Semua Bab AKU ANAK ORANG KAYA, MAS!: Bab 11 - Bab 20
39 Bab
Bab 11
 POV ZakiSaat itu, kupikir undangan yang kami datangi di sebuah perumahan elite adalah undangan terbuka dari orang yang tidak kukenal. Namun, ternyata itu adalah undangan dari keluarga Ana Melissa, istri pertamaku.Kesal saat mendengar pernyataan yang satu demi satu membuka jati diri keluarga dari Ana. Ternyata mereka merahasiakan jati dirinya yang sesungguhnya dariku dan keluarga. Termasuk dari Lita yang tidak lain adalah istri keduaku.Ada perasaan malu saat mendengar mereka bicara di atas panggung. Namun, rasa kesal kepadanya itu yang lebih menggebu-gebu. Apalagi mereka sengaja bekerja sama dengan keluarganya Lita. Untuk apa semua itu? Apa ada dendam yang sedang mereka rencanakan?"Lita, kita pergi dari sini," bisikku setelah mengetahui bahwa Ana adalah pemilik rumah tempatku berdiri. Jangan sampai ia mengejutkan satu hal lagi. Aku yakin setelah ini akan ada pengumuman pertunangannya dengan Pak Gilang.Lita pun hanya mengangguk, la
Baca selengkapnya
Bab 12
  POV Zaki "Siapa bilang Ana mandul?" sanggah Pak Ardi, papanya Ana. Jantungku berdetak kencang saat ia tiba-tiba muncul di kantor polisi.  Aku bergeming, kemudian Pak Ardi menghampiri polisi untuk memberikan bukti bahwa Ana tidaklah mandul. "Selamat sore, Pak Ardi. Silahkan duduk!" Komandan polisi mempersilahkan Pak Ardi beserta pengacaranya duduk. "Saya tidak ingin basa-basi, cepatlah kurung laki-laki, ini bukti bahwa Ana, anak saya tidak mandul. Ia sehat, hanya saja rezekinya belum berpihak," tegasnya. Aku hanya mampu menghela napas dan mengembuskannya kembali. Rasanya tidak bisa melawan di hadapan pria yang ternyata adalah bukan orang main-main. Polisi menelaah bukti yang ia pegang. Pak Ardi benar-benar tidak dapat diragukan lagi. Lembaran kertas hasil pemeriksaan medis atas nama Ana Mellisa itu sedang dibuka satu persatu. Pengacaraku pun hanya menggelengkan kepalanya. Sepertinya sudah sulit melawan orang kaya ray
Baca selengkapnya
Bab 13
 Tiba-tiba Sinta teringat bahwa ia sedang mendekap tubuh Dimas. Kemudian, ia melepaskannya hingga terlihat malu."Maaf, tadi kaget dan takut," jelas Sinta malu. Wajahnya yang cantik dan putih kini tiba-tiba memerah."Ehem ... Kakak jadi malu nih, eh keceplosan," ledekku. Kemudian wajah Dimas yang datar tiba-tiba tersenyum tipis. "Saya lihat lingkungan sekitar, ya," imbuhnya. "Jangan, di sini saja. Jangan tinggalkan kami berdua!" rengek Sinta. Kemudian Dimas pun tidak jadi melangkahkan kakinya.Entahlah, siapa orang yang telah meneror kami berdua. Melemparkan batu dan membuat ban mobil kami sobek.Aku ambil ponsel yang masih berada di dalam mobil. Kemudian, kuhubungi papa agar menjemput kami berdua. Namun, Dimas melarang untuk meminta dijemput."Aku hubungi Papa dulu, mau minta jemput," kataku sambil mencari kontak papa."Saya antar kalian saja. Ini sudah malam, kalau kalian nunggu dijemput, mau sampai j
Baca selengkapnya
Bab 14
 POV YuniSemenjak bengkel Mas Zaki yang dijarah oleh orang yang tidak bertanggungjawab, aku dan mama mulai kelimpungan dengan uang. Terlebih Mas Zaki tiba-tiba ditahan atas tuduhan perzinahan oleh Mbak Ana. Memang sedari dulu aku sudah curiga dengannya, suatu saat pasti wanita yang bernama Ana itu menjadi biang masalah di keluargaku.Ada berlian-berlian yang aku beli dari arisan bersama teman-teman. Begitu pula dengan mama, ia masih menyimpan beberapa perhiasan yang di lemarinya.Aku dan mama berinisiatif untuk menjual sejumlah berlian dan perhiasan emas yang kami miliki. Untuk proses renovasi bengkel yang rusak akibat penjarahan."Kita jual saja berlian dan perhiasan emas yang kita miliki, Mah," usulku."Apa tidak sayang? Coba minta bantuan Lita untuk merenovasi bengkel, masa iya dia mau senangnya saja, susahnya tidak mau ikut memikulnya!" sanggah mama."Aku nggak yakin Mbak Lita mau membantu, dia saja semenjak nikah dengan Ma
Baca selengkapnya
Bab 15
 POV LitaMertuaku datang ke rumah hanya ingin meminta bantuan bengkel Mas Zaki direnovasi. Tidak ingat mereka yang mengirim pengacara hebat untuk Mas Zaki adalah papaku. Aku tetap dendam dengan perlakuan Ana padaku. Namun, tidak mungkin memutuskan perjanjian kerja sama antara bisnis properti dengan PT. Keramik Jaya. Mereka bisa menuntut dikembalikan uang muka yang telah mereka berikan.Ternyata bukan hanya aku yang sakit hati atas perbuatan Pak Ardi Dinata. Papa juga ikut sakit hati atas ini semua. Ia merasa dimanfaatkan dalam hal ini olehnya. Membuat kerja sama alih-alih hanya untuk memamerkan bahwa mereka adalah pemiliknya."Lita, Papa sudah memilih laki-laki yang akan Papa kirim untuk membuat salah satu anak dari Ardi Dinata jatuh cinta. Kemudian, dengan begitu kamu bisa sambil meneror kedua anaknya itu," pungkas papa. Idenya sangat cemerlang, sekali dapat langsung dua ide sekaligus. "Teror? Aku lakukan teror apa?" tany
Baca selengkapnya
Bab 16
 Siapa kedua laki-laki yang telah menerorku, ini sudah kelewat batas. Mereka kini mencelakai Pak Dimas, apa maksud dan tujuannya mereka?Aku kejar dengan melempar sepatu high heels yang kupakai.Pluk ....Tepat pada sasaran, satu orang kena sepatuku dan terjatuh karena merasa kesakitan."Siapa kamu sebenarnya? Tujuan kamu apa?" teriakku sambil menarik penutup wajahnya. Kemudian, terbukalah wajah asli yang selama ini mengintaiku."Ma-af, Bu. Saya hanya orang bayaran," sahutnya gugup. "Siapa yang menyuruh kalian? Apa kalian juga yang telah melempar batu ke mobil adikku dan mengempeskan ban mobilku tadi?" tanyaku dengan mendongakkan wajahnya. Muka pria seumuran denganku, tampang preman yang terlihat diwajahnya kini berubah menjadi muka laki-laki pengecut yang berusaha melepaskan jambakan rambutnya."Ana, kamu baik-baik saja?" tanya Pak Dimas yang tiba-tiba muncul dari belakang. Darah segar yang masih keluar dari kening
Baca selengkapnya
Bab 17
 Sinta mulai menceritakan saat ia sedang berada di kantor pemasaran."Saat itu, aku dan team pemasaran sedang meeting, Kak. Tapi, tiba-tiba ada telepon dari laki-laki yang tak dikenal. Awalnya, aku tidak percaya, tapi setelah orang itu mengirimkan foto Mas Dimas sedang duduk memegang kening yang berdarah, aku pun sontak mematikan teleponnya. Ia sudah menyebutkan alamatnya.""Oh laki-laki, berati komplotan preman yang melarikan diri. Tapi kini keduanya sudah lari.""Mungkin, Kak. Makanya aku marah pada Kak Ana, karena dia tidak memberikan informasi bahwa Mas Dimas sedang bersama Kak Ana," pungkasnya."Ya, Kakak tidak mungkin macam-macam dengannya. Tenang saja, tadi dia mau cerita sesuatu, tapi belum sempat cerita, sudah ada kejadian peneror.""Cerita apa ya kira-kira?" Sinta bergeming. Aku rasa dia sungguh-sungguh jatuh cinta pada laki-laki itu.Berhubung Sinta sudah tidak salah paham lagi terhadapku. Sebaiknya, aku persiapkan se
