All Chapters of Kesalahan yang Tak Terhindarkan: Chapter 21 - Chapter 30
34 Chapters
Ch 20. Semakin Menjauh
Sudah 2 minggu sejak kejadian terakhir di taman kota, namun Ana masih belum berbaikan dengan Rico. Selain karena Ana masih merasa kesal dengannya, diapun telah disibukkan oleh persiapan sidang dikampusnya. “Ana, turun bentar papa kamu mau ngomong!” panggil ibu Ana dari bawah kamarnya.“Iya ma, bentar.” sahut Ana sambil turun kebawah dan duduk disofa depan ayahnya.“Nak, besok kamu sidang. Kamu udah bilang sama Rico belum?” tanya Papa Ana.“Ehm, harus yah pak?” jawab Ana enteng.“Kamu lagi ada masalah sama Rico?” tanya Papa Ana kembali.“Ya, sekali-kali Rico perlu aku gituin Pah. Biar dia gak kelewatan sama aku,” ujar Ana menjelaskan.“Papa harap kalian bisa segera baikan ya nak. Semua bisa dibicarakan baik-baik, inget sebentar lagi kalian akan tunangan. Papa gak mau hal-hal aneh mengganggu kamu.” bujuk Papa Ana.“Iya Pah, Ana ngerti. Ana balik ka
Read more
Ch 21. Perangkap yang manis
Rico yang telah sampai di kampus Ana mulai memarkirkan mobilnya. Dia kemudian bergegas ke dalam kampus untuk memberi kejutan pada Ana. Cukup lama berada didepan ruang sidang menunggu mungkin saja ada orang yang dia kenal keluar. Sekitar satu jam berlalu akhirnya salah satu teman Ana keluar. Segera dia menemui temannya Ana tersebut, “Hei, selamat ya atas kelulusannya. Btw kamu lihat Ana gak?” tanya Rico pada teman Ana tersebut. “Ah, Ric. Thanks yah, setau gw Ana udah dari jam 10 tadi beres loh. Dia tadi langsung cabut gitu abis foto-foto bentar sama yang kloter pertama.” jawabnya. “Ah, serius? Yah gw ngapain dong kesini dianya gak ada.” tanya Rico kebingungan. “Lah emang dia gak bilang sama lu?” tanya temannya balik. “Gak ada sih, kayaknya gw juga tadi belum bangun jam segitu hehe. Yaudah thanks yah, gw pergi dulu.” ucap Rico seraya melangkah pergi. Didalam mobil sebenarnya Rico mulai memikirkan banyak kemungkinan yang terjadi. Dia benar-benar
Read more
Ch 22. Pengkhianatan dan Kecurigaan (21+)
*Warning +21*   Ana kini tengah mengerang penuh hasrat. Dia menikmati setiap inchi tubuh bagian atasnya dijelajahi oleh lidah Novan dengan lembut. Berkali-kali dia menjambak pelan rambut novan ketika berhasil mengenai titik sensitifnya. Setelah puas dengan kegiatannya Novan menatap tubuh Ana sejenak. Dia terlihat cukup puas melihat tubuh Ana yang penuh dengan keringat dan saliva miliknya.   “Van, kenapa diam begitu.” tanya Ana dengan nafas yang masih terengah. Mendengar hal itu terasa seperti godaan bagi Novan. “Ah rupanya tuan putri sudah tidak sabar untuk hidangan selanjutnya.” goda Novan disertai dengan elusan pelan dipipi Ana. “Bukan itu maksud ku.” ucap Ana dengan terbata karena ulah Novan yang kini mulai meremasnya. “Kalau kamu seperti ini membuatku semakin ingin menggoda mu sayang.” ucap Novan mendekatkan mukanya kehadapan Ana. Dilumatlah kembali mulut Ana dengan rakusn
Read more
Ch 23. Rasa bersalah
Dengan sembarang Ana membantingkan tasnya ke kasur. Kali ini Ana tidak dapat mengartikan apa yang dia rasakan. Disatu sisi dia masih mengingat kejadian tadi bersama Novan. Sangat manis dan begitu membekas untuk dirinya. Ada sebuah rasa ingin melakukan hal itu kembali dengan Novan. Namun disisi lain Ana cukup terkejut dengan perasaannya sendiri ketika melihat Rico. Dia merasa sangat kotor dan bersalah terhadap Rico. Terlebih ketika Rico memberinya selamat, rasa sakit dihatinya makin bertambah. ‘Apa Rico merasakan hal yang aku rasakan ini setiap kali dia menemuiku?’ pikir Ana. ‘Kenapa dia bisa melakukan hal yang seperti ini terus-menerus. Apa dia memang tidak mencintaiku sejak awal?’ dengan kesal Ana menggaruk kepalanya yang kini berfikiran negatif terus menerus. Segera dia ganti bajunya menjadi lebih santai. Sebelum kembali ke bawah, dia merapikan sedikit penampilannya. Terlihatlah ada beberapa kissmark yang ditinggalkan oleh Novan dilehernya. Dia meny
