All Chapters of Brother Luck(not): Chapter 111 - Chapter 120
139 Chapters
New Life
“Terima kasih, Hem,” ucapku sembari tersenyum hangat pada bawahan Mr. O’Connor, Hema, yang bertugas mengantarku sampai kemari. Tadi, sebelum kami sampai di sini, aku sempat memintanya menemaniku berbelanja beberapa hal penting. Jelas aku butuh pakaian ganti dan cemilan malam, perutku sudah sangat lapar sejak dua atau tiga jam perjalanan. Tak lupa, aku membeli ponsel baru untuk kebutuhan lain. Sungguh, sebenarnya tidak enak menggunakan kartu platinum yang diberikan Mr. O’Connor padaku, tapi aku tak punya pilihan lain. Nanti, setelah mendapatkan pekerjaan di sini, akan kuganti seluruh uang yang sudah kugunakan kepadanya.“With my pleasure, Nona. Semua sudah disiapkan, Anda hanya perlu istirahat, semoga betah di rumah ini,” jawab Hema begitu ramah sembari melepas sabuk pengaman di tubuhnya. Aku tahu apa yang akan dia lakukan.“Tidak perlu, Hem. Aku bisa sendiri,” lanjutku cepat sebelum Hema berhasil melakukannya.Dengan santai kubuka pintu mobil dan membawa t
Read more
First Day
‘Sekarang tuan muda dalam keadaan baik – baik saja, Nona’Aku menghela napas menerima pesan balasan dari Hema yang terkesan ambigu. Sekarang? Maksudnya kemarin Axe dalam keadaan buruk, begitu?‘Ada apa dengan Axe sebelumnya, Hem?’Dengan cepat aku mengetik pertanyaanku, kemudian menekan tombol send. Jariku mengetuk dagu sendiri merasa lama menunggu balasan dari Hema, padahal belum sampai semenit aku mengirimi pria itu pesan.‘Apa Axe menyakiti dirinya sendiri?”Kembali kukirim pesan berupa rasa curigaku pada Hema dan ternyata apa yang selama ini kutakutkan terjadi. Balasan dari Hema memantik cemas yang membuat rasa bersalah menggerogoti dada.Axe melukai dirinya pada level terparah hingga membutuhkan donor darah. Sebelumnya, pesan dari Hema mengatakan Axe sempat mengalami cekcok bersama ayahnya. Axe tidak bodoh dan sudah pasti bisa menebak siapa orang yang membawaku pergi, dia mencurigai orang yang tepat.Sayangnya di tengah percekcokan mereka, Axe tiba – tiba m
Read more
Another Unexpected Fact
Sudah seminggu keberadaanku di sini tak juga membuatku merasa tenang setiap kali memikirkan bagaimana keadaan Axe hari ini. Memang kadang – kadang Hema masih mengirimkan kabar tentangnya, tapi ntah kenapa perasaanku menolak yakin bahwa tidak terjadi sesuatu pada Axe. Aku rasa Hema ditekan oleh Mr. O’Connor untuk tidak memberitahuku secara rinci kondisi Axe, hingga aku harus menebak dan berakhir pusing sendiri.Sebenarnya beberapa hari terakhir aku selalu merasa sakit kepala, mungkin terlalu banyak mencemaskan Axe serta melewatkan tidur nyenyak saat sedang merindukan pria itu. Aku sudah tidak tahan selama ini berpisah dengannya, rasa inign bertemu seakan tak bisa dibendung. Oh, nanti akan kubicarakan dengan Mr. O’Connor agar dia mengizinkanku bertemu Axe kembali.Sekarang sebaiknya aku mengisi perut kosongku yang sedang meronta – ronta. Alicia pasti sedang berada di dapur menyiapkan sarapan untukku, aku harus menyusulnya. Namun, baru menginjakkan kaki di dapur. Aku har
Read more
Complicated
Kalimatku terpotong oleh ketukan keras dari luar. Segera kepalaku menoleh ke sumber suara dengan tatapan horror tersorot ke sana.Jantungku berdebar membayangkan saat ini aku sedang sendiri di rumah. Sementara Alicia baru pergi beberapa jam lalu untuk berbelanja keperluan dapur. Dia sempat mengajakku, tapi aku memilih tinggal karena merasa malas. Mataku menatap semakin nyalang saat menyadari sesuatu.Siapa orang yang berada di luar?Apa Axe? Tadi aku dan Hema baru saja membahasnya, dengan kata lain kemungkinan terbesar dia-lah orang yang sedang mengetuk pintu secara kasar—terkesan tidak sabar.Apa aku harus harus membukakan pintu sekarang? Bagaimana jika Axe langsung meledak padaku atau lebih parahnya menghukumku karena sudah meninggalkan pria itu. Oh, aku tidak mau mengambil risiko membuatnya semakin marah. Lebih baik kubukakan pintu untuknya.Tanganku bergerak cepat memutar kunci, lalu menekan knop itu ke bawah dan daun pintu yang menjadi pembatas antara ak
Read more
His Scar
“Kenapa kau ada di sini?” tanyanya masih beringsut menghindariku, seakan – akan aku adalah wanita jahat yang baru saja melukainya.“Pergi kau, Bridgette!” lanjutnya nyaris berupa bisikan.Oh, apa yang sudah kulakukan ... dia menghindariku sama seperti menghindari semua orang.“Jangan mendekat. Untuk apa kau kemari jika kemarin kau pergi meninggalkanku?”Tatapan terluka dari Axe sungguh menyakiti perasaanku. Semenyedihkan itukah Axe selama aku tidak berada di sampingnya? Aku benar – benar merasa seperti wanita kejam yang telah melukai perasaannya.“Aku bilang jangan mendekat,” serunya masih berusaha menjauhiku.God! Apa yang terjadi pada Axe sebenarnya? Kenapa dia terlihat ketakutan setiap kali aku berusaha meraih tangannya.“Axe...”“Pergi, Bridgette,” lirih Axe terdengar begitu menyakitkan, sampai rasanya aku ingin menulikan telinga tak kuasa mendengarnya. Tidak tinggal diam, tangannya mendorongku kasar hingga aku sedikit mundur ke belakang dengan kedua tang
Read more
Disapointed
Apa maksudnya? Terakhir kali Axe menyentuhku. Aku sama sekali tidak melakukan ini.Mungkinkah saat kami berpisah, Axe membiarkan wanita lain menyentuhnya? Ingat apa yang Axe katakan padaku sewaktu di pemakaman tadi? Dia pergi ke bar dan kemudian tidak dilanjutkan lagi kalimatnya.Oh, apakah dia tergoda oleh salah satu wanita di sana atau dia sengaja melampiaskan kekesalannya padaku karena sudah meninggalkannya diam – diam? Aku harap opsi pertama tidak pernah menjadi pilihan.Tunggu dulu, sepertinya yang tidak aku inginkan itulah yang terjadi. Maksudku, tidak hanya ada hickey tunggal di leher Axe. Satu di antara hickey pertama, hickey kedua, setengah menyembul keluar dari balik kerah kaos biasa yang Axe pakai.Aku berusaha keras tidak tertarik untuk melihat, tapi rasa penasaranku jauh lebih dominan. Hingga tanpa sadar tanganku begerak menarik kerah kaos Axe sampai nyaris menyentuh pundaknya.Mataku terbelalak penuh mendapati sepanjang bahu Axe terdapat bekas hickey nya
Read more
Fall Away
“Dorong dia ke bawa!” seru Berverli dingin. Dia bersama dua bawahannya membawaku ke rooftop restoran dengan tujuan buruk. Setergila apa wanita ini pada Axe hingga nekat melakukan perbuatan cela demi mendapatkan pria itu untuknya.“Jangan gila kalian!”Meski tenagaku tidak seberapa, tapi aku berusaha sebisa mungkin melawan. Berverli tidak boleh membunuhku, ada nyawa lain yang harus tetap hidup. Hanya karena wanita penuh obsesi ini mencintai ayahnya, bukan berarti dia bisa melenyapkan bagian dari pria itu.“Bebaskan aku, Berverli!”Aku terus berontak menatap nyalang pada wanita angkuh, yang semakin senang mendengar permohonan dariku. Dia tidak kenal ampun dan sepertinya serius dengan perintahnya.“Push her down!”Itu kata terakhir yang kudengar, sebelum tubuhku dilempar secara paksa. Jantungku seakan ikut jatuh ke bawah. Inikah takdirku ... mati dalam keadaan irasional.Seharusnya aku sudah merasakan sakit saat tubuhku terempas membentur jalan beraspal. Namun, beg
