All Chapters of The Second Season: Chapter 21 - Chapter 30
74 Chapters
Keadaan Tiara
Kantor T&J Publishing. Dalam sebuah ruang kerja dengan suasana panas yang dipenuh buku dari susunan di rak yang sangat rapi sampai yang bergeletakan di atas meja dan lantai. Editor Kania. Begitulah pemandangan ruang kerjanya, ia tidak peduli dengan keadaan sekitar asalkan pekerjaanya selesai dan tidak ada masalah yang berarti. Hanya saja Editor yang terlihat lemah lembut di mata para Penulis, sebenarnya sangat apatis pada sesutu yang tidak berhubungan dengan pekerjaanya. Sekarang ia disibukkan dengan seorang Penulis dengan naskah yang sudah sempurna, namun bermasalah. Maka Kania akan lebih keras kepada dirinya sendiri, seakan hidup hanya didedikasikan untuk bekerja. “Ekspresi itu ... Benar, Penulis Tiran terlihat depresi. Hanya saja saya terganggu dengan sorot matanya,” gumam Kania mengingat negosiasinya minggu lalu. “Ada apa Editor Kania? Anda melamun?” Editor Nani, Editor penerjemah semua karya yang dipegang oleh Kania. Tadinya ia datang untuk memberika
Read more
Bercanda, Bayu
“DOR! Hahaha ....” Dengan usilnya Tiara mengagetkan seseorang yang tengah memunggunginya. Ia tertawa lebih dulu untuk menganggapnya sebuah candaan, padahal itu tidak lucu bagi korban. Dan Tiara yang ingin berlari pergi agar tidak dimarahi dicekal cepat oleh korban. Matanya hanya menatap Tiara dingin cukup mengintimidasi, namun gadis itu tanpa rasa bersalah tertawa semakin kencang. “Oke-oke gue minta maaf. Lepasin, Ba. Tangan gue sakit.” Korban itu adalah Bayu, lelaki yang sedang fokus dengan tugas makalahnya. Bayu langsung melepas tangan Tiara. Ia tidak bermaksud menyakiti gadis itu, tapi posisi mereka memang tidak bagus. “Gitu banget, kenapa Beb? Kangen gue ya?” Tiara duduk di samping Bayu dan meledek tatapan tajam yang lelaki itu berikan. Entah bagaimana ekspresi dingin Bayu seperti hiburan baginya. Karena wajah itulah yang membuat Tiara jatuh cinta. “Tiara, jangan bercanda!” Tiara yang menurutinya langsung d
Read more
Perasaan Aneh
“Bayu, gue cinta sama lo.” “Hah?” Bayu yang tiba-tiba mendengar itu terkejut. Ini memang bukan pertama kalinya ia mendengar pernyataan cinta dari Tiara, dan bukan pertama kalinya Tiara berbicara tidak nyambung seperti ini. Tapi kata-kata itu ... seperti bukan ditujukan padanya. Deg deg! Deg deg! Tiara meremas dada sebelah kirinya. Perasaan jantung yang berdebar ini membuatnya mual. Ia pikir karena sedang berada di dekat Bayu, tapi setelah menyatakan cinta Tiara baru sadar jika ritmenya berbeda. Tiara ketakutan. “Akh!” Nging~ Dengung di telinga Tiara bersamaan dengan sesuatu di kepalanya terasa sakit. Tiara meremas lengan kemeja Bayu dengan tangan yang lain memegang kepalanya. “Lo kenapa?” Bayu terkejut melihat keadaan Tiara yang tiba-tiba, namun tidak menunjukkan sikap kekhawatiran. Ia hanya merespon seperlunya. Tiara yang merasa tidak mendapatkan perhatian dari Bayu mendekatkan tubuhnya hingga menempel. Kesempa
Read more
Kembali ke Kos