Read more
Ch 24. Benang yang sedikit terurai
“Rico, gw kayaknya harus pulang sekarang deh.” didorongnya tubuh Rico menjauh. Wanita itu pun keluar meninggalkannya. Rico masih terkejut dengan kedatangan Ana. Dia tidak menyangka bahwa Ana akan menerjang masuk kedalam kamar inapnya. Meski sekilas, dia sempat melihat kepanikan tersirat diwajah Ana. Keadaan menjadi lebih buruk lagi tatkala Rico karena suasana mencoba mencium temannya. “Perfecto! Kenapa selalu seperti ini sih akhirnya?” dia menggaruk-garuk kepalanya dengan kasar. “Kalau kayak gini terus, kapan gw dan Ana bisa baikan. Kapan gw bisa nanyain bekas dilehernya kemarin. Arrrgh sial…” teriak Rico penuh frustasi. “Loh Rico, mana Ana?” terdengar suara Papa Ana menyadarkan Rico dari kekesalannya. “Ah, tadi itu pak. Ana pergi sama temenku, tadi aku minta Ana untuk menemaninya pulang.” ucap Rico mencari-cari alasan. Dia tidak mungkin berkata jujur pada Ayah Ana. Apalagi bila beliau tau alasan sebenarnya Ana meninggalkan Rico. *** “
Read more
Ch 25. Semua berjalan dengan seharusnya
“Halo Van. Sorry kayaknya aku besok gak bisa pergi bersama kamu.” ucap Ana dengan lirih. Novan kecewa dengan pernyataan Ana tersebut. Dia terdiam sejenak, mengatur emosinya. “Gitu yah. Kalau boleh tau kenapa kak?” Ana menggenggam telponnya lebih keras. “Rico tadi sore kecelakaan. Aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Maaf ya Van.” Dia menggigit bibir bawahnya. Mengontrol perasaannya yang kini tak menentu. Sorot mata Novan kini berubah sendu. Dengan lirih dia berkata, “Aku mengerti kok kak. Sekarang kakak fokus sama Rico dulu aja yah.” “Terimakasih ya Van.” ucap Ana mengakhiri percakapan. Tepat setelah telpon ditutup. Ana mulai memeluk selimut yang sedari tadi dia pakai. Ada perasaan menyesal didalam dirinya. Dia teringat ucapan Izal. Bahwa semua ini tidak perlu terjadi. Bersama Novan adalah bukan jawaban yang tepat. Ana pun mulai membenamkan dirinya di bantal. Berharap bahwa dia akan segera tertidur. *** Muka Novan menger
Read more
Ch 26. Hati yang goyah
“Rico, apakah aku memiliki pilihan lain selain menerima permintaan maafmu?” Mata Ana kini mengintimidasinya. Rico tidak dapat berkutik. Bibirnya seakan terkunci. Dia tidak menyangka permintaan maafnya, dibalas dengan begitu sinis oleh Ana. Rico menggigit bibir bawahnya. “Kalau itu mau mu. Apa yang bisa aku lakukan?” Rico tersenyum tipis. Hatinya begitu terluka dengan perlakuan Ana. “Banyak Rico. Kamu bisa lakuin banyak hal. Kamu bisa tunjukin kesungguhan kamu. Atau kamu bisa diam. Atau kamu bisa lari dan mengaggap semua tak pernah terjadi. Persis seperti yang selalu kamu lakukan padaku!” Emosi Ana kian meningkat. Dia masih berusaha tersenyum disetiap kata yang diucapkan. Matanya benar-benar menatap Rico tajam. Tidak ada jawaban sedikitpun. Rico menelan ludahnya. Dia tidak bisa menyangkal satupun ucapan Ana. “Maaf.” Rico menundukan kepalanya. Dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. “Aku bosan Rico. Kata itu gak pernah punya arti dihubungan kita.
