Semua Bab Brother Luck(not): Bab 121 - Bab 130
139 Bab
Love Not For Sale
I’m so really sorry, Axe.Kuberi ciuman di keningnya cukup lama. Harus kudefinisikan Axe dengan apa lagi? Selama ini dia sudah cukup sabar menghadapi Paman Danial. Meski aku tahu Axe lebih memilih menyerang musuhnya secara halus dan dari dalam. Masih ingat saham milik Paman Danial yang diambil alih oleh Axe? Itu salah satu bukti yang menegaskan bahwa Axe tidak hanya diam membiarkan musuhnya bergerak selangkah.“Apa yang kau lakukan, Bridgette. Kenapa tidak tidur?”Aku rasa tindakanku membuat Axe terbangun hingga kepalanya sedikit bergeser menghindari kecupanku yang masih bertahan di dahinya. Dia sedikit kaget melihat posisi kami begitu dekat atau mungkin dia merasakan keanehanku saat ini? Ntahlah, aku tidak tahu.“Are you cry?” tanya Axe spontan. Kenapa dia bisa cepat menyadari kodisiku?Tentu saja aku masih sesenggukan dan itu mungkin memancing Axe untuk bertanya langsung.“Bridgette,” panggil Axe menungguku yang tak kunjung menjawabnya. Aku tidak tahu harus menga
Baca selengkapnya
Opportunity
Tiga hari setelah kejadian basah itu. Pagi – pagi sekali aku dikagetkan kedatangan Mr. O’Connor di depan pintu kamar. Katanya psikolog terbaik di London bersama perawatnya sudah menunggu Axe untuk melakukan trauma terapi. Axe akan diberi terapi somatik jenis pengikatan atau restrain untuk menghindari risiko dia menciderai dirinya lagi atau bahkan membahayakan orang lain.Namun, aku menolak karena merasa kondisi Axe saat ini stabil, pria itu tidak sedang mengamuk. Bukankah kemarin kami sudah bisa bicara dari mata ke mata dan itu cukup membuatnya merasa baik—sangat baik malah.Mengenai Axe yang mungkin masih takut dengan orang – orang di luar sana, itu hanya masalah waktu. Lambat laun, Axe akan pulih jika dia sudah terbiasa dan melupakan kejadian yang dialami.Memang benar terapi pengikatan ini tidak akan melukai Axe. Tapi, siapa yang tega melihat orang terkasih harus dipakaikan alat berupa komisol, jaket dan pengikat kaki dan tangan. Aku tidak akan sanggup melihat Axe berjua
Baca selengkapnya
Stimulant
Tatapanku tak pernah lepas dari Axe sejak 15 menit berlalu usai dia mengomsumsi susu buatan ibunya. Tingkahnya mendadak aneh dengan sorot tak terbaca yang kadang – kadang dilontarkan padaku.Aku berusaha tidak terpengaruh apa pun. Tapi gerakan tiba – tiba Axe melangkah memasuki kamar mandi membuatku berakhir menyusulnya. Dia membingungkan dan itu cukup membuatku khawatir.Sedikit tak percaya aku mendapati Axe membiarkan dirinya kembali diguyur air shower. Kali ini posisinya berdiri dengan tangan berkali – kali menyugar rambutnya ke belakang.Astaga, Axe. Dia benar – benar lupa, ya, kalau tubuhnya masih terasa hangat. Meski demamnya sudah berlalu tiga hari.“Apa yang kau lakukan, Axe?” tanyaku tak tahan melihatnya begitu menikmati guyuran air di tubuhnya.“Pergilah, Bridgette. Kau akan menyiksaku dengan berada di sini,” jawab Axe kali ini dengan kepala menunduk.Apa maksud Axe mengenai keberadaanku di sini? Aku hanya berdiri, tidak melakukan apa pun yang bisa merugi
Baca selengkapnya
Preditacable
