All Chapters of Pendekar Pedang Tanpa Tanding: Chapter 41 - Chapter 50
119 Chapters
41. Pengakuan Sang Kasim
“Hakim yang terhormat, ada seorang saksi yang akan membawa bukti kejahatan Kasim Qiang.” “Tuan Liu, kau tidak perlu repot menghadirkan saksi lagi. Kami hanya butuh bukti untuk percaya bahwa ucapanmu memang benar.” Kasim Qiang menarik sudut bibir kanannya. Dalam batinnya berkata, ‘Tidak semudah itu menyingkirkanku!’ “Tuan Liu, silakan!” Seorang perempuan berjalan memasuki ruang persidangan. Ia membawa sebuah buntelan berwarna hijau. Kepalanya tertunduk rendah tak kuat melihat orang-orang di tempat tersebut. “Yuanli ....” Hati Kasim Qiang bergetar melihat perempuan yang sangat ia kenal itu. “Itu ... pelayan Kaisar Long ‘kan? “Dia adalah Yuanli, pelayan di kediaman Kaisar Long,” kata Liu Xingshen mengenalkan perempuan itu secara singkat. Lalu ia melanjutkan, “Nona Yuanli, katakan semua yang kau ketahui dan tunjukkan bukti yang kau bawa.” Yuanli yang telah duduk di lantai mengangguk. Lantas ia meletakkan buntelan yang ia bawa. Saat
Read more
42. Kembalinya Pedang Pusaka
Suara gemericik teh yang dituang pada cangkir menjadi lebih jelas dalam kesenyapan. Padahal ada enam orang yang duduk melingkar di ruangan itu. Kesemuanya dengan kompak menahan diri untuk bicara. Setelah semua cangkir terisi, salah seorang di antara mereka mengangkat cangkir lebih dulu, lekas diikuti oleh yang lainnya. Kini mereka menyesap teh bersama-sama. Tampak ketenangan di wajah mereka atas aroma khas teh yang mengudara bersama kepulan asap.“Jadi, inikah kejutan yang Tuan Liu maksud tempo hari?”“Menteri Wang memang bijak.”“Hahaha, kalau begitu tunggu apalagi? Ketua Wang, ayo keluarkan semua anggurmu!” seru Ju Shen tanpa basa-basi, membuat Wang Weo mengangguk mantap dan memberi isyarat kepada para pelayan untuk mengambilkan anggurnya yang berharga. Sekejap saja ruangan yang semula hening itu menjadi ramai dan hangat. Gelak tawa terdengar di sela-sela pujian yang diberikan para anggota Aliansi J
Read more
43. Pendosa Akut
Seorang lelaki dengan mahkota keemasan tampak begitu gagah duduk di singgah sananya. Ia tersenyum lebar menatap barisan orang-orang yang memberi hormat padanya. “Semoga Kaisar Wang panjang umur hingga seribu tahun lagi!”Benar, Wang Weo telah dinobatkan sebagai kaisar baru menggantikan Long Feng. Dengan pencapaiannya hari ini, menjadi langkah awal bagi aliansinya untuk menguasai Haidong sebagaimana tujuan mereka sejak awal. Tanpa terkecuali mengendalikan semua sekte yang ada di wilayah itu.‘Akhirnya, hari ini tiba juga,’ batin Wang Weo dengan senyum puas. ‘Mari kita lihat, bagaimana kekuasaan ini bisa membuat Jing Quo mendapatkan segalanya!’***“Kau telah berhasil!” ucap seorang lelaki memandangi hamparan tanah yang semula kering menjadi hijau ditumbuhi padi. Sawah itu tampak begitu mencolok di antara lahan lainnya yang tampak kering dan tandus.“Tuan Zhouyang ... terima kasih ban
Read more
44. Latihan Pertama
“Kau sudah menyalin Kitab Naga Bertuah. Jika otakmu bekerja sedikit saja, tentu ada bagian dari kitab itu yang kau ingat."Genjo Li menatap Zhouyang Hong dengan pelipis berkedut. 'Tidak bisakah Guru bertanya dengan bahasa yang lebih manusiawi?'"Kau hanya perlu menjawab tanpa harus mengomentari cara berbicaraku," tegur Zhouyang Hong seolah mampu membaca pikiran Genjo Li."Oh ... em ... apa Guru baru saja membaca pikiranku?" Genjo Li tidak bisa menahan rasa ingin tahunya. Tubuhnya bahkan refleks mendekat pada Zhouyang Hong yang duduk di hadapannya.Zhouyang Hong meletakkan telunjuknya di dahi Genjo Li, lalu mendorongnya hingga pemuda itu nyaris berjungkal ke belakang. "Tidak perlu jurus apa pun untuk bisa mengerti apa yang kau pikirkan. Wajahmu sudah menunjukan segalanya.""Hehe, begitukah? Maafkan aku, Guru!" Genjo Li membungkuk seperti biasa."Hah ... kau bisa membuatku mati karena bosan mendengarmu meminta maaf." Zhouyang Hong mengus