Read more
Ch 27. Hadiah tak terduga
Waktu berlalu begitu saja. Sudah dua minggu sejak Novan mulai berusaha membuka hatinya untuk wanita lain. Ada keraguan dan rasa bersalah didalam hatinya. “Van, lusa aku wisuda. Kamu datang kan?” sebuah pesan masuk dari Ana, sukses membuyarkan lamunannya. Dia menghela nafas dalam. “Kak Ana,” lirihnya. Pikiran Novan sangat kalut. “Gimana ini. Fitri bilang aku harus jaga jarak sama Ana. Tapi, aku kangen dia,” gerutu Novan. Berkali-kali dia menghapus balasannya. “Aku usahain ya kak!” balas Novan singkat. Dia tidak tega untuk menolak Ana. Hatinya tetap luluh pada akhirnya. Tak berapa lama, Ana membalas pesan Novan. “Makasih yah, aku tunggu.”\ Novan mengusap mukanya dengan berat. “Kenapa aku gak bisa lepas dari dia?” dia bertanya pada dirinya sendiri. Ditengah keputusasaannya, Hp Novan berdering. “Halo Van?” terdengar suara wanita yang sudah seminggu terakhir ini menemaninya setiap hari. “Vania, tum
Read more
Ch 28. Jalan Keluar?
“Nia, kamu kenal sama Novan?” tanya Rico. Dia mulai curiga dengan kecanggungan yang terjadi diantara mereka berdua. Rico terus memperhatikan Ana dengan sangat lekat. Dia melihat wajah Ana semakin memucat. Vania segera melepas gandengan tangannya dari Rico. Dia mulai mendekati Novan dan merangkulnya. “Iya kak, ini yang tadi sempet aku ceritain pas mau kesini. Beberapa minggu ini aku lagi deket sama dia. Seneng deh ternyata kalian semua udah saling kenal, jadi aku tidak perlu memperkenalkannya lagi.” Ana hanya bisa memandang mereka dengan tatapan sendu. Dia terus berusaha untuk tersenyum dan menyembunyika perasaan yang sesungguhnya. “Kakak dukung kok Nia hubungan kamu sama Novan. Dia ini anak yang baik pasti bakal jagain kamu dengan baik.” Rico mulai menerka-nerka situasi yang terjadi. Dia langsung memamerkan kemesraan didepan Novan. Rico mulai merangkul pinggang Ana dan mencium pucuk kepalanya sekilas. “Makasih yah, kalian udah datang ke wisuda Ana. Habis ini
Read more
Ch 29. Sepasang mata yang Cemburu
“Habis ini kita langsung pulang yah Ric, aku udah capek.” Ana berdiri dan membereskan barang bawaannya. Rico memberikan buket bunga yang tertinggal pada Ana. “Iya aku antar kamu pulang langsung, yuk!” “Makasih yah.” Ana langsung pergi begitu menerima buket dari Rico. Saat didalam mobil terjadi keheningan diantara mereka berdua. Tidak ada satupun yang memulai percakapan. Mereka terlarut dalam pikiran masing-masing. “Ana, sebenarnya ada hubungan apa kamu dengan Novan?” Seperti tersambar petir, pertanyaan Rico tersebut membuat Ana tidak bisa berkutik. Matanya melirik ke kanan dan kiri. Terlihat sedang mencari alasan yang terbaik untuk menjawab pertanyaan Rico. “Hmmm.. Aku tidak ada hubungan apapun dengan Novan. Kenapa kamu nanya kayak gitu?” Rico tahu dengan pasti gelagat Ana ketika berbohong. Penyangkalan Ana semakin membuatnya penasaran. Ini pertama kali Ana melakukan hal seperti itu padanya. “Kamu yakin? Aku merasa kalian memiliki sesu
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status