All Chapters of Rahasia Gubuk Belakang Rumah Mertua: Chapter 21 - Chapter 30
40 Chapters
Part 21
“Hihihi ….” Suara menyeramkan itu kembali  terdengar. “Argh!” Sosok itu menarik rambutku semakin kuat. “Lepas! Sakit!” Aku tetap mencoba menahan rambut yang ditarik semakin kuat dengan satu tangan. “Serahkan anak itu!” “Nggak! Selamanya nggak akan kuberikan!” “Lancang!” “Arg
Read more
Part 22
Aku dan mas Ubay membaca ayat dan doa untuk mengusir dari gangguan jin dan setan di gawai. Dalam hati sangat berharap Sang Pencipta memberikan pertolongan pada kami. Sekarang Arsya menangis ditawan sosok itu. Aku sangat khawatir. Kenapa harus Arsya yang diincar? Bocah sekecil dia sudah harus mengalami hal magis seperti ini. “Diam! Hentikan ayat-ayat terkutuk ini! Hentikan! Manusia munafik! Hentikan sebelum anak ini semakin tersiksa!” Ada sedikit kekhawatiran saat sosok itu mengancam akan melukai Arsya. “Nda … hiks! Arsya takut, Nda!” Arsya meronta, berusaha untuk pergi dari cengkraman sosok itu. Tapi semua sia-sia, dengan kekuatan di luar nalar, sosok itu menah
Read more
Part 23
POV Ibu *** “Ibu melakukannya hanya untuk membahagiakan kalian. Ibu nggak mau kalian selalu bersedih. Maafkan Ibu.” Jika akan terjadi seperti ini, lebih baik dari awal kubakar saja boneka itu di sini bersama denganku. Aku menyesal membiarkan Ubay dan keluarganya hampir celaka karena ulahku. Karena keegoisanku hampir merenggut nyawa mereka semua. “Apa sih maksud Ibu? Ayo ceritakan semuanya. Ibu nggak boleh lagi merahasiakan apapun juga di belakang kami, meski menurut Ibu semua itu demi kebaikan kami. Lebih baik Ibu jujur saja. Aku nggak mau Ibu memikirkannya sendiri. Ibu masih punya kami, Bu.” Ubay mene
Read more
Part 24
POV Ibu Flashback on. *** Bu Ani clingak-clinguk seperti mencari seseorang. Aku jadi ikut melihat ke kanan dan ke kiri penasaran apa yang sedang dicari olehnya. “Cari apa, Bu?” tanyaku lagi. “Ssttt! Kalau mau tanya soal itu, sini duduk di sebelahku. Kita bicara jangan sampai ada orang yang mendengar lagi.” Meski ada tanda tanya, aku menurutinya saja. Aku duduk di sebelahnya berbagi bangku. “Iya Bu, jadi gimana?” 
Read more
Part 25
POV Ibu Flashback on. ***  “Pak, besok hari jum’at Ibu mau pergi ke rumah teman Ibu.” Aku berbicara pada suami. Sekitar sepuluh menit yang lalu, aku sampai di rumah. Fira sedang sibuk mengurus tanamannya. Dia suka berkebun untuk mengisi waktu luang. Aku duduk berdua di belakang rumah dengan suami. Sedangkan Fira berada di depan dan Ubay sedang bekerja. “Kemana Bu?” tanya suamiku. Namanya pak Syukur. “Ke rumah teman Ibu, Pak. Rumahnya lumayan jauh, tapi Ibu ke sana mau naik angkot saja. Bapak nggak usah antar. Dekat ruma
Read more
Part 26
POV Ibu Flashback on. ***  “Nggak usah, Fira. Kamu di rumah saja. Ibu mau pergi sendiri saja. Cuma sebentar kok,” sanggahku. “Tapi Bu, Fira nggak tega kalau Ibu pergi ke sana sendiri. Jauh apa nggak, Bu?” tanya Fira lagi. “Nggak Fira. Nggak jauh kok. Ibu mau naik angkot saja. Hari ini kamu ada acara sendiri ‘kan?” Iya, ucapanku harus dibumbui kebohongan dan sengaja mengambil hari jum’at karena Fira akan pergi ke perkumpulan Yasinan yang ia ikuti. Jadi, ada alasan untukku agar bisa leluasa pergi tanpa harus b
Read more
Part 27
POV Ibu Flashback on. ***  “Apa Ibu nggak takut? Nanti kalau kuantar sampai sana, Ibu mau pulang pakai apa, Bu?” Oh iya, aku baru kepikiran bagaimana caraku pulang nantinya. Di sana pasti jarang orang lewat. Biarlah itu kupikirkan belakangan. Yang penting aku harus sampai ke sana lebih dulu. “Itu gampang, Pak. Hehe. Dia ‘kan temanku, mungkin bisa membantu untuk mengantar pulang.” “Ibu yakin, tetap mau ke sana?” “Iya Pak, sudah dekat, rugi kal
Read more
Part 28
POV Ibu Flashback on. ***  Untuk sesaat aku mematung dan menengokkan kepala ke kanan, kiri serta belakang. Namun aku tak menemukan siapa pun di dalam ruangan ini. Aku mengerutkan kening dan memikirkan siapa tadi yang mendorongku? Atau hanya kakiku yang tergelincir sehingga tanpa sengaja masuk ke ruang tamu ini? Sepertinya tidak demikian. Jika tetap saja dipikir mungkin rasa takut akan kembali hadir. Lebih baik mencari tahu siapa pemilik rumah ini saja. Milik Nyai Astuti atau justru bukan. “Permisi. Apakah ada orang?” sapaku lagi, kaki mulai kuayun perlahan mencari keberadaan penghuni rumah ini. Gubrak!
Read more
Part 29
POV Ibu Flashback on. ***  “Hahaha, kau masih meragukan ilmuku, Diyah! Lancang!” Brak! Aku terdorong ke belakang mengenai tembok cukup keras. “Argh! Ma-maaf Nyai.” Aku bangkit seraya meminta maaf. Tubuhku tadi sempat luruh setelah menghantam tembok. Punggungku sepertinya lebam. Terasa sakit. “Kau turuti kemauanku, aku akan mengabulkan segala permintaanmu. Kau tinggalkan sembahyang kepada Tuhanm
Read more
Part 30
POV Ibu Flashback on. ***  Beberapa bulan setelah perjanjian yang kulakukan dengan Nyai Astuti sudah berlalu. Kini aku sedang menunggu hasil yang sudah sangat kuharapkan. Selama ini, aku berhasil mengelabui semua orang yang ada di rumah ini. Semua kulakukan dengan sangat berhati-hati. Ritual sudah beberapa kali kulakukan. Aku terpaksa pergi ke bangunan tak berpenghuni yang jaraknya lumayan jauh dari rumah. Semua kulakukan agar seisi rumah tidak curiga dan baik-baik saja. Saat akan pergi ke tempat itu, kupersiapkan segala kebutuhan yang kuperlukan di dalam tas, kecuali ayam hitam. Dia akan kubeli saat di perjalanan dan memasukkannya ke dalam karung agar orang yang melihat tidak curiga.
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status