All Chapters of The Scars: Chapter 31 - Chapter 40
47 Chapters
31. Evan Marah
Kaluna sedang duduk di sofa dengan laptop di pangkuannya sedangkan Papanya tengah berbincang hangat dengan Evan. Ia tengah meninjau kembali kerjaannya yang sempat ditinggalkan.Sebenarnya dirinya tak perlu memikirkan hal itu karena selama cuti semua pekerjaan Kaluna diambil alih oleh Gama, namun Ia tak enak jika menyerahkannya begitu saja, akhirnya di waktu senggang Kaluna juga ikut menyelesaikan beberapa pekerjaan.Gama sudah terlalu banyak mengurusi masalah kantor yang lain, Ia tak mau menjadi beban baru untuk ketua tim nya itu.Tiba-tiba suasana menjadi hening, hal itu membuat Kaluna menoleh ke arah ranjang pasien ternyata Papa nya sudah tertidur dan Evan kembali berkutat dengan ponselnya.Evan mendekati kakaknya dengan langkah pelan lalu menepuk pundak Kaluna pelan sehingga membuat perempuan itu tersentak kaget.“Kenapa?” omel Kaluna.“Ada yang mbak sembunyiin dari aku?” tanya Evan tiba-tiba.Kaluna menatap
Read more
32. Evan Kabur
Evan menatap studio yang dikunjunginya beberapa hari yang lalu. Namun lampu studio tersebut mati, Ia tak tahu harus kemana lagi. Dirinya masih marah pada kakaknya, Ia juga tak mau ke tempat Papanya.Satu-satunya yang terpikirkan adalah Delvin, namun ponselnya mati. Jadi Ia tak bisa menghubungi teman kakaknya itu dan hanya bisa menunggu saja. Ia tak punya teman akrab di sekolah, dirinya selalu sendiri apalagi setelah insiden Logan waktu itu. Semuanya seakan menjaga jarak darinya.Evan marah pada Kaluna karena tidak menceritakan kebenarannya dan menanggung semuanya sendirian selama bertahun-tahun. Yang Evan tahu Ayahnya dipecat karena difitnah melakukan korupsi. Tapi Evan tidak menyangka ada kasus sebesar ini dibaliknya.Ia mendudukkan dirinya di kursi taman depan studio, tangannya sibuk memeluk badannya sendiri yang kedinginan.Evan sebenarnya ingin pergi ke cafe milik Delvin karena Ia yakin laki-laki itu sekarang ada di sana. Namun uangnya habis untuk ong
Read more
33. Siapkah?
Kaluna terbangun saat mendengar pintu kamar rawat terbuka dari luar. Ia melihat adiknya datang masih dengan pakaian yang semalam Ia pakai. Namun ternyata Evan tidak sendirian, ada Delvin di belakangnya. Buru-buru Kaluna melesat pergi ke kamar mandi guna untuk mencuci muka dan gosok gigi. Ia lupa kalau semalam Evan menginap di rumah Delvin. Saat Kaluna kembali, Ia melihat sudah ada beberapa makanan tertata rapi di meja. Kaluna menatap keduanya bingung dan bertanya-tanya. Jika dilihat-lihat jenis makanan yang mereka bawa bukan yang biasa di jual di warung-warung. “Nenek bikin sarapan buat kamu, sini makan,” ucap Delvin sambil menarik tangan Kaluna untuk duduk di sebelahnya. Tentu saja perlakuan Delvin yang tiba-tiba itu sekarang berdampak besar bagi kinerja jantung Kaluna. Bisa-bisa Ia terkena serangan jantung jika Delvin terus berperilaku seperti ini, batin Kaluna. Delvin mengambil piring dan juga sendok untuk Kaluna dan membuka kotak makan ber
Read more
34. Selamat Ulang Tahun, Na
