All Chapters of Like a Fairy Tale: Chapter 11 - Chapter 20
88 Chapters
11’ Datang ke Ibukota Alacanist
Aredel duduk diam memperhatikan punggung Aciel dari belakang, yang kini sedang fokus menyetir di depannya. Aredel menengokkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, melihat isi kapsul terbang Aciel. Dinding kapsul terbang ini berwarna putih polos, dengan beberapa lampu-lampu kecil, dan jendela berbentuk lingkaran yang terdapat di kanan dan kiri sisi kapsul.“Hebat kan, aku bisa membuat kapsul terbang secanggih ini,” ucap Aciel tiba-tiba, tanpa menengokkan kepalanya ke belakang menghadap Aredel.“Iyah … mungkin itulah sebabnya kenapa manusia disebut dengan makhluk yang mengerikan,” ucap Aredel sambil melihat ke arah luar jendela.Aredel menengokan kepalanya kea rah belakang, lalu melihat ada meja kecil yang diatasnya ada kotak kecil persegi berwarna putih, microfast, lalu di bawah meja ada beberapa tas besar yang berwarna biru dan hijau.Beberapa menit berlalu, akhinya mereka mulai memasuki Ibukota Alacanist. Aredel terseny
Read more
12’ Keluarga Aciel
Aciel berjalan ke arah dapur untuk membuatkan Aredel sesuatu untuk dimakan. Aciel membuka kulkas nya, lalu melihat beberapa daging dan sayuran di dalam kulkas. Dia berjalan ke meja makan berbentuk bundar yang melayang, kemudian mengambil selembar roti. Dia juga mengambil buah apel, dan pisang dari atas meja tersebut lalu memasukkannya ke dalam kotak kecil di samping kulkas. Aciel mengklik kotak tersebut, lalu beberapa menit kemudian, keluarlah buah pisang dan apel yang sudah di potong-potong. Aciel mengambil selai kacang dari kulkasnya, lalu mengoleskan selai tersebut di selembar roti.“Aciel, kau sedang apa?” tanya Aredel sambil berjalan mendekati Aciel.“Membuatkan sesuatu yang bisa dimakan untuk tamu ku,” ucap Aciel sambil menaruh potongan pisang dan apel ke atas roti yang sudah di olesi selai kacang.“Kau hanya membuat satu? Buatlah dua, karena kau juga butuh makan,” ucap Aredel sambil melihat tangan Aciel yang sibuk membu
Read more
13’ Hadiah dari Nenek Tua
Aciel dan Aredel turun dari kapsul terbang mereka. Aredel berlari kecil menghampiri nenek tua yang berada di sungai kecil tersebut. Nenek itu tampak seperti nenek tua lainnya, yaitu berambut putih, dan berkulit keriput. Dia  memakai baju sweater tipis berwarna coklat,dengan rok bahan yang berwarna coklat juga.“Sepertinya dia pingsan,” gumam Aredel sambil mengecak deru nafas nenek tua tersebut.Aredel memeriksa tubuh nenek tua tersebut, lalu dia menemukan adanya luka memar pada pergelangan kaki nenek tua itu. Aredel menjulurkan tangannya pada pergelangan kaki nenek tua itu, lalu beberapa detik kemudian cahaya biru keluar dari telapak tangan Aredel.“Semoga ini membantu,” pikir Aredel.Luka memar pada pergelangan kaki nenek tersebut perlahan menghilang, membuat nenek tua tersebut perlahan-lahan mulai menggerakan kedua kelopak matanya.“Ugh,” lenguh nenek tua.“Aredel sepertinya dia sudah sadar,&r
Read more
14’ Penunggu Rawa
