Semua Bab Istri Dadakan: Bab 101 - Bab 110
115 Bab
101. Pindah Dadakan
"Cindy, kamu disini dulu ya. Kalau makannya kurang ambil saja sisanya di dapur. Mau bikin minum juga ada di dapur. Tinggal bikin saja—"Dave beralih menatap wajah Rachel."Hel, ikut saya sebentar ke dalam. Ayo!" ajak Dave seraya menarik tangan Rachel masuk ke kamar."Ada apa sih?" tanya Rachel begitu mereka berada di dalam kamar."Kamu gimana sih? Biarin Cindy gitu aja, menginap disini. Baju kamu masih di kamar sebelah semua bukan?" protes Dave menahan kesal.Rachel seketika menutup mulutnya karena tercengang."Oiya, aku lupa. Kita harus bagaimana ini, Dave? Enggak mungkin juga Cindy kita suruh tidur di sofa depan tv," celetuk Rachel terlihat panik."Mana saya tahu. Bantu saya mikir solusinya," ketus Dave terdengar sewot."Ini juga aku lagi mikir," timpal Rachel sembari mengigiti ujung kukunya.Dave menyeka wajahnya kasar. Ia melirik sekilas ke lemari pakaiannya."Begini saja. Pindahin baju-baju dan semua ba
Baca selengkapnya
102. Malam Panjang
"Dave..." Rachel menoleh ke samping, melihat kedua mata Dave telah tertutup rapat. "Sudah tidur ya?" "Hmm..." "Hebat ya. Katanya sudah tidur tapi masih bisa di ajak ngobrol," ledek Rachel sembari menahan tawanya. "Kalau tidak ada hal penting yang perlu di bahas, lebih baik tidur," tegur Dave. "Aku kepikiran soal yang tadi, Dave." "Yang mana?" tanya Dave yang masih memejamkan matanya. "Soal Cindy yang tidur di kamar sebelah." Seketika Dave menoleh saat mendengar nama adiknya disebut. Kedua matanya yang telah terbuka kini menatap tajam ke arah Rachel. "Kenapa? Kamu sekarang keberatan dia ada disini?" "Bukan begitu. Aku nggak keberatan adikmu disini, tapi apa harus sampai papah nggak boleh tahu begitu?" tanya Rachel hati-hati. "Ya, karena kalau papah tahu. Cindy pasti bakal dimarahi. Kamu tau sendiri bukan bagaimana kerasnya papah?" Rachel mengangguk. Sebenarnya ia tidak senang denga
Baca selengkapnya
103. Pikiran Buruk
Pertanyaan mendadak Dave membuat senyum cantik istrinya terlepas. Rachel memasang wajah datar, membuang muka saat Dave menatap lekat matanya."Bisa tidak kita tidak membahas itu dulu untuk saat ini?" Rachel nampak enggan menjawab pertanyaan suaminya. "Sampai kapan kamu mau menghindar dan terus menunda-nunda?" "Aku tidak menghindar, tapi menunggu waktu yang tepat.""Mau sampai kapan kamu mau terus menunggu? Sampai kau ikut terseret juga?" desak Dave terdengar kesal.Rachel sedikit kaget mendengar suara Dave yang agak meninggi. Lelaki itu tak sengaja melirik ke perut Rachel.Melihat keterkejutan di wajah istrinya, seketika itu juga Dave membuang muka. Lelaki itu mengambil napas panjang dan menghembuskan perlahan, sembari menetralkan emosinya."Apa lagi sih yang sedang kau tunggu? Kamu perlu uang tambahan? Apa uang bulanan yang selama ini saya kasih kurang? Jangan buat saya seakan tidak sanggup mencukupi semua kebutuhanmu."
