All Chapters of Like a Fairy Tale: Chapter 41 - Chapter 50
88 Chapters
41’ Penyelidikkan Tuan Owen pt.2
Setelah memotret tabung-tabung, serta benda lainnya yang menurutnya mencurigakann. Akhirnya dia membuka pintu ruangan tersebut. Pria bersurai coklat itu mulai menengokkan kepalanya  ke kanan, dan  ke kiri melihat apakah ada orang yang lewat atau tidak. “Ini aneh, aku masuk dengan surat izin resmi, bahkan langsung dari keluarga kerajaan tapi mengapa terasa seperti maling?” gumamnya seraya berjalan santai di koridor lab tersebut. “Ruangan dua puluh, dua satu, dua dua ….” Tuan Owen bergumam ketika melihat huruf-huruf yang tertulis di pintu tiap ruang tersebut. “Semua ruangannya penuh, mana lagi yang gagang pintunya berwarna hijau yah?” tanya pria bersurai coklat itu pada diri sendiri. Mata pria baruh baya itu jeli, memperhatikan gagang pintu tiap ruangan. Hingga beberapa detik kemudian, dia menemukan pintu dengan gagang yang pintu berwarna merah. Dia memutar pelan gagang pintu tersebut, lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan itu. Tida
Read more
42’ Penyelidikkan Tuan Owen pt.3
  Tuan Owen kembali ke istana kerajaan. Kali ini berbeda dengan yang kemarin, saat dia sampai di depan pintu istana ternyata tak disangka-sangka kedua robot penjaga itu ramah dan langsung mempersilahkan Tuan Owen masuk. “Silahkan Tuan Owen, Putri Aurora telah menunggu,” ujarnya. Tuan Owen menganggukkan kepalanya singkat, berkata terima kasih pada makhluk besi itu sebelum berjalan masuk ke dalam istana yang megah tersebut. Ini bukan pertama kalinya dia masuk ke dalam istana,. Namun dia tetap takjub ketika melihat ke dalam isi istana tersebut. Dinding-dinding istana yang di penuhi foto-foto Raja yang pertama hingga Raja Adelard, yakni Raja yang keseratus. Corak dinding yang berwarna coklat milo, dengan motif bunga anggrek berwarna coklat gelap, sangat kontras dengan bingkai foto-foto tersebut yang berwarna krem. Tak lupa dengan adanya furniture-furniture modern seperti meja terbang, tempat sampah penghancur otomatis yang berada di pojok ruangan, da
Read more
43’ Tuan Owen Selamat
Aciel tengah duduk di ruang tamu bersama dengan Aredel yang kini sedang menyuapi Felix dengan sepotong buah apel. Aciel mengerucutkan bibirnya sebal, karena sudah setengah jam berlalu tapi Aredel malah lebih memilih menyuapi burung Phoenix itu dari pada Aciel yang baru saja bangun dari pingsannya. “Padahal aku yang sakit harusnya aku yang disuapi,” pikir pria bersurai merah itu kesal. Dia berdecih sebal, lalu mengambil piring berisi buah apel hijau itu dari tangan Aredel. “Kenapa Aciel? Felix sedang makan.” “Aku juga lapar! Aku ingin makan apel agar bisa cepat sehat!” ucap Aciel dengan bibirnya yang maju itu. “Kau baru makan siang tadi, apa itu tidak cukup?” tanya Aredel seraya mencoba mengambil piring tersebut dari tangan Aciel. “Tidak cukup!” ketus Aciel lalu memasukan dua sekaligus potongan apel ke dalam mulutnya. “Jangan makan buru-buru, nanti tersedak.” Aredel mengusap ibu jarinya di pinggir bibir Aciel, membersihkan sisa-sisa pot
Read more
44’ Takdir yang tidak diketahui
