Berawal dari sebuah pertemuan yang tidak di sengaja. Hingga berujung dengan sebuah perjanjian di atas kertas. "Kau tahu? Bahkan harga sepatuku saja, jauh lebih mahal daripada harga dirimu!" ujar Dareen dengan merendahkan.
Lihat lebih banyak"Aaaa..." Teriak Daren begitu keras, seirama dengan para burung-burung yang beterbangan karena keterkejutan mereka terhadap suara yang terdengar sangat nyaring. Daren begitu geram, kesal dan marah. Semuanya bercampur menjadi satu. Wajahnya memerah, dengan sorot mata yang tajam, setajam mata elang yang siap menerkam mangsanya.
"AKU BENCI WANITAAA!!!" Teriak Daren sambil melempar sebuah batu yang digenggamnya ke danau.Seorang pria yang terlihat tampan dan berambut hitam pekat, datang dari arah belakang, menghampiri Daren lalu menepuk nepuk pundaknya "jangan salahkan semua wanita atas kesalahan seorang wanita lainnya Tuan!" ucap pria tampan berambut hitam pekat itu. Namun, tampaknya Daren tak menghiraukan sama sekali apa yang diucapkan oleh pria tampan berambut hitam pekat itu yang sekarang sudah berada disampingnya, memperhatikan Daren dengan lekat, dari jarak yang dekat pula."Huh!" Hanya hembusan napas kasar yang keluar dari mulut Daren."Berteriaklah Tuan! jika Tuan ingin berteriak, dan menangisalah, jika tuan memang ingin menangis. Jangan Tuan simpan sendiri kekesalan dan kegundahan hati Tuan, berbagilah dengan yang lain, saya siap mendengarkan semua keluh kesah tuan," pria tampan dan berambut hitam pekat itu sepertinya mengerti, apa yang sedang Daren alami saat ini, hingga ia kembali menepuk bahu Darren.Bugh!Hantaman keras mendarat dengan sempurna di dada pria itu. Bukannya melakukan apa yang pria itu katakan barusan. Daren malah memukulnya karena ia menyuruhnya untuk menangis, bukan tindakan seorang pria. Pikir Daren.
"Ssssssh...," pria itu tampak meringis sambil memegangi dadanya yang terasa sakit dan sedikit sesak."Kau pikir, aku ini pria macam apa El? Membuang air mataku untuk menangisi seorang wanita," ucap Daren pada pria bernama El, dengan mencengkeram erat kerah baju yang dikenakan oleh El, setelah baru saja Daren memukulnya.El, nama dengan dua huruf itu adalah orang yang paling dekat dengan Daren. Orang yang selalu ada untuk Daren, dalam suka maupun duka."Maafkan saya Tuan?" balas El sambil menundukkan kepalanya. Mendengar apa yang baru saja El ucapkan, Daren mulai melunak, ia melepaskan cengkeramannya dari kerah baju El dengan begitu kasar."Mau apa kau kemari?" pandangan mata Daren lurus ke depan, tanpa arah tujuan, kemana mata itu memandang."Saya hanya ingin menemani anda Tuan!" jawab El, ia merapikan posisi tangan dengan meletakkannya kebelakang. Daren nampak menyunggingkan sebelah bibirnya keatas, dengan pandangan yang terus mengarah ke depan. "Memang, apa yang akan aku lakukan sampai kau ingin sekali menemaniku?""Tidak ada Tuan, saya hanya menghawatirkan anda," balas El."Cih! Menghawatirkan!""Benar Tuan, saya juga ingin mengatakan sesuatu kepada anda." "Apa?" "Bukankah bagus, jika Tuan mengetahui kelakuan wanita itu yang sebenarnya?" ucap El dengan wajah datar dan tangan yang bersiaga di belakang. Waspada, jika tiba-tiba saja Daren tidak suka dengan ucapannya."Apa maksud ucapanmu El?"tanya Daren. Pria tampan dan arogan itu sudah berkacak pinggang dengan tatapan mata yang semakin menyala. Sungguh di luar dugaan. El pikir, Daren akan langsung mengerti akan ucapannya. Nyatanya tidak."Seperti apa yang sudah saya jelaskan barusan Tuan!" balas El dengan tenang dan santai."Mau ku hajar kau El? Memang kau menjelaskan apa padaku?" bentak Daren. ia