Napasku terembus berkali – kali dengan posisi sedang mematut diri di depan cermin. Semua sudah disiapkan, hanya tinggal berangkat. Setelahnya aku bisa bertanya langsung pada dokter apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa aku bisa berdarah usai berhubungan bersama Axe.“Kau yakin mau ke rumah sakit?”Suara serak dan dalam berserta sepasang tangan yang melingkar di pinggangku, membuatku menatap dalam posisi kami yang melekat seperti ini.Pertanyaan Axe aneh. Tadi dia sendiri yang menawarkanku untuk pergi ke rumah sakit, tapi sekarang malah dia merasa ragu. Dengan cepat aku memberi Axe jawaban berupa anggukan. Selain penasaran, aku ingin memastikan keadaan anakku sekalian. Berapa usianya di dalam rahimku? Dari awal mengandung, aku belum memeriksakan diri.“Tentu saja yakin,” jawabku pelan.Terdengar helaan napas Axe sebelum dia menjawabku dengan tenang. “Batalkan. Aku rasa, aku terlalu kasar hingga seperti ini.”“Tidak. Aku tetap mau memerksakan diri.” Aku tidak
Baca selengkapnya
The Plan
“Kita mau ke mana, Axe?” tanyaku heran melihatnya mendandaniku seperti wonder woman dengan pakaian ketat serba hitam, untuk bagian dalam. Bagian luar tubuhku dilapisi dress merah menyala, di mana kaki kainnya menjuntai ke bawah.“Pesta. Menyaksikan kehancuran pamanmu.”Kehancuran pamanku ...Dia tidak menyandang nama Xandersis, ‘kan?Haruskah aku melakukannya? Tentu saja. Untuk saat ini aku berada di pihak Axe. Bukan hal mudah bagiku menyaksikan suamiku melewati masa sulit, dia disakiti secara fisik dan mental oleh pria bejat itu. Syukur – syukur Axe tidak tertular penyakit k*lamin, yang mungkin—amit – amit saja, salah satu dari mereka mengindapnya.Ya. Tadi, sebelum malam menjelang. Mr. O’Connor mendatangkan dokter untuk memeriksa tubuh Axe secara rinci. Meski sempat melakukan penolakan, akhirnya mau tak mau Axe bersedia untuk ditinjau. Berdasarkan hasil visum pada tubuh Axe—bagian dia dis*domi, terdapat luka lecet hampir mengering. Axe sampai mengadu padaku
Baca selengkapnya
Necklace
“Berbalik, Bridgette.”Ah, Aku?Berbalik untuk apa?Aku yakin Axe mengetahui kebingunganku hingga berdecak tak sabar dan langsung menarikku memutari tubuhnya. Posisi kami berubah dengan aku membelakangi Axe.Sesaat kurasakan kecupan seringan bulu di pundakku, sebelum akhirnya sebuah kalung emas putih dengan permata safir dikaitan begitu sempurna di leher. Ada apa, kenapa Axe tiba – tiba memberiku kalung penuh kilau dalam situasi seperti ini.“It will safe you. Aku tidak tahu ke mana gelang yang kuberikan beberapa minggu lalu. Kau membuangnya atau memakannya?” tanya Axe kembali membawaku hingga tubuh kami berhadapan.God! Aku baru sadar gelang yang dia berikan tidak lagi berada di tanganku. Padahal tak pernah sekalipun aku melepasnya selama kami berpisah. Ke mana benda itu? “Sudahlah. Lupakan. Kau tidak perlu memikirkan gelangmu lagi. Tapi berjanjilah padaku untuk menjaga yang satu ini,” tutur Axe semb
Baca selengkapnya
A Dark to Remember
Namun, belum lama pertanyaanku berakhir. Lampu di dalam gedung tiba – tiba mati, hanya tersisa monitor yang masih menyala. Suasana yang tadinya cukup damai pun, mendadak riuh oleh protes para tamu.Lebih mengejutkannya lagi. Suara dari sound terpasang menggelegar mengagetkan hampir semua orang. Berselang waktu, video dokumentasi kebaikan Paman Danial seketika berubah menampilkan kelakuan bejatnya.Ada banyak rentetan peristiwa menyedihkan yang pria kejam itu berikan pada orang lain. Jangan tanya bagaimana wajah para korban. Dalam video tersebut sebagian besar dari tubuh mereka disensor, mungkin demi keamanan privasi.“Ini—ini tidak benar. Kalian jangan percaya begitu saja. Aku tidak mungkin sejahat itu.”Di atas panggung Paman Danial mulai melakukan pembelaan. Nada ketakutan di balik suaranya terdengar begitu jelas. Aku pikir manusia seperti dirinya tidak akan pernah merasa terancam, malah sekarang sikapnya bak anak ayam kehilangan indukny
