Semua Bab Pendekar Pedang Tanpa Tanding: Bab 61 - Bab 70
119 Bab
61. Pelayan Baru
“Ayah, aku dengar dua pejabat diasingkan karena kasus penyelundupan kemarin.” “Ya, mereka adalah orang-orang Kaisar Long Feng.” Lelaki berambut putih mendekatkan wajahnya dan melihat sekitar. Lalu ia berbisik, “Sebenarnya itu tidak benar.” Pemuda di hadapannya sontak membuka lebar matanya. Mulutnya bahkan sedikit terbuka. “Jadi maksudmu, mereka sengaja disingkirkan?” “Tentu saja! Kaisar Wang tidak akan memelihara anj*ng peninggalan kaisar terdahulu.” “Uh, sangat menyedihkan. Siapa mengira kalau Kaisar Long Feng berumur pendek?” Lelaki berambut putih mengangkat cangkir tehnya dan menyesapnya dengan santai. “Begitulah, karma memang selalu berlaku!”  “Karma? Oh, jadi isu pengkhianatan Kaisar Long Feng pada Kaisar Han Chen dan Patriark Yong itu benar?” Lelaki berambut putih tidak bisa menahan diri untuk tidak melayangkan pukulan di dahi anaknya. Ia lantas mengoceh, “Tentu saja! Itu sebabnya kita harus cerdas. Kaisar Wang jauh
Baca selengkapnya
62. Ratapan Angin
Semua orang di meja itu pun menatap wajah Genjo Li. Sudah barang tentu hal itu membuat jantung Genjo Li berdetak sangat kencang. Junsi yang melihat Genjo Li tampak kesulitan, lalu berjalan mendekatinya. “Tuan Dong, perkenalkan dia adalah Genjo Li, pelayan baru dari salah satu desa terpencil. Dia baru datang kemarin dan mulai bekerja hari ini. Oleh sebab itu, dia menjadi sangat gugup dan tidak mengatakan apa pun.” Dong Wei tersenyum. “O, pelayan baru. Entah mengapa wajahnya tidak asing. Tapi baguslah, tampaknya setelah ini kami tidak akan menunggu terlalu lama untuk bisa menikmati teh di Shui Dong.” “Terima kasih karena Tuan Dong dan para pendekar Jing Quo sudah menjadi pelanggan di kedai ini. Kami kembali ke belakang dulu.” “Ya, ya, pergilah!” sahut Ju Shen dengan wajah malas. “Tidak ada gunanya berbicara dengan pelayan. Meski dia bisa membuat teh ternikmat di Haidong, bukan berarti kita harus berbincang dengannya. Membuang-buang waktu!” Pelip
Baca selengkapnya
63. Pendekar Bertopeng
Lelaki botak membalikkan badan sambil menghunuskan pedang. Namun kemudian yang terdengar justru suara jerit kesakitan yang berasal dari mulutnya sendiri. "Ah ...!" Sang gadis memejamkan matanya erat-erat. Meski lelaki botak itu telah membunuh ayahnya dengan begitu kejam, ia tidak sanggup melihat tubuh lelaki itu terbelah menjadi dua bagian akibat tebasan melintang pria bertopeng di perutnya. Sang gadis berjingkat ketika pria bertopeng membuka ikatan kaki dan tangannya. Lelaki itu juga membuka kain yang menyumpal mulut sang gadis. "Siapa kau sebenarnya? Mengapa kau membantuku?" tanya sang gadis ketika pria bertopeng berdiri dan hendak meninggalkannya. Namun, pria tersebut tidak menjawab dan kembali melangkahkan kaki. "Tunggu!" teriaknya membuat pria bertopeng kembali berhenti. "Tuan, siapa pun Tuan, terima kasih atas semua kebaikan Tuan. Tapi jika Tuan bersedia membantuku lagi, aku akan sangat berterima kasih." Pria bertopeng berbalik dan duduk
Baca selengkapnya
64. Bertemu Lagi
