All Chapters of Istri Dadakan: Chapter 71 - Chapter 80
115 Chapters
71. Masuk Rumah Sakit
Rachel menoleh ketika lengannya di pegangi oleh Dewi.   "Pak Alex sekarang belum datang, Mbak. Kemungkinan beliau datang terlambat karena meeting kemarin selesai sampai hampir larut malam," ujar Dewi memberitahu.   Rachel memandang wajah Dewi dengan tatapan penuh tanda tanya. Ia merasa ada yang aneh dengan sikap Dewi hari ini. Terlebih Dewi berbicara dengan sangat pelan, nyaris setengah berbisik.   Rachel mengeleng pelan sembari menepis tanda tanya yang mendadak muncul dalam benaknya. Sebagai sekertaris pribadi Alex sangat wajar kalau Dewi mengetahui dengan detail agenda kerja bosnya itu.   "Terima kasih infonya ya, Mbak. Kalau begitu nanti saja saya izinnya kalau pak Alexnya sudah datang," balas Rachel sembari tersenyum simpul.   Dewi mengangguk singkat tanpa menoleh ke arah Rachel. Ia juga tidak lantas pergi saat Rachel sibuk kembali dengan pekerjaannya.  
Read more
72. Terasa Asing
Sejam yang lalu... Dave berjalan mendekati ranjang tempat Rachel berbaring. Mata greynya menatap sendu wajah sang istri. Kemudian beralih ke arah perutnya yang nampak mulai buncit. Tidak berselang lama, jari jemari Rachel bergerak pelan bersamaan dengan kelopak matanya yang perlahan mulai terbuka. "Akhirnya kamu siuman juga," gumam Dave seraya menghela napas lega. Rachel mengejapkan mata sembari mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Ia merasa asing dengan ruangan tempatnya berada sekarang.  "Kita ada di mana, Dave?" tanyanya sembari menoleh ke arah Dave. "Rumah sakit." "Rumah sakit?" ulang Rachel sembari mengerutkan kening. Rachel sontak membuka mulutnya sembari memandang Dave penuh tanda tanya. Ingatannya kembali berputar kala ia melihat darah menetes keluar dari bawah tubuhnya. Kalau tidak salah, dirinya baru
Read more
73. Mencemaskanmu
Begitu sampai di lobby rumah sakit, Dave langsung menemui seorang wanita yang datang dengan membawa ranjang buah di kedua tangannya. "Dewi..." Wanita yang di panggil Dewi itu pun menoleh. Seketika ia tersenyum cerah saat Dave datang mendekatinya. "Maaf kalau saya langsung kemari tanpa memberitahu dulu. Soalnya saya hanya punya waktu saat jam makan siang saja," ucap Dewi seraya membungkuk hormat. Dave mengangguk sekilas. Ia mengosok-gosokan dagunya sembari menatap Dewi. Wajahnya nampak serius seperti tengah berpikir sesuatu. "Apa ada sesuatu yang sangat penting sampai kamu repot-repot datang kesini?" tanya Dave tanpa basa-basi. "Sepertinya anda telah salah paham. Saya datang kemari untuk menemui Rachel," balas Dewi menjelaskan maksud kedatangannya. "Oh. Mau bertemu istri saya—" Kini telapak tangan Dave berpindah
Read more
74. Awkward Moment
Di dalam ruangan putih berukuran dua puluh empat meter persegi, berdiri dua orang lelaki yang nampak sangat canggung satu sama lainnya. Kepala kedua lelaki itu tengah tertuju pada sesosok wanita yang tengah terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.   Dave menatap tajam ke arah Alex dan Rachel secara bergantian. Rachel hanya bisa menundukkan kepala. Entah mengapa ia tidak sanggup untuk bertatapan mata langsung dengan Dave.   Sedangkan, Alex nampak kesal melihat kedatangan Dave yang mendadak baginya.   "Sepertinya kedatangan anda kemari bukan untuk berkunjung secara baik-baik. Jadi tidak salah bukan kalau saya mengusir anda dari sini sekarang juga?"    Pertanyaan Dave jelas sekali di tujukan untuk Alex, walau matanya memandang tajam ke arah Rachel. Melihat hal itu, Alex mendesis pelan sembari melirik ke Rachel.   "Tidak perlu kau usir pun, saya juga akan pergi sendiri dari
Read more
75. Melepas Rindu
Dave hendak keluar ruangan, namun tidak bisa. Tangannya mendadak di pegangi oleh Rachel.   "Mau kemana lagi? Di sini saja. Temani aku," pinta Rachel dengan tatapan memohon.   Dave memandang wajah Rachel untuk beberapa saat. Seharian ini waktu dan tenaganya seakan tersita oleh sesosok wanita yang kini tengah berbaring di hadapannya. Wanita yang keinginannya kerap berubah-ubah dan tak jarang membuatnya kebingungan.   Walaupun begitu Dave merasa hidupnya kian menarik. Dan mungkin akan semakin menarik seiring bertambahnya usia kehamilan Rachel.   Bagaimana tidak menarik kalau semenjak wanita itu hamil, Dave kerap di suguhi pemandangan mengemaskan seperti ini.   Kedua mata Rachel mendongak menatap Dave seolah minta di kasihani. Tatapan polos yang penuh harap itu, malah membuat Dave ingin berlama-lama ada di dekatnya.   "Saya temani tapi kamu makan sekarang ya."
Read more
76. Suasana Panas
Rachel nampak mengeliat pelan dalam tidurnya. Menyadari langit biru telah berubah warna jadi gelap, wanita itu lantas terbangun dari tidur panjangnya.   Seraya menguap lebar-lebar, Rachel mengedarkan pandangannya mencari sosok keberadaan suaminya. Sebelum tertidur tadi, Dave masih duduk di sofa menemaninya sembari bermain ponsel. Namun ketika ia terbangun, sofa itu sudah kosong.    Tidak berselang lama, Rachel mendengar suara derit pintu yang terhubung langsung dengan toilet. Ia menahan napas ketika pintu itu terbuka. Seketika ia menghela napas lega saat melihat Dave yang keluar dari balik pintu itu.   "Sudah bangun rupanya," celetuk Dave begitu matanya bertemu pandang dengan Rachel.   Rachel menggangguk pelan. Dave berjalan mendekat, kembali ke samping Rachel.   "Aku kira kamu pergi kemana," gumam Rachel pelan.   "Saya hanya ke kamar mandi sebentar. Ken
Read more
77. Bersiap
Dave mencoba menghentikan kegiatan Rachel agar menoleh ke arahnya.   "Kamu lagi ngapain? Bukannya istirahat malah sibuk sendiri," tegur Dave sembari berlutut mensejajarkan pandangan matanya.   "Masukin baju-baju, Dave. Lupa ya kalau besok aku sudah boleh pulang," timpal Rachel dengan riang.   Ketika Rachel ingin membuka tasnya, Dave kembali memegangi tangan istrinya.   "Nanti saja. Biar saya saja yang memasukkan baju-baju itu—"   Dave membawa Rachel kembali berbaring ke tempat tidur.   "Sudah kamu istirahat dulu. Tidur-tiduran saja."   Rachel menurut. Ia hanya diam mengamati Dave yang kini menggantikan tugasnya berkemas. Sesekali ia berkomentar dan memberikan arahan agar tidak ada satupun barang yang tertinggal.   "Kemarin sebelum pulang, mamah minta kita buat tinggal bareng mereka. Kamu nggak keberatan 'kan kalau bes
Read more
78. Pegal – Pegal
Rachel memandangi wajah tampan yang nyaris sempurna di depan matanya. Lelaki itu terlihat beribu kali lebih tampan dan mempesona dalam keadaan tertidur pulas seperti saat ini.   Melihat dari jarak sedekat ini, Ia tidak dapat menahan hasratnya untuk menyentuh wajah suaminya. Ujung telunjuknya perlahan mendekat ke dahi lelaki itu kemudian perlahan turun ke sela di antara kedua matanya, terus turun ke ujung hidung, lalu ke bibir dan berakhir di dagu lancipnya.   Menyadari ada pergerakan di kelopak mata lelaki itu, Rachel segera menjauhkan telunjuknya dari wajah Dave dan menutup kembali kedua matanya seperti sebelumnya.   Tidak berselang lama Dave menguap pelan sembari membuka perlahan kedua matanya. Ia memandangi wajah Rachel cukup lama. Entah apa yang sedang di pikirkan lelaki itu sebelum akhirnya mencondongkan kepalanya mendekat.   Rachel menahan diri untuk tidak membuka kedua matanya ketika merasakan
Read more
79. Menagih Janji
Dave terkejut mendengar perkataan Rachel. Saking terkejutnya ia sampai berbicara dengan suara yang agak keras.   "Jangan keras-keras, Dave. Kecilkan sedikit suaramu. Tidak enak kalau sampai terdengar dan menganggu yang lain. Di kiranya kita lagi bertengkar," tegur Rachel sambil mendekatkan telunjuk ke mulutnya sendiri.   Dave menghela napas pelan.   "Kamu serius ambil cutinya hanya seminggu?" tanya Dave setengah berbisik.   Rachel mengangguk. "Aku cuma di kasih cutinya segitu, Dave."   "Bisa di perpanjang bukan cutinya? Jadi kamu nggak usah ke kantor dulu besok."   "Mana bisa begitu. Tetap harus ke kantor dulu kalau mau minta tambahan cuti. Itu juga kalau di izinkan. Lagi pula kalau aku ambil cuti banyak di awal, pas mau lahiran nanti aku hanya hanya bisa ambil cuti beberapa hari saja dong."   Dave mengusap ujung dagu sesaat setelah mende
Read more
80. Tengah Malam
Rachel mendadak terbangun di tengah tidur nyenyaknya. Begitu terbangun, matanya langsung tertuju pada sebuah jam besar yang tergantung di dinding kamar Dave. Waktu di jam itu masih menunjukkan pukul satu dini hari. Masih lama waktunya untuk sarapan tapi entah mengapa perutnya terasa lapar.   Rachel melirik ke arah Dave yang masih tertidur pulas di sampingnya. Ia sejenak ragu.    "Dave..." panggil Rachel sambil menepuk-nepuk lengan Dave.   Tidak ada sahutan atau gerakan yang menunjukkan respon dari lelaki itu.   Rachel kembali memanggil nama Dave dengan tepukan yang lebih keras dari sebelumnya. Dave mengeliat pelan, tapi kembali tertidur saat Rachel berhenti.   Rachel tak gentar. Kali ini ia menepuk-nepuk pipi Dave sembari menyerukan nama suaminya berulang-ulang. Terdengar suara mengumam dari mulut Dave, namun matanya belum mau terbuka.    "Bangun, D
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status