Lahat ng Kabanata ng Tuan Arogan itu Mencintaiku: Kabanata 51 - Kabanata 60
93 Kabanata
Untuk pertama kalinya
"Kau lambat sekali Zoya! Ayo cepat, ikuti aku!" ujar El dengan terus menarik tangan Zoya untuk mengikutinya. "Aku memakai hills El!" keluh Zoya karena ia kesulitan untuk mengikuti dan menyamai langkahnya dengan langkah El.   "Hills!" kaget El yang tak memperhatikan kaki Zoya yang sedang mengenakan apa. Dan saat Zoya mengatakannya, El langsung menundukkan pandangannya ke bawah, menatap kaki Zoya yang memang sedang mengenakan hills yang tidak terlalu tinggi. Namun tetap saja, itu membuat langkah Zoya terganggu, karena Zoya tidak biasa mengenakannya. "Kau tahu!- - Zoya berkata dengan merendahkan suaranya - -kau meninggalkan Tuan di dalam! Dan kau tahu apa lagi yang akan terjadi setelah ini?" kata Zoya lagi sambil mendelik kan matanya saat berbicara. Ada nada menakuti dalam ucapannya pada El barusan.  "Aku lupa!" kata El dengan tangan yang menepuk keningnya pelan. Zoya
Magbasa pa
Dalam mimpimu
"An- an- anda menyebutkan nama saya Tuan?" tanya Zoya dengan nada bicara yang tidak percaya. Seolah yang baru saja terucap dari mulut Dareen adalah sebuah khayalan belaka. Yang mampu membuat Zoya terpana, dengan hati yang bisa di bilang, berbunga-bunga, hanya karena sebuah nama yang terucap dari mulut seorang Dareen Danendra. "Dalam mimpimu bocah! Kau jangan pernah berharap apapun kepadaku. Karena kau sama sekali tidak penting bagiku!" Deg! Apakah benar apa yang baru saja Tuan katakan? Mengapa rasanya sangat menyakitkan. Lebih sakit dari pada tamparan yang ibu lakukan kepadaku! Juga lebih sakit dari setiap perkataan menyakitkan yang selalu Tuan katakan padaku selama ini. Apakah aku kecewa? "Kenapa kau diam? Kau jangan pernah bermimpi aku akan memanggilmu dengan sebutan yang layak. Karena kau bukan siapa-siapa bagiku. Kau hanyalah pembantuku! Pembantu!" ujar Dareen dengan menekankan kata terakhirnya, "camkan
Magbasa pa
Sedalam Segitiga Bermuda
Tepat pukul delapan malam. Mobil yang El, Zoya dan Dareen kendarai, sudah berada tepat di halaman parkir sebuah gedung mewah yang menjulang tinggi. El turun duluan dari dalam mobil, menghampiri pintu belakang mobil, dimana ada Dareen di dalamnya. El membuka pintu itu, mempersilahkan Dareen untuk keluar, dan dalam sekejap mata, Dareen keluar dari dalam mobil, dengan penampilannya yang memukau, setiap pasang mata yang memandangnya.  Wajah datar nan dingin milik Dareen yang Dareen tunjukkan saat keluar dari dalam mobil, tak lantas membuatnya terlihat buruk dan mengurangi ketampanannya. Justru karena sikap itulah, membuat Dareen semakin terlihat tampan dan terkesan lebih terlihat misterius di pandangan setiap orang. Terutama para wanita. 'Hmm..., Tampan sekali!' seperti itu kira-kira, para tamu wanita yang melihat Dareen yang baru saja keluar dari dalam mobil. "Anda sangat tampan Tuan!" kata El dengan pujian yang tentu
Magbasa pa
Tuduhan dan tuduhan
Setelah kejadian beberapa menit yang lalu. Baik Zoya maupun Dareen, keduanya tidak ada yang berani mengungkit masalah yang sudah terjadi. Zoya terlalu malu dan takut yang mendominasi. Sedangkan Dareen, pria itu selalu saja menggunakan ego nya dalam setiap hal, apalagi hal yang menyangkut soal Zoya dan wanita. Karena Zoya adalah seorang wanita. Bruk!Dareen melepaskan tubuh Zoya dengan sengaja. Saat kesadarannya sudah kembali pada dirinya sendiri. "Aw!" pekik Zoya yang merasakan bagian belakang tubuhnya sakit. Karena terjatuh dengan posisi terduduk, dengan tangan yang hanya bisa menahan seadanya, berat badan Zoya. "Kau sengaja menabrak ku kan?" ujar Dareen dengan tuduhan yang ia layangkan, tanpa adanya bukti yang pasti. Di sela-sela rasa sakitnya, Zoya menggelengkan kepalanya cepat. Mencoba membela diri, bahwa apa yang di tuduhkan Dareen, sama sekali tidak benar adanya. "Bi
Magbasa pa
Ini bukan akhir dari segalanya kan?