Read more
45. Pendekar Kayu?
Bruk!Sebuah cabang pohon tumbang setelah Genjo Li mengayunkan pedangnya. Dengan cepat pemuda itu memotong ranting-ranting dahan hingga menyisakan cabang dengan ukuran sebesar lingkar lengan orang dewasa.Benar, pada akhirnya Genjo Li memutuskan untuk menggunakan kayu dengan ukuran sedang. Jika dipikir-pikir besar atau kecil kayu yang digunakan untuk memecahkan batu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. ‘Dengan ini aku akan mematahkan bebatuan yang ukurannya lebih kecil dulu,’ batinnya dengan senyum lebar. Genjo Li pun kembali ke sungai dengan penuh percaya diri. Saat tiba di sungai, Genjo Li melihat Zhouyang Hong sedang menangkap ikan menggunakan batang kayu yang runcing di bagian ujungnya. Dengan alat menyerupai tombak sederhana itu, sang guru bisa mendapatkan banyak ikan dalam waktu sekejap saja.“Guru, apa yang Guru lakukan?”“Apa kau buta?!” jawab Zhouyang Hong tanpa menoleh.“H
Read more
46. Biarkan Aku Hidup, Guru!
Terdapat lebih dari tujuh batang kayu tergeletak di tepi sungai dengan berbagai macam ukuran. Kesemuanya adalah buah karya Genjo Li, belum termasuk batang kayu yang remuk di antara bebatuan sungai.Tampak Genjo Li tengah membungkuk di dekat sang guru dengan kedua tangan bertumpu pada lutut. Punggungnya tampak turun naik seiring napasnya yang memburu. Jika diperhatikan, baju yang dikenakan Genjo Li bahkan sampai kuyup. Jangan dikira itu karena air sungai! Bajunya basah oleh keringat. Jika keringat Genjo Li dikumpulkan, mungkin cukup untuk mandi tiga orang. Maka, ia sendiri terkejut mendapati jantungnya masih berdetak.“Guru ... aku tidak sanggup lagi,” kata Genjo Li sangat lirih hingga hampir-hampir tak terdengar.“Hm ....” Zhouyang Hong menyahut dengan malas tanpa membuka kedua matanya. Entah sudah berapa lama ia terlelap selagi Genjo Li berjuang keras memecah bebatuan.Bruk! Genjo Li ambruk tengkurap. Sekonyong-konyon
Read more
47. Perubahan Genjo Li
Genjo Li melahap ikan bakar yang diberikan Zhouyang Hong seperti orang yang tidak makan seminggu. Sampai akhirnya karena terburu-buru ia tersedak duri.“Hm! Pemalas yang ceroboh!” Zhouyang Hong menyodorkan sekantong air pada muridnya dengan wajah malas. "Makan saja mau bunuh diri!"Dengan cepat Genjo Li menerima dan meneguk air hingga sakit di tenggorokkannya hilang. “Terima kasih, Guru.”“Kau harus lebih cermat dan berhati-hati. Kadang-kadang situasi menuntut kita untuk bertindak cepat, tetapi ada kalanya menunggu akan membuat segalanya menjadi lebih baik. Aku bisa menghancurkan batu itu tidak lain karena sejumlah tenaga dalam yang aku gunakan. Hal yang sama harus kau lakukan saat menggunakan Jurus Tebasan Pedang Taring Naga. Kuncinya ada pada kekuatan lengan. Tidak cukup dengan kekuatan fisik semata, tetapi juga harus menggunakan tenaga dalam.”“Guru ....” Genjo Li terpaku dengan penjelasan Zhouyang Hong y
Read more
48. Guru Berbakat