Baca selengkapnya
104. Menghilang Tanpa Kabar
"Hey, bengong saja."Dave tiba-tiba menjentikan jarinya ke dahi Rachel, membuat lamunan wanita itu jadi terputus. "Aw... Sakit, Dave."Rachel meringis sambil telapak tangannya refleks menampar lengan Dave."Apa-apaan sih kamu? Sentil kepala orang sembarang saja," keluh Rachel seraya mengusap-usap kepalanya."Siapa suruh bengong terus. Kamu tahu tidak kalau ayam keseringan bengong bakal di potong sama pemiliknya?""Masa kamu samakan aku sama ayam," keluh Rachel tak terima.Dave terkekeh pelan sembari memasang tampang polos, tak berdosa."Ya, sudah kalau begitu jangan banyak bengong. Lagi mikir apa sih kamu?" "Enggak mikirin apa-apa kok," elak Rachel seketika.Dave percaya begitu saja. Matanya kembali tertuju ke perut Rachel. Sesekali ia menyentuh dan menciumi perut buncit itu sembari bergumam sendiri, seolah tengah mengajak anak yang ada di perut Rachel berbicara. Rachel kembali tersenyum l
Baca selengkapnya
105. Perkelahian
Rachel tidak mengerti apa yang sedang terjadi pada suaminya. Ia merasa tidak melakukan kesalahan apapun, tapi kenapa sikap Dave yang dingin saat ini terlihat seakan tengah memendam amarah. Lelaki itu seperti berusaha menjauh darinya. Berbagai pikiran buruk seketika terlintas dalam benaknya. Namun buru-buru di tepisnya.  "Mungkin dia sedang banyak kerjaan," gumam Rachel menguatkan hatinya.  Rachel tidak ingin berburuk sangka. Ia berusaha berpikir positif dan berharap esok hari sikap Dave akan kembali seperti biasanya. ☆☆☆ Dave menyandarkan punggungnya sembari memejamkan matanya. Ia menarik napas panjang dan menghembuskannya berulang kali. Rasanya ia ingin marah, berteriak dan menghancurkan semua barang-barang yang ada di depan matanya sebagai bentuk luapan emosinya. Perkataan Alex kepadanya beberapa jam yang lalu itu masih saja terngiang-ngiang di kepalanya. Masih terekam jelas dalam ingatan, bagaimana pertemuannya dengan lelaki itu.
Baca selengkapnya
106. Masih Berjarak
Dave ketiduran di sofa ruang tamu dan baru terbangun saat pagi menjelang. Lelaki itu mengejapkan mata berulang kali sambil mengingat-ingat kejadian kemarin malam yang membuatnya sampai tertidur di sofa. Lelaki itu mendesah berat. Ia menegadahkan kepalanya ke atas menatap langit-langit, sembari memejamkan mata sebentar, mengumpulkan kembali seluruh energinya yang sempat terkuras karena memikirkan Rachel dan anak yang ada dikandungan wanita itu. Dave ingin bertanya langsung pada Rachel. Namun ia belum siap menerima segala kemungkinan terburuknya. Lelaki itu tidak ingin mempercayai perkataan Alex, tapi tak bisa juga mengabaikan ucapannya begitu saja. Kini Dave di dera dilema. Ia bingung dan tak tahu harus bagaimana ke depannya menjalani pernikahan dengan Rachel. Di tengah kemelut yang berkecambuk dalam benaknya, tiba-tiba saja ada yang menepuk pundaknya. Dave membuka kedua matanya dan menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang beran
Baca selengkapnya
107. Kejutan Untuk Dave
Rachel membuka matanya, merasakan sebuah tendangan kuat di perutnya. Sontak ia mendongak sembari mengusap-usap perut besarnya. "Kenapa, Sayang? Sudah lapar ya. Tunggu sebentar ya, Sayang. Kita makan sama-sama setelah menunggu papa pulang ya. Mama yakin papamu pasti sebentar lagi pulang," gumam Rachel seakan tengah berbicara dengan anak yang di kandungnya.Bayi di perutnya semakin aktif saja bergerak setiap harinya. Rachel memakan beberapa keping biskut dicampur dengan susu untuk menganjal rasa lapar. Ia tidak ingin anaknya ikut kelaparan menunggu suaminya yang tak kunjung pulang.Keinginan Rachel yang ingin makan malam bersama Dave yang menjadikan alasan wanita hamil itu tetap duduk setia di depan meja makan saat ini. Berulang kali ia menghela napas panjang setelah menyadari Dave belum juga pulang padahal hari sudah mulai petang."Sepertinya hari ini Dave lembur lagi," desah Rachel sembari menatap jam dinding.Hubungan Dave dan Rachel semakin