Aciel membuka pintu kapsul terbangnya, kemudian keluarlah perempuan bersurai putih dari benda terbang tersebut. Setelah terbang keluar dari benda itu, Aredel menampakkan kakinya santai di atas kapsul terbang Aciel. Dia menengokkan kepalanya ke kanan dan ke kiri melihat sekelilingnya, memperhatikan daerah sekitar rawa mencari keberadaan makhluk yang tadi membuat pepohonan tumbang. Aredel terkejut, mata berwarna hijaunya itu sontak membulat sempurna ketika melihat makhluk berwarna hijau penuh dengan lumut, dan tanaman yang merambat di sekitar tubuhnya. Makhluk tersebut  berkepala botak, badannya tinggi besar seperti raksasa berukuran dua puluh meter, serta memiliki gigi taring bawah yang runcing ke atas sehingga keluar dari mulutnya. Roaaarrrr Makhluk itu mengerang marah ketika melihat Aredel yang menatapnya dengan tatapan intens. “Itu Orc, kenapa bisa makhluk itu ada di rawa?!” pekik Aredel panik. Makhluk berwarna hijau yang diseb
Read more
15’ Sang Penjaga Malam
Aciel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan dengan pipinya yang bersemu merah, dia meminta maaf pada Aredel, “Maaf Aredel, sepertinya kita harus tidur satu tenda.”Aredel mengerjapkan kelopak matanya cepat. “Oke.”Aciel bingung, ternyata Aredel menerimanya dengan sesantai itu, dia menatap Aredel yang saat ini sedang berjalan di pinggir sungai kecil dengan mulutnya yang sedikit terbuka.“Mungkin hanya aku saja yang berpikiran aneh, ternyata Aredel lebih polos dari yang aku duga,” gumam Aciel kemudian mengeluarkan tenda portablenya.Aredel jongkok di pinggir sungai kecil tersebut, lalu mengambil air sungai itu dengan telapak tangannya. Aredel tersenyum kecil, kemdian meminum air sungai itu. “Wah segar, dan malam ini bulan purnamanya cantik sekali.” Perempuan bersurai putih itu tersenyum senang seraya melihat ke atas menghadap bulan purnama yang bersinar terang.Aciel sudah selesai dengan tendanya, l
Read more
16’ Kemalangan
Aredel menyenderkan punggungnya lemas ke kursi, sambil menghembuskan napasnya berat. “Aciel, aku haus.”Aciel melirik Aredel dengan tatapan khawatir, bibir Aredel yang biasanya berwarna pink kini berubah menjadi putih dan pecah-pecah.“Bibir mu kering sekali,” lirih Aciel.“Tenang Aredel, kita akan segera keluar dari hutan ini dan menemukan sumber air,” ujar Aciel.Aciel melajukan kapsul terbangnya dengan cepat, hingga mereka akhirnya dapat keluar dari hutan itu. Jam sudah menunjukkan pukul satu malam, dan Aciel belum tidur sama sekali sejak tadi pagi. Aciel terus menguap, sambil sesekali mengusap matanya yang berwarna emas itu dengan tangannya.“Aku ngantuk sekali, haruskah aku menyalakan auto pilot?” gumam Aciel.Karena sudah terlalu mengantuk, akhirnya Aciel memutuskan untuk menggunakan auto pilot sehingga dia bisa istirahat sejenak. Beberapa jam kemudian, Aciel terbangun dari tidurnya. Dia
Read more
17’ Menjadi Tawanan Troll
Aredel dan Aciel saat ini sedang berada di dalam gua Troll. Kedua Troll tersebut pergi memindahkan kapsulnya ke ruangan gua yang lain, meninggalkan Aciel dan Aredel yang terduduk lemas di dalam kurungan hitam yang berada di atas batu besar berwarna hitam legam. Ruangan goa tempat Aciel dan Aredel sangat besar besar, dan juga lembab, serta banyaknya obor di dinding goa membuat suasana di dalam goa tersebut semakin menyeramkan bak film horror.  ClangClangClang“Argh! Kenapa?!” teriak Aredel marah serta frustasi.Aredel mencoba membuat lingkaran sihir berwarna biru yang biasa dia buat, namun hasilnya nihil lingkaran sihir tersebut langsung pecah seperti piring yang terjatung ke lantai.“Kenapa tidak bisa?!” tanya Aredel kesal.ClangAredel menyandarkan tubuhnya ke kurungan hitam tersebut, lalu tak lama kemudian datanglah kedua Troll yang membawa mereka. Troll ters