Single bad berukuran 200 cm × 90 cm. Kaki jenjang itu hanya bisa terbaring dengan setengah duduk. Buku ilmiah, novel, dan buku pengetahuan umum lainnya berserakan di bawah ranjang dengan keadaan terbuka di halaman terakhir. Dan si pemilik kaki jenjang itu memegang buku terakhir yang sedang di bacanya. Tanpa pencahayaan, mata merahnya bercahaya dan mampu melihat di dalam kegelapan. Bola matanya bergerak cepat, tanpa gerakan tangan yang berarti lembar buku terbuka dengan sendirinya. Cekrek! Seketika mata merah yang bercayaha itu redup, mata yang beralih pada pintu membuatnya cepat menjentikkan jari dan ia hilang tanpa meninggalkan jejak sama sekali. Klik! Lampu di kamar menyala. Mengedarkan pandangannya, gadis pemilik kamar seperti men-scan keadaan. Suhu kamar yang sedikit sejuk terasa wajar bila diingat sudah tidak ditempati hampir 3 minggu. Kondisi dan tata latak barang di kamarnya pun tidak ada yang berubah dari yang terakhi
Read more
Hari Libur
Karena hari libur, Tiara hanya berbaring menatapi ponselnya. Balasan pesan yang ia tunggu-tunggu tidak ada kelanjutan, padahal ia sudah spam termasuk sosial medianya juga. Tiara ingin mengajak Bayu pergi keluar. Tidak ada lagi teman yang bisa diajak, Sisca ada urusan keluarga dan Ilham sibuk kerja sampingan dengan Madam Asri. Dengan rasa tanggung jawab ingin Tiara membuka laptopnya untuk menulis, tapi rasanya mual, tidak ada yang bisa membuat Tiara menulis. Tiara sempat terlintas sebuah alur percintaan dengan latar belakang keranjaan Tiongkok bergenre fantasi. Sebuah kisah tragis yang berakhir pengorbanan sang Guru untuk negara dengan keegoisan cinta seorang pemuda, tidak lain murid Guru tersebut. Sementara Tiara ingin menulis terlebih dahulu di ponselnya untuk memulai adegan apa yang cocok untuk pembukaan, kepala Tiara berasa berdenyut. Seketika sebuah memori muncul hingga membuatnya jatuh dari kasur sakin terkejutnya. Bruk!
Read more
Bertemu Bayu
Ponsel bukan lagi untuk hiburan. Sudah 2 jam Tiara menunggu, dari yang awalnya masih cerah, sekarang mulai gelap. Lampu-lampu taman mulai dinyalakan, nyamuk mengganggu, dan sekitar lebih sepi dari sebelumnya. Ya, hari ini adalah hari libur. Terbesit untuk kembali saja. Sudah mengirim pesan pun tidak ada tanggapan, tapi yang Tiara tahu Bayu bukan orang yang akan mengingkari ucapannya sendiri. Bermodal keyakinan itu, apapun yang terjadi Tiara akan menunggu. Banyak waktu yang terbuang percuma, sudah batas Tiara untuk menunggu. Hawa dingin malam semakin menguji kesabaran Tiara, 4 jam terasa sebentar namun dilewati dengan cukup berat. “Kenapa hatiku sakit ya?” tanpa sadar air mata Tiara menetes. Jika diingat lagi bukan hanya 4 jam, tapi 4 tahun Tiara munggu Bayu yang terus mengacuhkan cintanya. “Ck! Gue jadi mengait-ngaitkan hal yang nggak jelas. Seenggaknya malam ini cerah, bintang yang biasanya nggak kelihatan malam ini terlihat beberapa, apa lagi sekarang bulan
Read more
Kelakuan Tiara
“Bayu!” “Bayu~” “Bay Bay Bay!” “Oh Baby Bayu!” Tidak kenal waktu dan tempat, Bayu jengah dengan Tiara terus berada di sekitarnya. Menurut Bayu, Tiara itu bukan orang yang layak diberikan hati, karena balasannya sejuta hati yang merepotkan. “Ada apa? Akhir-akhir ini lo makin nempel aja sama Tiara. Udah luluh lo?” ledek Ilham melihat tingkah gelisa Bayu saat Tiara semakin mendekat. “Kayaknya gue harus pergi.” Buru-buru Bayu membereskan bukunya. Ingin ia bangkit dari kursi, namun ditahan oleh Ilham. “Nanti dulu, gimana lo bisa buat Tiara balik lagi kayak dulu? Lo lihat tuh, dia udah bisa loncat-loncat.” Tunjuk Ilham yang mana Tiara berlari begitu kegirangan hanya untuk menghampiri Bayu. “Nggak ada apapun, memangnya Tiara kenapa? Dia kan memang selalu begitu.” Ilham memutar matanya, Bayu ini sangat cerdas tapi sangat bodoh persoalan cinta. “Lo emang nggak tahu atau pura-pura nggak tahu? Lo pikir kemarin-kem
Read more
Laporan Rumah
Gorden dibuka lebar memberikan penerangan penuh pada kamar lelaki yang mendapat gilaran pertama pemeriksanaan. “Wah ... benar-benar seorang Manager, kayaknya terakhir gue tinggalin kamar lo nggak serapi ini deh.” Tiara tidak habis pikir jika kamar laki-laki bisa begitu rapi. “Ya lo jorok! Habis pakai kamar orang tuh dibersihin lagi. Handuk basah dicampur cucian baju, selimut dilipat tapi kasurnya nggak digibrasin dulu. Gue nggak mau minjemin kamar gue lagi!” Brak! Tiara dan Ilham terkejut dan menoleh ke arah sumber suara. Bayu yang berdiri di dekat meja belajar dengan wajah datarnya hanya melihat telapak tangan yang memerah. “Ada apa dengannya?” bisik Tiara yang seketika merasa seram. Ilham mengendikkan bahunya, ia hanya mengamati tingkah Bayu yang aneh itu. Keheningan hampir membunuh semua yang ada di kamar. Suasana menjadi tegang saat tidak ada yang berani mengeluarkan suara. “Ehm! Sepertinya baik-baik aja di sini, ya
Read more
Provokasi
“Apa maksudnya Ilham bertanggungjawab atas Tiara? Apa hubungan kalian?” Pertanyaan itu mengejutkan Ilham dan Tiara. Lampu hijau yang terang-terangan Bayu nyalakan seperti petir di siang bolong. “Nggak ada urusannya juga kan sama lo? Anggap saja seperti ini, dari kecil Emak gue selalu nitip gue ke Ilham, karena sekarang ada lo jadi bagi-bagi tugas gitu. Lo patroli keseharian gue dan Ilham jadi satpam waktu belajar gue.” Tiara menjelaskan sekenanya. Ilham maju saat melihat Bayu tidak mempercayai perkataan Tiara. “Kita omongin ini di tempat lainnya aja, agak sensitif kalau Tiara dengar. Sekarang ikuti keinginan Tiara saja dulu, mohon mengertilah.” Ilham berbisik untuk menarik rasa penasaran Bayu. Ia juga mengedipkan satu matanya pada Tiara memberi kode, jika ia yang akan mengurusnya. “Udah ayo kita lanjut makan-makannya. Bayu, bantuin gue bawain piring-piring ini.” Dengan tanggap Tiara mencairkan keadaan. Walau sedikit tegang dan canggun
Read more
Tak Pernah Diceritakan
Gedung falkutas kedokteran, Ilham mencari Bayu, ia bertanya kebanyak orang di sana namun tidak melihatnya. Tidak biasanya Bayu belum ada di kampus satu jam sebelum kelas dimulai. Ilham yang sudah menyerah akan kembali ke gedung falkutasnya, tidak sengaja melihat lelaki jakun berjalan dengan buku ditangannya di seberang jalan. Sangat mudah dikanali si kutu buku yang terlihat keren itu. “Bayu!” panggil Ilham berteriak. “Bay! Bayu!” Nampaknya lelaki jakun itu tidak mendengarnya, saat dilihat lebih teliti Bayu menggunakan earphone di telinganya. Jarak yang semakin jauh membuat Ilham mau- tidak mau lari. “Hei!” Ilham memanggilnya lagi sambil menepuk pundak Bayu. Melihat Ilham yang membungkuk dengan napas tersegal-segal membuat Bayu mengerutkan keningnya, lalu melepas earphonenya. “Ada apa?” “Hah hah ... tunggu, kasih gu-e napas.” Bayu tidak mengatakan apapun seakan bebar-benar memberi waktu. Padahal
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status