sungguh sudah sangat kesal pada El."Tidak Tuan! Maafkan saya!" jawab El dengan menundukkan sedikit badannya."Jelaskan!" Daren menegaskan."Baik tuan!" jawab El. Dan El pun mulai menjelaskan apa maksud dari semua ucapannya pada Dareen. Hingga-"Tapi, aku sangat mencintainya El?" ucap Daren datar, dengan rahang mengeras.El tampak tersenyum kecil, senyum antara mengejek dan kasihan pada tuannya yang masih belum bisa melupakan cinta pertamanya, "apakah wanita seperti itu pantas untuk dicintai?"Daren terdiam seketika saat mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut El untuknya. Hingga kemudian, "tidak! Ini adalah kebodohan! Aku sudah bertindak bodoh dengan mencintai wanita pengkhianat itu!" tangan Daren mencengkram erat batu batu yang masih berada di tangannya, kala ia mengingat seorang wanita yang sudah mengacaukan hatinya."Aaaaaa..., Akan ku balas kau!!!" Teriak Dareen, seirama dengan gerakan tangannya yang melemparkan batu, "aku benci wanita! Aku membenci semua wanita yang ada dimuka bumi ini," ucap Daren kesal, dengan raut wajah yang tidak mengenakkan."Terserah anda Tuan!" El mengedarkan pandangannya, lalu menatap Daren dengan lekat, "tapi, saya sarankan agar Tuan jangan membenci semua wanita.""Kenapa?""Karena, Eyang anda seorang wanita, Tuan!" Duarrr!Bagai tersambar petir Daren mendengar jawaban El. Pria tampan yang penuh dengan emosional itu langsung menendang kaki El cukup keras hingga El terdengar meringis kesakitan.
"Ssssssh...""Kau pikir aku bodoh hah?" tanya Daren pada El. Bagaimana mungkin ia akan membenci Eyangnya sendiri! Eyang yang sudah merawatnya dari Daren remaja hingga kini ia dewasa."Tidak Tuan!" jawab El singkat."Kenapa aku harus membenci Eyangku sendiri hah?" tanya Daren dengan menajamkan matanya, mengarah pada wajah El."Karena Eyang anda seorang wanita Tuan," jawab El, ia berujar seolah tanpa salah dan dosa.Duarrr!Sepertinya, petir datang menyambar disekitar mereka berkali kali. Daren benar-benar sangat kesal dibuat El. Disaat hatinya yang penuh dengan amarah dan kekesalan mulai membaik dan sedikit terhibur karena kehadiran El, sekarang ia malah sangat kesal karena El pula.
Ingin rasanya Daren melempar El ke dasar danau terdalam yang berada dihadapannya. Namun, rasanya tidak mungkin! El adalah orang kedua yang mampu mengendalikan amarah dan kekesalan Daren setelah Eyang Putri. Eyangnya sendiri. Mereka berdua dibesarkan dalam lingkungan yang sama. Hanya saja berbeda nasib dan keberuntungan. Dimana Daren adalah seorang Tuan Muda, anak dari keluarga terpandang nan kaya raya. Sedangkan El, ia adalah anak dari orang kepercayaan Tuan Besar, yang tak lain adalah almarhum ayah dari Daren. Mereka berdua, tumbuh bersama sedari kecil, hingga keduanya begitu dekat dan saling memahami satu sama lain. Saking dekatnya, tidak jarang, El bisa tahu apa yang diinginkan oleh Daren, walaupun Daren tak mengatakannya sama sekali."Dan..., Satu lagi Tuan!" ternyata, ucapan El masih belum selesai. 'Mau mengatakan apa lagi dia?' pikir Daren bertanya-tanya."Apa?""Kedua adik anda juga seorang wanita Tuan!" Daren benar-benar dibuat kesal oleh El, dan tanpa basa basi ataupun ancang-ancang, Daren memukul dada, lengan, perut, juga menginjak kaki El. Hingga seketika itu juga, El jatuh dengan posisi berlutut di hadapan Daren."Kau mau mati El?" ucap Daren dengan nada bicara yang menjadi semakin dingin. Jangankan raut wajah bersahabat, raut wajah datar pun kini sudah tak terlihat lagi.Ucapan yang selalu terngiang-ngiang di benak semua orang yang berurusan tidak baik dengannya telah Dareen ucapkan.