Baca selengkapnya
Bab 18
 POV DimasAku terjebak oleh permainan licik Lita, anak dari pemilik PT. Keramik Jaya. Aku pikir, membuat jatuh cinta salah seorang anak dari Ardi Dinata adalah hal sepele yang akan membuatku naik jabatan di kantor. Namun, selidik demi selidik, ternyata tujuan dari Pak Farid Suntoso adalah ingin membalas sakit hati anaknya.Keanehan mulai aku rasakan saat mencoba mengikuti langkah kaki dua wanita yang bernama Ana dan Sinta. Seiring pertemuanku dengannya, kenapa selalu terjadi hal yang tidak diinginkan? Hal-hal aneh yang meneror mereka berdua.Rupanya Lita Zafirah memiliki dendam tersendiri dengan Ana. Awalnya aku juga masih berupaya menepis dan tidak curiga. Namun, saat aku mengundurkan diri dari PT. Keramik Jaya, saat itulah aku mengetahui bahwa peneror-peneror itu sebenarnya adalah rekayasa."Pagi, Bu Lita," sapaku pagi-pagi sekali. Di kantor belum ada orang yang datang satu pun. Aku pun berada di kantor hanya dengan Bu Lita. W
Baca selengkapnya
Bab 19
Bab 21POV Dimas"Kamu mau angkat teleponnya? Silahkan!" Ana terlihat mendelik dan sungkan saat aku mempersilahkan ia untuk mengangkat teleponnya."Nggak ah, aku bukan siapa-siapa Pak Dimas," cetus Ana. Kemudian, ia pun mengalihkan pandangannya ke depan. Suara dering telepon pun terhenti. Syukurlah Bu Lita memutuskan untuk berhenti menghubungiku.Aku letakkan kembali ponselnya dan memfokuskan diri untuk melihat ke arah jalan.Teringat ucapan Ana, bahwa ia akan membicarakan tentang pengakuanku pada Sinta. Aku hendak menanyakan maksud dari ucapannya. Sebab, aku khawatir ia salah paham dengan ucapanku."Maaf, Bu Ana," potongku."Ana saja," sahutnya."Kalau gitu, sebut aku dengan nama juga, jadi sama-sama enak, bukankah kita sudah bukan mitra kerja lagi?" terangku. Kemudian ia pun mengangguk tanda setuju dengan nama panggilan."Baiklah, kamu mau bicara apa, Dimas?" tanyanya."Soal tadi, yang kamu bilang Sinta mengagum
Baca selengkapnya
Bab 20
Bab 22POV DimasAku coba tenangkan diri, segera kuambil ponsel yang ada di saku celana. Kemudian, aku klik sunyi untuk dering telepon.Lega rasanya telah mengatur silent nada deringnya. Kemudian, aku perhatikan ia mulai menekan tombol panggilan dan meletakkan ponselnya di telinga."Nggak diangkat," cetusnya. Ia tampak kesal karena aku tak angkat telepon darinya. Kebetulan sekali, berhubung masih megang ponsel, lebih baik aku videokan saja aktivitas Bu Lita bersama laki-laki berhidung bangir yang bernama Angga itu.Ia letakkan kembali ponselnya, kemudian berbincang-bincang dengan Angga."Sudahlah, tak perlu kesal, sebentar lagi nama kamu dipanggil suster," gumam Angga. Ia tampak memperlakukan Bu Lita sangat istimewa. Ini membuatku semakin penasaran."Ya, semoga anak kita sehat-sehat di rahim ini, terus terang saja, aku capek bolak-balik penjara dan perusahaan," pungkasnya. Astaga, anak kita katanya? Bukankah Bu Lita itu i
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status