Baca selengkapnya
Freedom
“Tunggu aku di sini. Ale akan menjagamu,” ucap Axe dengan gerakan mengisi amunisi pada pistol di tangannya.Melihatnya memegang senjata api saja otakku sudah ngilu membayangkan apa yang akan Axe lakukan. Tadi dia memakirkan mobilnya di pinggiran hutan. Lalu buru – buru membawaku melewati setapak jalan, cukup jauh—sekitar 100 meter dari langkah awal kami.Aku sempat heran ke mana Axe akan membawaku, yang ternyata kami menemui Alessandro, di mana dia berada di dalam kotak kaca cukup luas dengan banyak peralatan perang di sekitar pria itu dan lampu terang menjadi percahayaan.“Kau menyuruhku di sini, lalu kau akan ke mana?”“Ke dalam sana,” jawabnya masih sibuk mempersiapkan diri, seakan dia adalah tentara perang yang akan pergi bertugas.“Aku mau ikut denganmu!”Mataku menatap secara bergantian tubuh Axe yang kini lengkap dengan beberapa senjata di balik kaos putihnya dan gedung besar yang berada sendiri di hutan—sepanjang jaraknya juga dipasang lampu. Apa yang akan
Baca selengkapnya
Bad Romance
“Di mana tuan muda, Ale?” Samar – samar terdengar suara Hema dari luar. Memang kotak kaca persegi ini nyaris kedap suara. Bahkan jika aku tidak mengangkat kepala usai melihat bayangan jejak kaki seseorang, mungkin aku tidak akan menyadari kehadiran Hema setelah beberapa menit kepergian Axe.Hema tampak bersiap dengan mengecek kembali beberapa senjata di tubuhnya.Itu dia!Sebuah kunci sama persis seperti yang Axe minta dari Alessandro tadi, ada di kepala celana Hema, bergantung di sisi kanan.Ini peluang besar bagiku untuk keluar dan pergi menyusul Axe. Percuma dia mendadaniku seperti wanita tangguh kalau akhirnya tetap diperlakukan sebagai anak bawang. Aku ingin tahu bagaimana keadaannya sekarang. Sudah sejauh mana langkahnya berlabuh. Apa dia masih aman? Semoga saja begitu.“Open the door!” seruku sembari mengetuk dinding kaca berkali – kali.Alessandro tidak bisa diharapkan, mungkin Hema mau membantuku.
Baca selengkapnya
All Null
“Bagaimana keadaan nona?”Sayup – sayup terdengar percakapan dua orang yang memaksa mataku terbuka. Aku mengerjap untuk menetralisir masuknya cahaya yang perlahan menyilaukan pandangan. Kepalaku terasa berat mengingat sisa – sisa kejadian yang merenggut kesadaran. Di mana aku sekarang? Oh, masih di tempat yang sama.Axe ... Bagaimana dengan kabarnya, apa dia selamat?Pertanyaan di kepala mengaktifkan sistem motorik di tubuh. Aku spontan bergerak mengubah posisi menjadi duduk.Hal pertama yang kudapat adalah Hema berada di dekatku, sementara Alessandro sepertinya baru kembali—ntah dari mana, penampilannya terlihat berbeda dari terakhir kali bersamaku. Tunggu, ke mana para tawanan yang sudah dibebaskan? Mereka tidak terlihat ada di setiap sudut ruang kaca ini. Apa Alessandro baru saja membawa mereka pergi?“Anda sudah siuman, Nona. How you feel?”Itu pertanyaan Hema yang menarikku untuk menatap pria itu heran. Terlihat kelegaan di mata hijau miliknya. Aku ti
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status