"Kita pulang sekarang Tuan?" ajak El, mengalihkan pembicaraan, dan menghentikan kekesalan Daren yang pastinya akan terus berlanjut, jika El, tak segera mengajak Daren untuk pulang. Walaupun dengan kondisinya yang sudah babak belur karena hantaman dari Daren."Hmm...," jawab Daren. Ia tidak memperdulikan kondisi El yang meringis kesakitan dengan tangan memegang dadanya. Begitupun dengan El, yang sama sekali tidak memperdulikan rasa sakit yang ia rasakan. Bagi El, mendapat perlakuan seperti itu dari Daren, sudah menjadi hal biasa yang sering ia terima.Dengan kondisi sebelah tangan memegangi dada, El langsung mempersilahkan Daren untuk berjalan tepat didepannya. Daren pun berjalan sesuai dengan apa yang diintruksikan oleh El lewat gerakan tangannya yang sebelahnya lagi. Namun entah karena Dareen sedang melamun atau apa? Tiba tiba saja Daren menabrak seseorang dengan cukup keras, tepat dihadapannya. El nampak kaget, karena sepertinya, ia juga sedang tidak berkonsentrasi saat berjalan mengawal Daren."Aww..." pekik seseorang didepan Daren, yang dari suaranya saja, bisa Daren ketahui, jika suara itu, adalah suara dari seorang wanita."Aaaa!" Teriak seorang wanita. Ia berteriak karena barang barang yang ia bawa, jatuh berserakan ke tanah setelah Daren menabraknya.Geram dan kesal, itulah yang sedang Daren rasakan saat ini. Ia bahkan mengepalkan tangannya sambil menatap ke arah wanita itu, "kau mau mati ya!" raut wajah Daren datar dan sorot matanya tajam. Ia menatap wanita itu dengan tatapan penuh dengan ketidaksukaan.Bersambung...Harapan dan doa yang buruk dari orang yang buruk pula hatinya, tak mampu membuat doa yang ia panjatkan menjadi kenyataan. Setelah Daren berhasil menemukan sumber air yang membuat lelah dan dahaganya seketika hilang, Daren memberikan Zoya sebuah air yang ia bawa dengan tangannya sendiri.Sedikit demi sedikit. Walau berceceran dan selalu sedikit yang tersisa untuk di berikan kepada Zoya. Namun, Daren telah berhasil membuat Zoya sadar dari pingsannya yang cukup lama.'Uhuk! Uhuk!'Suara yang keluar dari tenggorokan Zoya, membuat Daren senang bukan main. "Kau sadar, Zoya?!" tanya Daren saat Zoya terbatuk. Matanya masih belum terbuka. Namun Daren sudah tak sabar untuk mengeluarkan suara dan bertanya bagaimana keadaannya.'Uhuk! Uhuk!'Zoya masih terbatuk.Daren menepuk-nepuk punggung Zoya sambil mengelusnya perlahan. "Kau tidak apa?" tanya Daren. "Ayolah, jawab aku. Aku begitu mengkhawatirkan dirimu!" lanjutnya berucap.Perlahan-lahan, kesadaran Zoya mulai kembali. Matanya pun mulai ter
Jatuh dan tergelincir, sudah tidak Daren rasakan lagi betapa kaget dan sakitnya seluruh badan. Demi bisa sampai ke tempat tujuan, Daren memaksakan diri menyusuri jalanan menurun yang akan membawanya ke tepian sungai."Jika bukan karena dahagaku, aku tidak akan mau berjalan sambil menggendong gadis ini. Walau dia tidak berat, tapi dia cukup menyusahkan langkahku," gerutunya setelah ia terjatuh dan bangkit lagi dengan tangannya sendiri.Daren mengeluh, ia menggerutu. Namun, hanya di mulut saja. Hatinya benar-benar ikhlas melakukan itu semua, demi dahaganya yang harus segera di aliri air, juga demi kesadaran Zoya. Tanah dan lumpur mengotori hampir seluruh tubuh Daren. Seakan tak ingin tertinggal, wajahnya pun ikut merasakan bagaimana rasanya terkena lumpur saat Daren mengusap keringat yang bercucuran dari kening hingga ke pipinya.Daren tak peduli, setelah ketemu sungai nanti, ia sudah berjanji akan membersihkan diri. "Hei, apa kau tidak kasihan padaku? Lihat aku, aku kelelahan. Aku k