“Guru ....” Genjo Li tertegun melihat batang-batang bambu kuning tumbang bersamaan. Ia memandang sang guru seolah bertanya apakah semua bambu itu tumbang karena Tebasan Pedang Taring Naga yang baru saja ia praktikkan? Saat ia mendapati Zhouyang Hong mengangguk, senyum pun perlahan terkembang di wajahnya.  Genjo Li menunduk, melihat tangannya yang bergetar. Rasa-rasanya sangat sulit dipercaya. Ia baru mencoba jurus pedang itu dua kali dan langsung berhasil? Genjo Li mulai memandang Zhouyang Hong benar-benar sebagai seorang ahli dan guru yang sangat berbakat.  Tidak salah jika Patriark Yong Yuwen memintanya untuk menjadi murid lelaki tua bermulut sampah itu. Kenyataannya, seburuk apa pun Zhouyang Hong berbicara, ia memiliki cara berbeda dalam mengajar, dan berhasil mengantarkan muridnya untuk bisa menguasai jurus yang dipelajari dengan lebih cepat. “Guru, aku sudah siap menerima siksaan Guru lagi! Katakan Guru, apa yang harus aku lakukan sekarang?” ta
Read more
49. Serangan Batu
“Guru tidak berniat memintaku untuk memecahkan bebatuan remuk ini ‘kan?” tanya Genjo Li ketika Zhouyang Hong menghentikan langkahnya di tempat sang murid nyaris tewas kelelahan melawan batu. Pikir pemuda itu, jika sang guru benar-benar memintanya untuk menghancurkan batu yang telah hancur, tentu itu akan menjadi pekerjaan yang sangat menyita tenaga dan waktu. “Memangnya kenapa kalau aku menyuruhmu melakukannya? Katamu kau akan melakukan apa saja siksaan yang kuberikan! Hah, aku telah melakukan kesalahan besar karena mengira kau telah berubah. Nyatanya nol besar! Sekali menjadi pemalas, sampai mati pun akan tetap pemalas.”  Genjo Li hanya mengerjapkan mata tanpa mampu berkata apa-apa lagi. Ia hanya bertanya satu kali dan sang guru sudah mengomel tanpa henti. Detik itu juga Genjo Li merasa keliru sudah mempercayai ucapan Zhouyang Hong begitu saja. ‘Bukankah dulu dia memintaku bertanya saat tidak tahu? Kalau seperti ini, tersesat bahkan lebih baik daripada bertanya
Read more
50. Membunuh Murid Pemalas
‘Jurus Perisai Udara?’ gumam Genjo Li mengulangi ucapan Zhouyang Hong. Mendadak kedua matanya terbuka lebar teringat akan sesuatu. “Guru, itu adalah salah satu jurus yang tertulis dalam Kitab Naga Bertuah!” Zhouyang Hong mengangguk. “Aku sudah menunjukkan padamu bagaimana jurus itu bekerja. Sekarang giliranmu untuk mempraktikkannya.” “Tapi Guru ....” “Kenapa? Kau tidak berani?” Genjo Li terdiam. Tidak bisa dipungkiri, ia memang menyimpan takut. Zhouyang Hong memang telah mencontohkan jurus itu. Akan tetapi, gurunya tidak melakukan apa-apa ketika bebatuan itu melesat ke arahnya selain berdiri dengan tenang. Bagaimana mungkin Genjo Li bisa diam di tempat ketika batu-batu runcing mengancam keselamatannya? “Aku—” Belum sempat Genjo Li menjawab, Zhouyang Hong telah memotongnya lebih dulu. “Aku tidak peduli, bahkan seandainya kau sampai kencing karena takut, kau harus mempraktikkan Jurus Perisai Udara!” Zhouyang Hong menatap lekat muridnya. Lantas i
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status