Kamar yang berisi seorang manusia, dan seorang elf tersebut lenggang. Laki-laki bersurai merah itu menyunggingkan senyuman nakalnya kemudian menarik wajah perempuan yang ada di depannya dengan lembut, membuat si empunya menutup kedua matanya. “Aredel … kenapa kau memejamkan matamu?” goda laki-laki di depannya yang tiba-tiba menghentikan tangannya. Perempuan bersurai putih itu membuka kedua matanya, wajahnya panas nan memerah bak kepiting rebus di dalam kuali. Aredel menggelengkan kepalanya cepat kemudian berbalik membelakangi pria bersurai merah itu. Aciel tertawa kecil kemudian memeluk tubuh mungil Aredel dari belakang. “Jangan peluk aku! Kau menyebalkan!” ketus Aredel dengan mulutnya yang mengerucut. “Wah … sepertinya seseorang kecewa karena tidak jadi di cium,” goda Aciel seraya membalikkan tubuh Aredel, agar kembali berhadapan dengannya. “Ti-tidak! Sudahlah aku ingin tidur,” gugup Aredel kemudian membalikkan lagi badannya membelakangi Acie
Read more
45’ Fakta yang Mengejutkan
Aredel menghela napasnya kasar, menggelengkan kepalanya ke kanan dan kiri. “Aciel, lupakan apa yang aku katakan, fokus saja menyetir.” Aciel mengerutkan dahinya bingung. Kecurigaannya terhadap perempuan bersurai putih di depannya ini kian membesar. “Kenapa dia tidak ingin membicarakannya sih? Dia benar kekasihku bukan? Kenapa susah sekali untuk terbuka denganku?” batin Aciel. Pria bersurai merah itu kesal. Batinya terus menduga hal-hal buruk yang bisa saja terjadi. “Kalian jika ingin bertengkar tolong jangan di sini, aku ingin tidur.” Rayzeul berkata asal, kemudian menyandarkan dirinya di sandaran kursi. “Kau ini selalu tidur, disuruh mengendarai mini jet tidak mau.” Aciel mendengus sebal ketika mendengar penuturan dari Rayzeul. Meskipun niat Rayzeul baik, untuk mencairkan suasana tapi tetap saja itu membuat Aciel kesal. “Kalau kau tidak bisa mengatakannya … tidak apa-apa kok, aku sebenarnya hanya penasaran.” Aciel tersenyum manis ke arah Aredel seray
Read more
46’ Aredel Jahat
Aciel melangkah mundur, menjauh dari perempuan bermata hijau di depannya. Wajah cantik perempuan tersebut semakin terlihat senang, ketika dia menyunggingkan senyuman miringnya pada pria bersurai merah yang terlihat bingung.“Aciel … lari!” seru Rayzeul dari belakang mereka berdua.Perempuan bersurai putih itu tertawa licik. “Kenapa kau menghindariku? Bukankah kau cinta padaku Aciel?” Aredel melangkahkan kakinya maju, semakin dekat dengan pria bersurai merah tersebut.“A-aredel, b-bisakah k-kau menjelaskan apa yang terjadi?” tanya Aciel gugup dengan bibirnya yang bergetar.“Bagaimana ya … um apa kau tidak bisa melihat apa yang sedang aku lakukan? Aku mengacaukan semuanya, agar kau pergi menjauhi kerajaan agar rencanaku terlaksana dengan baik. Karena aku tahu, jika kau berada di sekitar istana pasti akan sulit.” Aredel tersenyum miring, kemudian menggenggam tangan Aciel yang kini bergetar hebat d
Read more
47’ Felix si Penyelamat
Perempuan bersurai putih itu menangkupkan pipinya di pipi Raja Adelard, dia tersenyum manis memberi semangat pada pria bersurai emas di hadapannya ini. “Tidak usah marah lagi, dia sudah masuk penjara sekarang.”Raja menganggukkan kepalanya setuju kemudian memeluk erat perempuan mungil tersebut membawanya ke dalam dekapan hangatnya. “Tapi aku khawatir, adikku belum pulih.”Aredel menyembulkan kepalanya menghadap wajah Raja, kemudian berkata, “Mau menjenguknya ke rumah sakit?”Raja bersurai kuning keemasan itu tersenyum manis, kemudian menganggukkan kepalanya seraya mengusap halus surai putih perempuan bermata hijau di depannya. “Ayo kita jenguk adikku ke rumah sakit.”Raja Adelard menggandeng tangan Aredel dengan lembut, kemudian membawanya masuk ke dalam kapsul terbang miliknya. Mereka berdua duduk di belakang kursi supir yang berada tepat di depannya. “Tolong bawa kami ke rumah sakit.” Supir ter
Read more
48’ Pergi ke Kerajaan Elf Cahaya
“Felix … s-si-siapa dia?” tanya Rayzeul takut-takut ketika melihat tubuh seorang perempuan cantik bersurai putih tengah terbaring lemah di rerumputan hijau.Felix mendekati tubuh perempuan tersebut, berjongkok di samping wajah cantiknya kemudian, mengelus pelan pipi perempuan itu. “Dia benar-benar Aredel?”Cahaya bulan yang terang tersebut, menerpa wajah cantik milik perempuan bersurai putih yang kerap disapa Aredel. Pantulan sinar bulan itu membantu, memperlihatkan dengan jelas wajah perempuan tersebut membuat Rayzeul semakin yakin, bahwa perempuan yang tengah terbaring lemah di hadapannya ini adalah Aredel.Felix berkicau kecil, kemudian menyenggol-nyenggolkan kepalanya ke lengan Aredel, berusaha membuat perempuan bersurai putih itu terbangun. Namun, usahanya nihil tak membuahkan hasil. Rayzeul yang masih bingung, berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Dia termenung kecil, sambil mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali
Read more
49’ Kerajaan Elf Cahaya
Felix menengokkan kepalanya ke arah Rayzeul, seakan menatap pria bersurai putih tersebut bingung. Rayzeul kembali mengeluarkan lingkaran sihirnya, kemudian mengambil pedang yang keluar dari lingkaran sihir tersebut. “Lepaskan Aredel!” Rayzeul menghunuskan pedang tersebut ke arah ular raksasa berwarna hijau.Tanpa di sangka-sangka, ular tersebut menurut kemudian melepaskan lilitannya. Rayzeul bingung, kemudian dengan segera menarik tubuh mungil Aredel ke dekatnya.ClingCahaya putih bersinar terang, keluar dari tubuh ular tersebut. Tubuh ular yang berwarna hijau, perlahan memudar, dan lama-kelamaan berubah menjadi tubuh manusia dengan telinga runcing nan panjang.“Elf?” Rayzeul tampak bingung.Rayzeul mengerjap-ngerjapkan matanya yang berwarna hijau itu berkali-kali, memastikan apa yang dia lihat di depannya ini benar-benar nyata. “Elf hutan?”Elf laki-laki berbadan sedikit lebih besar dari Rayzeul
Read more
50’ Kehidupan di Kerajaan Elf Cahaya
Perempuan bersurai putih itu menatap mata Rayzeul dalam kemudian menyunggingkan senyumannya kecil, “Aku ibunya Aredel.” Rayzeul menganggukkan kepalanya paham, kemudian duduk di kasur Aredel.“Jadi, kekasih anakku sedang berada di Kerajaan Cartenzeul?” tanyanya lalu dibalas anggukkan kepala oleh Rayzeul. “Sayang sekali, padahal aku ingin melihat laki-laki seperti apa yang bisa meluluhkan hati anakku yang sedikit keras kepala ini.” Ibunya Aredel mengelus pelan kepala anaknya tersebut.“Dia orang yang baik, pintar, dan ya … sedikit menyebalkan mungkin karena usianya yang baru saja 22 tahun,” jawab Rayzeul disertai tawa kecilnya.“Masih muda sekali, aku tidak menyangka anakku menyukai laki-laki yang lebih muda darinya, terlebih lagi dia ternyata seorang manusia” ujar Ibu Aredel dengan senyuman kecil.“Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita mulai penyembuhan Aredel?” tanya Rayz
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status