Ini sudah hampir tengah malam namun Kaluna masih menunggu adiknya yang belum juga pulang. Terakhir kali Kaluna di kabari bahwa Evan sedang ada di Naluna Cafe dan akan pulang sebentar lagi, namun yang katanya sebentar nyatanya menjadi tiga jam lebih. Kaluna juga berusaha menghubungi Delvin namun ponsel laki-laki itu juga mati. Kama juga tak luput menjadi sasaran Kaluna, namun laki-laki itu berkata sedang tidak berada di cafe. Ia ingin mencari keluar namun Kaluna tak tahu harus memulai dari mana sementara Papanya sendirian di kamar. Akhirnya Kaluna memutuskan untuk menunggu sebentar lagi di rumah sakit. Segala doa Ia panjatkan berharap adiknya tidak pergi kemana-mana. Pasalnya sejak pertengkaran mereka kemarin malam, belum ada obrolan mendalam lagi antara keduanya. Tadi pagi mereka juga tak sempat mengobrol karena ada Delvin. “Kamu dimana sih Van,” monolog Kaluna sambil menatap layar ponselnya nanar. Setengah jam berlalu, kini Kaluna sudah terla
Read more
35. Kembali Lagi
Kaluna menatap sekelilingnya, Ia sudah sampai. Anna menggandeng tangannya guna membuat Kaluna segera turun dari pesawat. Ia tak menyangka kalau dirinya akan kembali ke kota ini lagi setelah sekian lama.  "Ayah, Ibu, Kaluna kembali ke sini," batin Kaluna.  Ia punya banyak kenangan di kota ini. Tentu saja kenangan yang paling bahagia dan juga paling menyakitkan. Dari yang menyenangkan hingga menakutkan, semuanya ada di kota ini.  Dulu Ia berjanji tak akan kembali ke sini, namun nyatanya takdir tetap membawanya kembali. Kaluna tak bisa memungkiri kekuatan takdir. Sekeras apapun Kaluna menolak, dirinya akan tetap mengikuti arus.  "Aku antar kamu ke rumah dulu ya, besok baru ketemu Papaku," ujar Anna.  Kaluna menggeleng, Ia tak mau membuang-buang waktu.  "Kita ke kantor Papa mu," ucap Kaluna.  Anna hendak protes karena tentu saja Kaluna habis melalui perjalanan yang panjang, mereka setidakanya haru
Read more
36. Hari Pertama
Kaluna melemparkan tubuhnya pada ranjang. Ia sudah sampai di rumah milik Papanya yang sama besarnya seperti biasa. Tubuhnya sangat lelah namun hatinya lebih lelah juga. Akhirnya Kaluna memutuskan akan beristirahat selama seharian ini.  "Non Kaluna, mau makan malam apa?" tanya Bibi yang bertugas untuk mengurus rumah ini.  Kaluna beranjak dari tempatnya dan membuka pintu.  "Apa aja terserah Bibi, tapi jangan banyak-banyak yah Bi. Bikin empat porsi aja, satu buat saya dan sisanya buat bibi sama pak satpam. Ah sama satunya lagi bisa Bibi bawa pulang," ujar Kaluna tak lupa dengan senyum yang senantiasa menghiasi. Bibi yang mendengar hal itu tentu saja bingung namun beliau hanya bisa menuruti kemauan anak tuannya ini.  Kaluna kembali ke kamarnya untuk bersih-bersih. Ia juga tak lupa mengabari adik tercintanya yang sedari tadi memenuhi notifikasi ponselnya. Ini pertama kalinya Evan yang ditinggal pergi oleh Kaluna. Pantas saja adi
Read more
37. Hari Kedua
Kaluna berkali-kali mencoba untu menetralkan detak jantungnya. Kini Ia bersama dengan Erik mengunjungi Manager Pembangunan guna mencari informasi lebih yang dapat membantu mereka di persidangan nanti. Kaluna harus bisa membuktikan bahwa Ayahnya tidak bersalah agar kasus ini tetap di usut tuntas. Karena jika Ayahnya ditetapkan sebagai dalang akibat peristiwa itu dan hakim menerima semua pernyataan dari Hadi maka artinya Ia tidak bisa menghukum orang-orang jahat yang ada di balik ini semua."Kita bisa masuk," ujar Erik yang sedari tadi mendampingi Kaluna. Keduanya kini duduk sambil menunggu Hadi masuk. Kaluna masih hafal betul siapa Hadi. Semuanya masih segar di ingatakan Kaluna."Gak usah tegang Na," ujar Erik. "Kaluna takut kalau malah mengacaukan semuanya Om," kata Kaluna."Tenang aja Na, Om bantu," ucap Erik menenangkan. Beberapa saat kemudian muncullah Hadi yaitu pelaku utama pada kasus ini sekaligus orang y