Read more
Undisputed
Kami saling menarik tak ada yang mau mengalah. Untuk saat ini sungguh, aku tidak bisa membiarkan Axe menang, tapi aku juga takut melihatnya menggenggam ujung bagian tajam gunting. Bagaimana jika tangannya terluka dan berdarah. Jangan sampai!Satu – satunya cara menghentikan Axe, aku harus ...Plak!Menamparnya, dan itu sudah kulakukan. Keterkejutan yang Axe dapatkan membuatku menang hingga gunting itu sepenuhnya berada di tanganku. Tidak mau menambah masalah, dengan cepat kulempar asal benda tersebut ke sembarang tempat.“I’m so sorry, Axe.”Segera kutangkup wajah yang baru saja menerima tamparan dariku. Perasaanku semakin hancur saat Axe tak mau menatapku—dia memilih memejamkan mata.“Jangan sentuh aku. Aku kotor.” Lagi. Dia mengucapkan kalimat yang sama, kali ini dalam kedaaan sadar. Bahkan Axe sama sekali tidak berani menyentuhku, dia hanya menggeleng berusaha terbebas dari dua tanganku yang mengurung wajahnya.Ada apa dengan suamiku sebenarnya, kena
Read more
Disputed
Pandanganku menerawang jauh pada wajah yang tampak polos saat sedang tertidur. Setelah keluar dari ruang kerja Mr. O’Connor, aku tidak pergi ke mana selain kembali ke kamarku. Kamar kami, kamar aku dan Axe.Napasku terembus kasar membayangkan video yang menari – nari dengan jelas di dalam kepala. Mungkin aku merasa kecewa pada suamiku, tapi datang kepadanya untuk meledak – ledak, melampiaskan kekesalanku untuknya bukan sesuatu yang etis saat kondisinya sedang seperti ini.Lagipula kenapa harus meletus, jika aku bisa membicarakannya dengan kepala dingin? Kami bukan anak kecil lagi, atau seharusnya aku juga berpikir ... bisa saja saat itu Axe sedang khilaf karena tekanan sekitar—aku tidak di sampingnya dan dia mengalami cekcok bersama ayahnya.Semua sudah jelas, aku juga bersalah di sini. Axe benar, kalau saja aku tidak meninggalkannya. Dia tidak akan pergi ke bar dan berakhir melakukan kesalahan satu malam. Hingga sekarang harus mengalami demam, yang disebabkan oleh kemaraha
Read more
Slider
Meski suara ingar bingar di bar jauh lebih dominan, aku bisa merasakan atmosfer kemarahan Axe yang terpancing hingga wanita itu akhirnya memilih pergi.Tapi...Ada sesuatu yang membuatku harus menahan napas menyaksikan kejadian selanjutnya. Setelah Axe kembali duduk di meja bar dan menegak vodka di tangannya. Beberapa pria berpakaian ‘suit and tie’ datang menghampiri Axe saat pria itu berada dalam kondisi setengah sadar. Bukan perkara berapa. Namun, tentang siapa yang ada di balik kerumunan para pria tua yang mendekati Axe.Dia ...Paman Danial.Pria paruh baya yang paling tidak ingin kulihat wajahnya. Datang membawa pasukan berjas, menghampiri Axe yang sedang tidak fokus. Bahkan tidak sadar bahaya sedang mengancam dirinya.Di sana terlihat Paman Danial perlahan bergeser meraih pundak Axe dan menyodorkan segelas wine padanya. Aku tidak tahu Axe bodoh atau memang dia sepenuhnya dikuasai minuman berakohol, sampai – sampai menoleh sebentar untuk mengetahui si
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status