Baca selengkapnya
108. Merindukan Sentuhanmu
Rachel tiba-tiba kembali menyinggung nama Alex saat mereka tengah makan bersama. Dave yang tengah menyendokkan makanan ke mulutnya, jadi berhenti begitu nama lelaki itu disebut. Selera makannya mendadak hilang entah kemana."Bukankah saya sudah cerita ya? Tidak dengar? Waktu itu telingamu kemana saat saya sedang bicara," ketus Dave menahan kesal.Mata hazel wanita itu mendadak berkaca-kaca mendengar nada tidak bersahabat yang keluar dari mulut suaminya. "Aku tidak tahu apa saja yang Alex katakan padamu. Tapi kumohon jangan percaya apapun yang di ucapkannya. Dia itu," lirih Rachel menahan isak tangis yang ingin keluar.Suara sendok yang beradu dengan piring seketika membungkam mulut Rachel. Wanita itu berjingkat kaget mendengar suara bunyi sendok yang di lempar Dave. Entah di sengaja atau tidak, Dave tiba-tiba menaruh sendok makannya dengan kasar."Alex lagi. Alex lagi. Apa kamu tidak bisa membicarakan hal lain selain lelaki itu, Hah?"
Baca selengkapnya
109. Salah Paham
Setelah Dave berhasil melepaskan diri, lelaki itu malah bangkit dan berjalan ke luar kamar. Mata Rachel kembali berkaca-kaca ketika melihat bayang-bayang yang perlahan menghilang dari balik pintu. Rachel kembali merasa sedih saat menyadari suaminya sudah tidak tertarik lagi padanya. Semenjak kejadian malam itu, Dave benar-benar menghentikan frekuensi hubungan intim mereka. Entah mengapa lelaki itu jadi kehilangan gairahnya, seperti malam ini.  Andai saja wanita itu tahu. Dave sebenarnya hampir menyentuh Rachel kembali malam ini, tapi gairah Dave mendadak padam ketika terbayang Rachel pernah di sentuh lelaki lain saat masih berstatus sebagai istrinya. Andai lelaki itu tidak teringat kata-kata Alex tempo hari, mungkin mereka tidak akan tidur di ranjang yang terpisah malam ini. ☆☆☆ Seorang lelaki berambut pirang nampak tengah berjalan memasuki kawasan poliklinik ibu dan anak di sebuah rumah sakit. Langkah kakinya mendadak berhenti saat melihat peman
Baca selengkapnya
110. Kontraksi
Entah sengaja atau tidak, Dave dengan polosnya malah bertanya pertanyaan yang membuat mamahnya semakin jengkel mendengarnya. "Benar-benar ini anak ya," geram Kate sembari meremas ponsel Rachel.Tidak ingin keributan semakin meluas, Rachel pun berusaha menenangkan mertuanya."Sudahlah, Mah. Tidak apa-apa. Mamah tidak perlu cemas. Kata dokter masih seminggu lagi. Lagipula masih ada Dave yang bakal selalu jagain Rachel. Ya kan, Dave?""Hmm..."Dave berdeham sekenanya. Lelaki itu mengiyakan saja perkataan Rachel agar dapat terbebas dari amukan mamahnya.☆☆☆Rachel melirik ke arah jam di dinding yang saat ini menunjukkan pukul empat sore. Melihat hari sudah mulai senja, ia lantas bergegas menuju dapur untuk menyiapkan makan malam. Walau gerakannya sudah tidak bisa segesit dulu lagi, namun ia tidak terlihat mengeluh. Wanita itu malah akan bosan kalau hanya duduk-duduk bersantai, menunggu suami pulang kerja. Untuk itu Rach
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status