Matahari baru saja terbit, Genjo Li yang sudah bangun lebih dulu, kini tampak sedang membersihkan kedai. Ia mengelap seluruh meja sampai bersih setelah sebelumnya menyapu lantai. Tidak hanya itu, ia juga memberikan sentuhan yang berbeda pada Shui Dong dengan meletakkan vas bunga pada setiap meja. Di dalamnya terdapat sekuntum bunga mawar. Ketika Genjo Li meletakkan vas dan bunga pada meja terakhir, mendadak ingatannya kembali pada gadis cantik yang ia tolong semalam. ‘Semoga dia baik-baik saja dan sudah pergi dari sini,’ batin Genjo Li cemas. Ia masih tidak habis pikir, mengapa orang-orang seperti Ju Shen merasa perlu untuk melakukan segala jenis kejahatan? Benar-benar memanfaatkan posisi dan kedudukan untuk mendapatkan apa pun yang diinginkan dengan cara bagaimanapun. Tiba-tiba, derap langkah kaki mengejutkannya. Ia melihat ke arah jalan dan mendapati seorang gadis berlari dengan wajah pucat. ‘Bukankah dia ....’ Tanpa pikir panjang Genjo Li melambaikan tangan dan be
Baca selengkapnya
65. Mingmei
Ketika ingatan gadis itu kembali pada tragedi yang menipanya tadi malam, tiba-tiba seseorang mencengkeram lengannya. Sudah barang tentu hal itu membuat gadis tersebut berteriak ketakutan. “Siapa kau? Mengapa kau bersembunyi di sini? Cepat keluar!” teriak Junsi sambil berusaha menarik sang gadis untuk keluar dari persembunyiannya. Sementara itu, Shen Xiao yang mendengar keributan dari dapur, langsung berlari untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Genjo Li yang menduga bahwa Junsi melihat dan menangkap gadis itu, tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti sang majikan pergi ke dapur. “Ada apa ini?” bentak Shen Xiao melihat Junsi memegang erat lengan seorang gadis yang tampak begitu berantakan. “Dan siapa kau? Mengapa kau ada di kedaiku?” “Apa kau ingin mencuri di sini?” tanya Junsi. Sejak kesulitan melanda, kasus pencurian di kota semakin meningkat. Pelakunya tidak hanya laki-laki, perempuan, bahkan juga anak-anak kadang dilibatkan dalam tindak kej
Baca selengkapnya
66. Bertemu Putri Shixian
Baik Genjo Li maupun Junsi sama-sama bergeming melihat Mingmei yang telah membersihkan diri. Meski perempuan itu kini berpenampilan layaknya seorang pria, tetap saja tampak ... cantik. Kulit putih bersih, bibir kecil dan tipis, serta mata hitam pekat yang menawan, membuat dua lelaki yang menatapnya kini tidak bisa untuk tidak terpukau. "Apa ... aku kelihatan sangat aneh?" tanya Mingmei sambil memegangi lehernya. "Ah, tidak, tidak," jawab Genjo Li dan Junsi kompak dengan senyum lebar. Mingmei menyunggingkan senyum. Ia merasa sangat beruntung karena bisa bertemu dengan orang-orang yang baik hati. "Kalau begitu aku akan ke depan dulu. Sebentar lagi mungkin akan ada banyak pelanggan yang datang. Genjo Li akan menjelaskan pekerjaanmu." Junsi bergegas pergi. Ada kesedihan yang kembali terlihat di wajahnya. "Tuan, mohon bimbingannya." Ucapan Mingmei menyadarkan Genjo Li yang mencoba menebak hal apa yang membuat Junsi yang mendadak terlihat se
Baca selengkapnya
67. Secangkir Teh
"Genjo Li, apa yang terjadi?" tanya Junsi melihat rekannya masuk dapur dengan ekspresi wajah menahan amarah. Entah bagaimana wajah ramah dan tatapan lembut Genjo Li bisa berubah menjadi begitu menakutkan. Genjo Li mulai menyalakan api untuk menyeduh teh, seolah tidak peduli pada kecemasan Junsi. "Tidak, apa-apa. Aku akan mengurus semuanya."  Meski Junsi baru mengenal Genjo Li, ia tahu bahwa pemuda itu bukan seseorang yang tak acuh. Selain itu, biasanya Genjo Li juga selalu menyunggingkan senyum. Namun kali ini ... Junsi menduga, para pelanggan mungkin sudah bersikap sangat buruk padanya hingga membuat Genjo Li benar-benar kesal. "Biar aku bantu," kata Junsi setelah beberapa saat terbengong. Ia hendak mengambil nampan dan gelas sesuai dengan jumlah pelanggan yang tadi ia lihat. Namun, Genjo Li langsung mencegahnya. "Tidak perlu. Mereka hanya memesan satu cangkir saja." "Benarkah?" "Ya," jawab Genjo Li sangat singkat, benar-benar me