Zoya mengikuti langkah Dareen, setelah Dareen berbincang sebentar dengan pria bernama Andreas. Lalu berlalu pergi meninggalkannya yang terus saja berbicara dengan penuh kepalsuan. Dareen muak, benar-benar muak. Mendengarkan semua celotehan Andreas yang terus menerus memuji dan menyanjung dirinya bagaikan raja. Zoya berjalan, terus berjalan mengikuti Dareen, kemana pun Dareen pergi, melangkahkan kaki tiada henti, sampai Zoya pusing sendiri. Karena Dareen, terus menerus melangkah ke sana ke mari. "Kau sedang mengerjaiku ya pria aneh!" tanya Zoya dalam hati. "Kau tahu! Haha, harusnya kau mengatakannya langsung padaku! Jangan beraninya mengataiku dalam hatimu!"  Deg! Dia tertawa? Dia tahu apa yang aku ucapkan dalam hati. Bagaimana bisa? Pikir Zoya yang kini terdiam membisu di tempatnya berada, yaitu di samping Dareen.  Dareen melirik wajah Zoya sekilas, "
Magbasa pa
Dia kekasihku
"El..., Kemana kau? Kenapa disaat seperti ini. Kau tidak ada di sini untuk menenangkan Tuanmu ini. Aku sangat takut. Takut sekali bahkan!" gumam Zoya dalam hati. Dan rasa takutnya semakin menjadi, kala Dareen menyuruhnya untuk mendekat ke sisinya, lewat kode gerakan mata. Zoya yang tidak bisa berbuat apa pun, langsung menuruti saja, apa yang Dareen perintahkan, walau tanpa suara.   Tubuh Zoya bergetar, keringat dingin sudah membasahi tangannya. Kala tangan Dareen merangkul pinggangnya dengan gerakan posesif. Seperti seorang kekasih pada pasangannya.    "Diam! Dan ikuti aktingku!" bisik Dareen di telinga Zoya. Hingga Zoya diam terpaku bahkan membisu, "kalau kau sampai mengacaukan aktingku saat ini. Maka tamatlah tiwayatmu!"   Deg! Apalagi ini? Zoya semakin tidak bisa berkata. Apa yang sebenarnya Dareen lakukan? Dan apa yang ia inginkan. Zoya bertanya-tanya dalam hati. Hingga pandangannya tertuju kembali pada
Magbasa pa
Kecupan tiba-tiba
 ''Apa? Kau gila ya? Kekasih apanya! Aku tidak sudi menjadi kekasih dari pria aneh seperti dirimu, yang suka seenaknya sendiri. Pria aneh yang suka sekali menindasku dengan sangat kejam." Zoya membentak Dareen dalam hati, menolak mentah-mentah segala ucapan yang Dareen katakan sebagai jawaban atas pertanyaan dari pria paruh baya dihadapannya. Dan Zoya hanya mampu mengatakannya dalam hati, sama sekali tidak mempunyai keberanian untuk mengatakan semua itu langsung kepada Dareen. Apalagi di depannya berdiri dua orang asing yang sama sekali tidak Zoya kenali. Apakah mereka teman, saingan atau musuh dari seorang Dareen. Mathew membelalakkan matanya, sedikit terkejut juga bahagia, karena akhirnya, Dareen mampu melupakan Laura, mantan kekasih Dareen yang kini sudah menjadi istri sah nya, selama beberapa tahun ini  "Kekasih! Waaw, seleramu sudah berubah ya?" kata Mathew dengan nada sedikit mengejek, saat Dareen mengatakan jika wanita di sebelahnya itu
Magbasa pa
Lagi-lagi