Read more
18’ Melarikan Diri
Aredel menutup kedua matanya, menghembuskan nafasnya pelan, kemudian berkata, “Peta ajaib, tolong tunjukkan di mana letak kapsul terbang kami.” Peta tersebut bersinar terang, lalu dalam sekejap peta tersebut menunjukkan arah menuju kapsul terbang mereka. “Aciel petanya sudah menunjukkan kita jalan. Ayo kita bergegas pergi!” seru Aredel kemudian melangkahkan kakinya ke depan. “Haah … baikhlah,” ucap Aciel lemas, kemudian pasrah mengikuti Aredel. “Kalau sampai dia menyesatkan kita lagi, akan langsung ku buang,” ucap Aciel sambil melangkahkan kakinya ke depan. “Jangan bilang seperti itu, ini adalah peta ajaib. Umurnya pasti lebih lama dari kita berdua, kita harus menghormatinya,” ucap Aredel sambil berjalan. “Huft, kau membelanya seperti membela orang tua saja sampai-sampai membahas usia.” Aciel mengerucutkan bibirnya sebal. Mereka berdua berjalan beriringan di dalam goa yang gelap, meskipun banyak obor yang menempel di dinding, t
Read more
19’ Teman Baru
Kemarin Malam di Ibukota AlacanistLaboratorium kerajaan terlihat ramai dengan banyak ilmuwan di dalamnya, mereka terlihat sibuk menyempurnakan robot-robot berbentuk manusia.“RM-01 sepertinya sudah bisa kita uji,” ucap salah satu orang dengan inblet di tangannya.“Iyah kau benar, sebaiknya kita masukan dia di ruang pengujian,” timpal yang lain.“RM-01 silahkan masuk ke ruang pengujian,” ucap salah satu orang.Robot berebentuk manusia laki-laki tersebut berjalan masuk ke dalam ruangan putih kosong seluas enam meter dengan tinggi tujuh meter, serta kaca di depannya yang membuat para ilmuwan tetap bisa mengawasi robot tersebut dari luar ruangan. Salah satu ilmuwan menutup pintu ruangan tersebut, lalu menekan tombol merah pada meja yang ada di depan kaca ruangan itu. Beberapa detik kemudian, dari bawah lantai muncul lubang seluas dua meter dan dari lubang tersebut keluarlah seekor ular cobra dengan
Read more
20’ Melanjutkan Perjalanan
Aredel masuk ke dalam tenda, lalu disusul Aciel di belakangnya. Aredel mendudukkan dirinya di karpet bulu yang berada di atas lantai. “Aku tidur disini.”Aciel menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Tidak, kau harus tidur di tempat tidur.”“Tapi kau tidur lebih lama dari ku, jadi kau yang seharusnya tidur di tempat tidur,” ucap Aredel lalu merebahkan dirinya di karpet.“Tidak, kau itu perempuan jadi aku sebagai laki-laki harus mengalah,” timpal Aciel lalu mendekati Aredel.“Tapi aku ini kan elf, aku tahan dingin dan tidur ku hanya empat jam jadi kau tidak perlu mengalah,” jelasnya lagi kemudian mulai menutup kedua matanya.“Sepertinya perdebatan ini tidak aka nada habisnya,” batin pria bersurai merah itu.Aciel menghela napasnya kecil lalu berjongkok di sebelah tubuh Aredel. Dia menyelipkan kedua tangannya di bawah lutut Aredel, dan satu tangannya di tengkuk Aredel, lalu
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status