, ‘Dewa itu’ juga masih menggedongnya. Mengajak Tiara kecil berkeliling sambil memakan jajanan pasar. Tiba di sebuah ujung jurang dari sebuah bukit ‘Dewa itu’ menurunkan Tiara kecil, dengan kekuatan yang keluar dari ujung jarinya merubah wujud Tiara kembali ke semula. Kontrol kesadaran dan gerak tubuh Tiara pun berangsur pulih, yang sebelumnya bergerak dengan sendirinya. “Kamu kah Dewa? Tapi siapa? Aku tidak pernah menulis sosokmu di dalam novel?” Walau begitu Tiara tetap tidak bisa mengendalikan ucapannya (keceplosan), kali ini karena sifatnya yang impulsif. ‘Dewa itu’ tersenyum. “Sungguh? Sepertinya kamu menulis tentangku walau tidak banyak. Em, biar aku ingat perkataan Istriku mengenai ramalan itu.” “Ramalan?” Tiara bertanya seakan baru mendengarnya, padahal sepanjang ia bersama dengan ‘Dewa itu’ membicarakan banyak hal, termasuk ramalan. “Ah, di bab satu sebagai pembuka. Kamu mengisahkanku seperti seorang pahlawan
Baca selengkapnya
Terlepasnya Penghalang
Seakan telah puas tertidur, Tiara bangun tanpa beban, tanpa mimpi. Banar bukan? Tidur tanpa mimpi itu adalah kualitas istirahat terbaik. Mengedarkan pandangannya, Tiara keheranan dengan alas rumput yang empuk dan hamparan hijau luas sejauh mata memandang. Di atas langit pun terlihat cerah dengan awan tebal, hingga keabu-abuan. Jika digambarkan, cuaca sama saat bumi akan hujan. “Bumi? Kayaknya ini bukan bumi. Gue ada di dunia novel, kan?” Secara langsung Tiara ingat perjalanannya, jika ia berada di dunia novel untuk mencari Astro. Entah kenapa secara bersamaan seperti ada yang terlupakan, pikirannya terasa kosong. Alasan Tiara tertidur ... Karena kelelahan? “Ini dunia Suku Dewa? Tunggu, gue urut satu-satu daerah mana aja yang sudah gue jelajahi.” Tiara mengeluarkan peta di saku jubahnya, peta yang didapatkan dari Ovid ... tapi bukan itu masalahnya. Antara ingatan, pikiran, dan kerja otaknya tidak singkron. Bukan lagi masalah hati dan pikiran, tapi satu fungsi yang sama kendalin
Baca selengkapnya
Gerbang Perbatasan
Tiara menganga melihat gerbang besar entah dari mana. Dua jam yang lalu, Tiara sudah putus asa berjalan tanpa ujung dan tidak menemukan apapun. Hanya hamparan rumput yang luas dan awan kelabu yang tinggi dengan kilat sesekali membelah langit. Perutnya sudah lapar, tidak tahu berapa lama ia berjalan tapi cahaya sekitar masih sama. Tidak lebih terang bertanda siang, ataupun lebih gelap waktunya malam. Dengan ingatan yang penuh Tiara tahu jika tidak memiliki makanan, tapi ia tetap merogoh saku berharap masih ada sesuatu yang bisa ia kunyah. Nyatanya tetap memang tidak ada, hanya sisa uang dari pemberian Ovid saja. Bisa dibilang kaki Tiara yang terus berjalan sudah mati rasa, karena rasa sakit telah ia abaikan. Pikirannya membayangkan jika berhenti sejenak mungkin tidak masalah, tapi Tiara takut. Kecemasan menyusup hatinya. Jika Tiara berhenti berjalan, maka semakin lama ia bertemu dengan Astro dan semakin lama untuknya pulang. Tiara ingin pulang. Keberadaanya di dunia asing itu, se
Baca selengkapnya
Hukum Dewa
Angin bertiup bagai badai bersama cahaya kehidupan yang menyoroti Tiara, dua kekuatan bertolak belakang yang saling berpadu tanpa perlawanan. Dua Dewa yang menjegal Tiara seketika menegang tak dapat berkutik pada tekanan intimidasi yang dahsyat dari kedua kekuatan besar tersebut. Senjata mereka jatuh, kaki mereka menjadi lemas, sampai bersujud tanpa mampu mengangkat kepala. Ammon yang merasa bertanggung jawab menghampiri Tiara lebih dulu untuk melihat bawahannya lebih dekat. Ia tidak percaya jika para Dewa bisa se-tidak sopan itu bahkan dalam menghakimi seseorang dengan kecurigaan semata. “Huaaa Ammon!” Tiara yang ketakutan menerjang sang Dewa Agung, memeluknya. Tangisannya pecah setelah merasa lega, akibat terguncang dengan apa yang dialaminya saat ini. Ammon mengerti lemahnya Dewi Pencipta Tiran sebagai manusia. Selain itu ia mengernyitkan kening, saat merasakan presensi besar dalam diri Tiara. Sesuatu yang tidak ia rasakan di pertemuan terakhir mereka. “Tidak apa Dewi, mereka b
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status