"El! El! Dimana kau? Cepat bantu aku!" teriak Daren saat ia dengan susah payah sudah berhasil melewati jurang curam yang membuat Zoya terjatuh dan tak sadarkan diri, dengan melewati dan mencari jalan lain.Tidak ada tanggapan dan jawaban dari sosok yang Daren panggil. Matahari sudah mulai meninggi, Daren mulai dehidrasi, apalagi dengan gadis yang ada di pangkuannya saat ini, sudah pasti, kondisi gadis itu jauh lebih buruk dari kondisi Daren yang masih bisa mengangkat beban tubuh Zoya. "Bertahanlah! Kau pasti bisa!" ucap Daren menyemangati Zoya yang masih tak sadarkan diri. Perjalanan cukup jauh, hingga saat ini, Daren baru menemukan jalan di mana ia dan El berpisah subuh tadi."El...." teriak Daren kembali. Kali ini, teriakannya begitu nyaring, hingga tenggorokan Daren terasa kering. "El...." Jika kali ini El tidak mendengar teriakan Daren. Maka sudahlah, jangan harapkan Daren bisa berteriak kembali, karena kerongkongannya setelah berteriak, kini terasa benar-benar kering."Ah, ten
"Uh..., Kalajengking sialan!" umpat Daren saat dirinya sudah berhasil menuruni tanah yang terjal tersebut. Dilihatnya tangannya sendiri yang terasa sangat perih dan gatal. Dan ternyata, tangannya membengkak dan memerah. Mungkin, itu adalah efek dari gigitan kalajengking tadi.Kembali Daren memfokuskan dirinya pada pencariannya pada Zoya yang sampai saat ini masih belum ia temukan."Zoya..." Teriak Daren begitu kencang dan menggelegar. Hingga para hewan kecil keluar dari persembunyiannya."Hei Zoya! Dimana kau gadis bodoh?" Teriaknya lagi dan masih belum mendapatkan jawaban. Lalu, pandangannya tertuju pada sesosok tubuh yang tergeletak tak berdaya dengan tubuh penuh tanah dan luka.Zoya, gadis itu terkapar diantara pohon beringin besar dan daun daun yang sudah mengering."Zoya!" Secepat kilat Daren menghampiri Zoya yang tengah terkapar tak sadarkan diri.
Doa kembali Zoya panjatkan pada Tuhan, sang pencipta alam dan segala isinya. Ia berdoa agar siapapun bisa menemukannya dengan segera. Kakinya sudah tak mampu lagi menopang tubuh, di tambah dengan tangannya yang ternyata masih mengeluarkan sisa-sisa darah dari injakan kaki Mayra tadi. "Ya Tuhan, aku mohon... Siapapun tolong aku. Aku akan menikahinya jika dia adalah seorang laki-laki. Tapi, setelah aku lulus sekolah. Dan akan aku jadikan dia saudara, jika dia adalah seorang perempuan," ujar Zoya pasrah. Gadis itu membuat janji dengan Tuhan sesuka hatinya, tanpa memikirkan bagaimana nasib kedepannya. Tentang masa depannya, tentang bagaimana menjalaninya. Akankah ada yang akan datang membantunya atau bahkan tidak. Mengingat ini adalah hutan, dan Zoya hanya sendirian di sana. "Tapi, apakah yang menolongku itu akan mau, jika yang akan dinikahinya atau di jadikan saudaranya adalah seorang gadis miskin yang waj
"Apa kubilang El! Kau memang bodoh! Kenapa kau melarang ku menyusul mereka tadi hah!" Daren geram. Di cengkeramnya kerah baju El dengan sangat kuat, hingga buku-buku tangan Daren terlihat memutih, saking geramnya. "Maafkan saya Tuan!" tunduk El. El sama sekali tidak berani menegakkan kepalanya, apalagi menatap mata Daren, atas apa yang El katakan padanya. "Maaf kau bilang? Beraninya kau meminta maaf setelah mengabaikan perasaanku tadi," dihempaskan pula dengan kencang baju El. Pria tampan berambut hitam pekat itu seketika terbatuk, saat Daren melepaskan cengkraman tangannya. "Apa dengan meminta maaf, semua akan kembali?" Sedangkan Delia dan Delina, serta Gio dan teman sekelompoknya. Mereka semua berdiam mematung setelah menceritakan jika Zoya menghilang dan terpisah dari rombongan. Apalagi saat melihat reaksi Daren yang ternyata di luar dugaan. Sangat marah saat mengetahuinya. Mereka semua tidak ada yang bera
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen