All Chapters of Like a Fairy Tale: Chapter 31 - Chapter 40
88 Chapters
31’ Latihan
Aciel, Rayzeul, Aredel, dan Felix telah masuk kembali ke mini jet mereka. Rayzeul yang memegang kendali kemudi mini jet kali ini, sedangkan Aciel tengah tertidur di kursi belakang. “Rayzeul … kita mau kemana?” tanya Aredel lalu mendudukkan dirinya di sebelah pria berambut putih itu. “Kita cari tempat berkemah dulu, kita harus istirahat sebelum ke kerajaan,” jawab Rayzeul. “Iyah, meskipun kita tidak tahu apa yang dimaksud dengan kacau tadi oleh para penyihir … setidaknya kita harus memulihkan tenaga dulu.” Aredel melirik tubuh Aciel yang kini sedang tertidur pulas di kursi belakang. “Kau pasti sangat mengkhawatirkannya ya.” Rayzeul tersenyum kecil seraya melirikkan mata hijaunya ke wajah Aredel. “Tentu saja! Apalagi, malah dia yang menolongku tadi … bukan aku yang menolongnya,” ucap Aredel dengan senyuman terpaksa dari bibir mungilnya. “Tapi kau keren, bisa mengembangkan sihir baru mu secepat itu.” Rayzeul menatap lurus ke depan, memper
Read more
32’ Perjalanan menuju Gunung Rinjanist
Setelah selesai makan malam, mereka bertiga masuk ke dalam tenda untuk tidur. “Kasihan sekali Felix tidur sendirian di luar.” “Kalau begitu kau harus menemaninya kakek,” ujar Aciel lalu menidurkan dirinya pada karpet bulu. “Kau lupa kau yang mengajakku ikut dengan kalian?” tanya ketus Rayzeul, lalu ikut membaringkan dirinya di sebelah Aciel. “Rayzeul kau tidak mau tidur di kasur?” tanya Aredel. “Tidak usah, kau saja yang di kasur. Bagaimana pun juga kau perempuan,” jawab pria bersurai putih itu kemudian mulai memejamkan kelopak matanya. “Terima kasih Rayzeul,” ujar Aredel senang kemudian menidurkan tubuhnya yang mungil itu di kasur. Pria bersurai putih menaikan satu alisnya. “Untuk apa?” tanya Rayzeul bingung. “Sudah mau ikut dengan kami, dan melewati semua ini.” Aredel memejamkan matanya. “Berterima kasihlah pada Felix, karena berkat dia aku mau ikut kalian.” Rayzeul membalikkan tubuhnya menghadap pria bersurai merah y
Read more
33’ Wilayah Bersalju
Aciel, Aredel, dan Rayzeul kembali ke mini jet mereka dengan membawa keranjang yang berisi buah-buahan di tangan mereka. Para kera yang mereka selamatkan memberikan mereka banyak buah-buahan seperti manga, pisang, dan apel. Selain buah-buahan para kera juga memberikan kalung liontin berwarna silver berbentuk bintang dengan pinggiran yang bergerigi halus. Kalung tersebut cantik sekali, seperti emas putih tetapi terdapat aura putih bersih di sekelilingnya seperti salju. “Kalung ini indah, siapa di antara kalian yang ingin memakainya?” tanya Aredel seraya  memegang kalung cantik itu. “Kau suka? Pakai saja, Aredel pasti cantik sekali jika memakainya kalung itu.” Aciel menaruh keranjang buah di belakang. “Cantik sekali kalungnya, dan ada energi sihir di dalamnya,” ujar perempuan bersurai putih itu kagum dengan mata yang berbinar ketika memperhatikan kalung berliontin bintang tersebut dari dekat. “Pakai saja.” Rayzeul mendudukkan dirinya di kursi belak
Read more
34’ Kejadian di Kota Bayaist
Pagi hari di Kota Bayaist Kapsul-kapsul terbang milik Organisasi Pertahanan Kerajaan mendarat mulus di aspal-aspal jalanan Kota Bayaist. Seorang laki-laki paruh baya berambut coklat, atau yang biasa dipanggil Tuan Owen tersebut keluar dari salah satu kapsul terbang tadi. Dengan tangan yang memegang tongkat halilintar, dia terlihat sangat gagah meskipun sudah tua umurnya. Langkah kakinya terlihat mantap, melangkah dengan gagah menghampiri salah satu laba-laba raksasa. Ctarrr Halilintar kecil keluar dari tongkat yang dipegang oleh pria bersurai coklat. Laba-laba raksasa tersebut hangus terbakar, ketika mengenai halilintar mini. Para laba-laba raksasa tersebut memiliki warna yang berbeda. Ada yang berwarna merah hati, hitam legam, coklat, dan berwarna ungu tua. Kota Bayaist terlihat sangat kacau, dengan kapsul-kapsul terbang yang tidak bisa bergerak karena terjerat jaring laba-laba. Jaring-jaring laba-laba yang berwarna putih itu terse
Read more
35’ Makhluk Berwarna Putih
Aredel membulatkan matanya yang hijau itu. Dia terkejut, ketika melihat makhluk putih besar berada tepat di belakangnya. “Beruang kutub raksasa?” Aredel menautkan kedua alisnya memperlihatkan ekspresi bingung. Rooaarrr Bugh Aredel telat membuat lingkaran sihir pelindung, dan alhasil tubuhnya terpental jauh ke depan. Terjatuh tepat, di tumpukkan tebal salju putih. Perempuan mungil itu mengaduh kesakitan, ketika merasakan pukulan keras pada tubuhnya. “Ugh … kenapa aku lambat sekali sih membuat lingkaran sihirnya.” Habis sudah tubuhnya berwarna putih semua, akibat banyak serpihan salju yang menempel di seluruh tubuhnya. Beruang kutub itu mulai melangkahkan kakinya menuju bola salju raksasa. Aredel berdecih pelan, lalu bangkit dan berlari cepat ke arah beruang kutub itu. Cling Aredel membuat lingkaran sihir dari tangan kanannya, yang kini sudah teracung ke depan menghadap makhluk putih besar itu.
Read more
36’ Elf Salju
Makhluk putih menyerupai gorilla itu berlari cepat, masuk ke dalam perkelahian antara beruang kutub dan cacing putih. Makhluk putih itu meraung, mengeluarkan butiran-butiran salju dari dalam mulutnya. Butiran salju tersebut sangat banyak sehingga menyebabkan beruang kutub dan cacing putih tertutup oleh salju. Tak menghiraukan apa yang para monster lakukan di belakangnya, Aredel fokus menyelamatkan kekasihnya yang berada di dalam bola es. Perempuan bersurai putih itu berusaha mencairkan es tersebut lagi. “Ugh sia-sia!” Aredel berteriak marah, otaknya tidak bisa berfungsi lagi saat ini, dan ditambah suara raungan dan dentuman-dentuam keras menghantuinya di belakang. “Semoga Yeti itu tidak mengincar kami,” gumam Aredel khawatir. “Aredel kenapa malah menjadi bola es raksasa?” tanya Rayzeul bingung sekaligus panik. “Ini semua salahku, aku bodoh. Aku terlalu panik ketika melihat Yeti ….” Aredel menundukkan wajahnya menyesal. “Tidak apa-apa,
Read more
37’ Aciel Siuman
Setelah menghangatkan diri dari salju-salju yang menempel pada tubuhnya sehabis pertarungan tadi, Aredel langsung masuk ke dalam kamar di mana Aciel sedang beristirahat. Aredel tengah duduk di kasur dengan tatapan sedihnya yang mengarah pada pria bersurai merah di kasur tersebut. Pria itu terbaring lemah, dengan wajahnya yang pucat, serta bibirnya yang kering. Sudah hampir tiga jam berlalu, dan hari sudah mulai malam tapi pria bersurai merah itu belum pulih juga. Aredel khawatir, membuat perempuan berusia lima ratus tahun itu menggunakan sihir penyembuhanya untuk menghangatkan tubuh Aciel, namun hasilnya nihil. Aciel tetap belum bangun dari tidurnya. “Padahal sudah aku hangatkan berkali-kali, kenapa dia tidak bangun juga?” batin Aredel khawatir. Kekasih Aciel itu lesu, menghela napasnya kasar. “Maaf yah Aciel … aku tidak bisa melindungimu.” Aredel menangkupkan tangan kanannya ke pipi Aciel, lalu mengelus-elus pipi tersebut dengan ibu jarinya. Tok
Read more
38’ Merawat Aciel
Aredel mencengkram kuat bahu pria bersurai merah di hadapannya ini, untuk menahan kegugupannya. Wajahnya kini sudah bertambah merah, begitupun juga Aciel. Seiring berjalannya waktu Aciel semakin mendekatkan wajahnya ke wajah cantik perempuan yang kini tengah duduk di pangkuannya.“Aku bisa merasakan deru napasnya,” batin Aredel.“Wajahnya memerah sama sepertiku, apa jantungnya juga berdegub dengan kencang?” batin Aredel lagi seraya menatap manik keemasan milik pria bersurai merah di depannya.“Aku … lapar,” ucap Aciel setelah berhasil membuat jarak antara wajah dia dan Aredel hanya berkisar lima senti.“Ya?” Aredel bingung, dia mengedip-ngedipkan matanya berulang kali berusaha untuk mencerna apa yang baru saja Aciel bilang tadi.“K-kau ingin m-makan?” tanya Aredel sekali lagi untuk memastikan.“Iyah aku lapar. Bukankah kau tadi yang menawariku makan?” bisik Aciel
Read more
39’ Keadaan Kerajaan
Laboraturium Akademik Kesehatan Mental dan Tubuh Makhluk Hidup Ruangan seluas lima belas meter dengan tinggi sepuluh meter itu dipenuhi oleh orang-orang dengan jas-jas putih, berkacamata besar, serta sarung tangan. Beberapa dari mereka sibuk mencatat, mengetikkan sesuatu pada inblet mereka masing-masing. Atau bahkan beberapa dari mereka sibuk dengan peralatan-peralatan seperti pipet tetes, labu erlenmenyer, dan tabung reaksi. “Kau sudah menguji sample nomer 1150?” tanya salah satu orang pada perempuan berambut pirang. “Belum, aku belum mengujinya. Aku bingung, sepertinya kita mengambil sample racun dari Tuan Owen sangatlah sedikit jadi kurang untuk bahan percobaan,” jawab perempuan berambut pirang tesebut. “Kita ke kurangan Iodin,” sahut salah satu orang. “Tenang saja, kita bisa paka---“ jawab salah satu orang terpotong. “Talc dan Salicyl Acid juga habis,” sahut orang lain. “Habislah sudah kita, Profe
Read more
40’ Penyelidikkan Tuan Owen
Hari Pertama Sehari setelah Tuan Putri Aurora memerintahkannya untuk mencari tahu sesuatu tentang laboraturium Penelitian Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi, dia langsung menyiapkan barang-barang yang diperlukannya untuk masuk ke dalam lab tersebut. Tuan Owen duduk di kursi kecil, samping ranjang rumah sakit. Ya, dia sedang berada di rumah sakit sekarang, lebih tepatnya di kamar inap Irimie. Dia sedang menunggu Tuan Putri Aurora. Beliau bilang dia akan mengunjungi Irimie hari ini sekaligus memberikan robot penjaganya untuk mejaga Irimie, dan memberikan sesuatu pada Tuan Owen. “Irimie aku tau kau gadis kuat, kakakmu pasti sedang mencarikan obat untuk menyembuhkan mu.” Tuan Owen mengelus surai panjang Irimie yang warnanya merah mirip sekali seperti warna rambut Kakanya, Aciel. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya suara ketukan pintu pun datang juga. Dari pintu tersebut muncullah seorang Putri memakai gaun biru muda selutut, dengan bawahny
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status