Zoya masih terdiam membisu, setelah Dareen mengecup pipinya secara tiba-tiba, tanpa bicara, atau pun meminta ijin terlebih dahulu. Gadis manis bernama lengkap Ananda Zoya itu, kini tengah berdiam diri di pojokan, dekat meja yang menyajikan berbagai macam makanan yang menggugah selera makan siapa saja yang memandangnya. Namun tidak bagi Ananda Zoya. Gadis itu masih terlalu shock, dengan apa yang baru saja terjadi pada pipinya beberapa waktu yang lalu. Ia juga masih tidak menyangka dengan apa yang baru saja ia ketahui, mengenai Dareen, Laura dan pria paruh baya bernama Mathew itu.   'Aaaaa..., Tidak! Ciuman pertamaku! Dasar pria aneh. Beraninya kau mengambil ciuman pertamaku. Walaupun bukan di bibir, tapi tetap saja, ini adalah ciuman pertama dari seorang pria untukku. Dan kau telah mengambilnya tanpa permisi. Kau jahat! Menyebalkan! Aku membencimu dengan seluruh napas ku Dareen Danendra Atmaja!' teriak Zoya dalam hati. Saat ia menemukan kembali kesadarannya, sete
Magbasa pa
Menjadi keluarga bahagia
"Maafkan aku pak tua, sepertinya istrimu itu lupa. Aku tidak pernah meminum minuman beralkohol. Aku sama sekali tidak menyukainya- - Minuman beralkohol, sangat tidak baik untuk kesehatan. Dapat menurunkan stamina seorang pria," kata Dareen dengan mengedipkan sebelah matanya, menatap Mathew, juga Laura. 'Apalagi kau sudah tua!' lanjut Dareen dalam hati. 'Stamina? Apa maksudmu pria aneh?' tanya Zoya, tanpa ada yang mengetahuinya. Wajah Laura memerah, dan Mathew juga terkejut, dengan wajah yang mulai memucat. Bagaimana ia bisa melupakan, jika dirinya adalah seorang pria yang usianya sudah tak muda lagi. Ucapan Dareen barusan, benar-benar menampar harga diri, kenyataan, juga gengsinya di hadapan para wanita. Laura, juga Zoya. 'Sial! Dia benar, usiaku sudah tak muda lagi. Dan stamina ku di ranjang, juga sudah melemah! Meminum minuman beralkohol, akan memperburuk keadaanku!' kepanikan Mathew akan kelanjutan hubungan rumah tang
Magbasa pa
Mengendap-endap
"Aaa..., Aku benci, akan ku singkirkan kau bocah!" Teriak seorang wanita cantik yang kini telah menghancurkan setiap barang yang ia temui di depan matanya.   Wanita itu terlihat sangat marah, dengan derai air mata yang terus menerus mengalir di pipi mulusnya. Wajah memerah, dan deru napas yang tidak teratur, membuatnya terlihat tidak baik-baik saja. Wanita itu lalu mengambil sebuah handphone yang berada dalam tas kecil nan mewah, mengambilnya dengan tidak sabaran. "Ah, menyusahkan!" ucapnya, hingga tak lama kemudian, wanita itu berhasil mengambil handphone yang sedari tadi ia cari. 'Ibu!' wanita itu mendial nama ibu untuk menghubunginya. 'Hallo Laura sayang!' sapa seorang wanita paruh baya dari balik panggilan telepon. Wanita paruh baya yang nama dalam panggilan telepon Laura disimpan dengan nama 'ibu' itu, begitu terdengar bersemangat, saat menjawab panggilan telepon dari Laura.
Magbasa pa
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status