Baca selengkapnya
68. Kekasih Tuan Putri?
Junsi tampak berlari tergopoh-gopoh menuju belakang. Terlihat tiga lelaki yang duduk di meja samping Wang Shixian sudah hendak berdiri dan menyusulnya, tetapi dicegah gadis itu dengan tatapan tajam. Adapun hal yang membuat Junsi terlihat sangat cemas adalah karena Wang Shixian membentaknya untuk segera memanggil Genjo Li setelah tahu pemuda itulah yang membuat teh untuk sang putri. Junsi berlari menuju gudang sebab Genjo Li tadi mengatakan ada urusan dengan Mingmei. Akan tetapi, setibanya ia di gudang, hanya ada Mingmei yang merapikan teh-teh aneka jenis. "Ada apa Junsi?" tanya Mingmei melihat wajah Junsi yang pucat. "Di mana Genjo Li?" "Dia menemuiku sebentar dan pergi lagi. Mungkin di dapur." "Apa? Pemuda itu!" Junsi tampak kesal karena tidak kunjung bertemu Genjo Li, padahal situasinya sangat mendesak. "Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" Junsi menyunggingkan senyum dan berkata, "Tidak ada apa-apa. Semua baik-baik saja. Kalau beg
Baca selengkapnya
69. Lelaki Suka Bergosip?
“Apa maksudmu mengatakan kalau aku kekasihmu? Apa kau tahu siapa aku?!” protes Wang Shixian ketika keempat pemuda itu telah pergi. Junsi bersandar pada dinding. Ia tidak mengira jika Genjo Li begitu ‘kuat’ dan berbakat. ‘Uh, dia bahkan menunjukkan senyum menawan seperti itu, tanpa takut atau cemas pada teriakan Tuan Putri,’ bantinya nyaris tak percaya. Melihat Genjo Li yang tampak begitu ‘lugu’, tidak akan ada orang yang mengira jika pemuda tersebut menyimpan keahlian seperti itu. “Aku tidak tahu siapa dirimu. Aku hanya berusaha menjaga kehormatanmu di depan para pemuda itu. Jangan dikira kaum lelaki tidak suka bergosip. Sekali mereka buka suara tentangmu, kau mungkin tidak akan menemukan seseorang yang mau menikahi denganmu. Membayangkannya saja aku tidak tega." “Apa? Kurang ajar!” “Semestinya Nona berterima kasih padaku. Tapi tidak masalah, aku mengerti beberapa orang menganggap dirinya lebih tinggi dari orang lain,” ucap Genjo Li sambil memegang er
Baca selengkapnya
70. Pembalasan Wang Shixian
Dalam ruangan yang begitu megah, terlihat seorang gadis duduk di depan cermin, memandangi dirinya sendiri. Sesekali ia mengembangkan berbagai senyum di wajahnya, mulai dari senyum tipis, senyum miring, kecut, getir, lebar, sampai dengan seringai menakutkan. “Apa iya selama ini aku jarang sekali tersenyum?” lirihnya. “Putri Shixian, siapa gerangan lelaki yang membuat Tuan Putri menjadi seperti ini?” celetuk seorang pelayan yang sedari tadi senyum-senyum sendiri mlihat tingkah aneh majikannya. “Mingyue, apa kau ingin mati?!” bentak Wang Shixian yang menoleh menghujani pelayannya dengan tatapan mengintimidasi. Namun, tidak tampak ketakutan sama sakali di wajah sang pelayan. Sebaliknya, Mingyue justru tampak berusaha keras menahan tawa. “Mingyue! Keterlaluan, bahkan kau berani menertawakanku.” “Putri Shixian, aku sungguh ingin melihat lelaki yang membuat Putri jatuh cinta,” kata Mingyue kembai menggoda. Ia memang tidak takut sama sekali dengan Wang Shixian. Sebel
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status