Read more
38. Masih Hari Kedua
Kaluna masih termenung di danau setelah tangisannya mereda. Ia menoleh ke kanan dan menemukan dua anak kecil yang sedang berseteru memperebutkan mainan.“Ihh bukan yang itu, tapi yang ini pasanganya,” oceh anak perempuan itu.“Iya, tapi lebih bagus yang ini,” balas bocah laki-laki di hadapannya.Kaluna diam-diam tersenyum melihat hal itu. Ia tiba-tiba merasa terhibur dengan pemandangan sederhana itu.Tiba-tiba ada sepasang orang dewasa yang datang dengan dua buah es krim untuk keduanya. Kaluna yakin kalau mereka berdua adalah orang tua dari dua bocah itu.Kaluna kembali tersenyum, kini lebih tulus dari sebelumnya. Ia biasanya iri dengan keluarga orang lain namun sekarang Kaluna ikhlas. Ia tahu kalau masa nya sudah lewat. Kini hanya ada Kaluna dan Evan tanpa ada orang tua mereka.Tiba-tiba ibu dari dua anak tersebut datang menghampiri Kaluna dan duduk di sampingnya.“Aku kira aku salah, ternyata beneran ka
Read more
39. Malam Hari Kedua
Anna masih saja tak percaya dengan kedatangan Kaluna yang ternyata masih mengingat alamat rumahnya. Gadis itu sedari tadi tidak berhenti mengoceh hingga membuat Kaluna sedikit jengah.Jika saja mereka tidak sedang berada di rumah Anna, sudah pasti Kaluna akan mengusir perempuan itu. Meskipun sudah berdamai, sisi Kaluna yang sadis masih ada dalam tubuhnya.Kaluna masih bisa mengusir orang yang tidak Ia sukai, mencaci bahkan Ia bisa saja menyeret orang tersebut jika diperlukan. Sisi ini Ia dapatkan setelah sepuluh tahun terakhir.“Ann, lama-lama Mama yang suruh kamu keluar yah,” omel Erna.Kaluna tersenyum sambil menikmati pudding coklat kesukaan Anna. Erna juga sempat mengomeli Kaluna karena datang tanpa bilang-bilang. Jika Kaluna bilang maka akan ada pudding kelapa kesukaan Kaluna di sini.“Ih Mama, dia itu udah bukan Luna yang dulu Mama kenal. Dia jadi lebih sadis, gak lucu kayak dulu,” ujar Anna membuat Kaluna melotot taja
Read more
40. Hari Ketiga
Kaluna kembali ke kamar Anna setelah Anna dan Erna datang. Tentu saja Alvi sudah mendapatkan jawaban yang Ia tunggu, Kaluna belum punya pacar.“Abang nanya apa aja Na?” tanya Anna yang baru masuk kamar sembari membawa beberapa camilan malam.“Nanyain aku udah punya pacar atau belum,” jawab Kaluna jujur.“Dihhhh, ngegas banget tuh orang. Jangan mau di kerdusin dia Na, kamu berhak dapet yang lebih baik,” cecar Anna membuat Kaluna tak bisa menahan tawanya.“Itu abang kamu Ann,” ingat Kaluna.“Bulan lalu ada cewe yang nangis-nangis ke Mama, katanya habis di putusin sama Abang padahal janjinya di nikahin, drama banget manta-mantan dia tuh. Lagian kamu kan udah punya tambatan hati di sana,” ujar Anna yang di akhiri godaan.Kaluna seketika menghentikan tawanya saat mendengar ucapan Anna. Ia menatap Anna dengan sorot yang bertanya-tanya.“Mas-mas barista ganteng di cafe Naluna.
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status