Lahat ng Kabanata ng Money And The Power: Kabanata 281 - Kabanata 290
316 Kabanata
281. Sentuhlah!
Renza asyik bercengkerama dengan Raina. Mereka berdua melupakan niat ingin mandi hingga matahari berada tinggi di atas jengkal jari. Sayangnya, Raina merasakan kalau Renza tidak sepenuhnya terbuka padanya. Ada beberapa hal yang Raina rasakan masih tertutupi, seperti jati diri Renza, keluarganya, hingga garis keturunannya. Raina ingin bertanya tapi ia ragu. Renza hanya menceritakan kisah hidupnya yang normal."Sayang, ada apa?" tanya Renza."Apa aku boleh bertanya apapun? Apa kau akan menjawabnya?" tanya Raina."Boleh asal tidak melebihi batasannya," jawab Renza. Batasan? Pikir Raina. Kata yang terselip dalam kalimat, namun tampak lebih menonjol dari kata lain. Seakan-akan menjadi sebuah peringatan pertama kalau Raina tidak boleh bersikap semaunya."Lupakanlah," kata Raina sembari beranjak dari tempatnya duduk. Renza memegang tangan Raina. Ia mencegah Raina untuk pergi. "Mau ke mana?" tanya Renz
Magbasa pa
282. Gairah Rindu
Dawai asmara membuat keduanya bergetar. Detak jantung yang tidak karuan, belum lagi desiran darah yang membuat keduanya saling berbagi kehangatan.Bibir yang saling bersentuhan, lidah yang saling menyapa. Terasa ringan, nyaman, tapi semakin memanas.Renza melumat bibir Raina sangat rakus. Tangannya mulai meraba ke bagian-bagian sensitif Raina yang sudah berada di luar kepala.Tidak ada kata yang keluar kecuali desahan dan erangan. Renza memindahkan Raina ke atas ranjang. Keduanya saling melempar tatapan. Wajah yang sangat dekat, kembali saling menghembuskan napas gairah yang sangat lekat."Ren, kenapa kau sangat terburu-buru?" tanya Raina."Karena aku sangat merindukanmu."Jawaban singkat yang bahkan belum terdengar memuaskan. Sayangnya, Renza kembali membungkam bibir Raina menggunakan bibirnya.Raina mencengkeram lengan Renza. Renza yang masih sangat muda, sangat berenergik. Permainan kali ini, Renza sebagai pemimpinnya
Magbasa pa
283. Kunjungan Ke Mansion
Menghabiskan satu hari penuh bersama dengan orang yang memenuhi relung hati merupakan moment yang membuat perasaan puas. Sayangnya, cinta yang masih menggebu-gebu itu membuat pemiliknya serakah karena didorong oleh rindu yang tidak juga berkurang."Kenapa murung?" tanya Raina."Aku masih ingin di sini," ucap Renza."Kalau begitu, kita di sini saja," balas Raina. Ia sedikit kegirangan karena waktu kunjungan keluarga akhirnya diundur."Tapi aku mau makan malam dengan keluarga besarku. Apa kau tahu berapa lama aku tidak kembali?" ujar Renza.Raina menyumbingkan bibirnya. Renza yang sedang labil terlihat menggemaskan. Apalagi ia duduk sembari memeluk Raina yang sedang berdiri.Raina ingin sekali membuat pria muda dihadapannya menangis karena dijahili. Sayangnya, Raina masih menjaga sikap dan belum menunjukkan tentang dirinya sepenuhnya."Memangnya berapa lama? Apa lebih lama dariku yang selama ini tidak tahu apa itu rumah?"
Magbasa pa
284. Kepercayaan
Raina tidak percaya. Gerbang utama yang sangat besar dan tinggi seperti akan menelannya. Dua orang membuka pagar tersebut dan puluhan orang berbaris sembari membungkuk.Raina kembali bertanya-tanya. Rasa ingin tahunya menumpuk di dalam otak sampai tidak bisa lagi ia takar.Penyambutan penuh hormat, belum lagi jalan dari gerbang utama ke mansion cukup jauh. Beratus-ratus hektar.Raina sangat terkejut. Mansion yang mentereng megah dan indah, belum lagi taman yang terlihat manis. Ada juga hutan buatan dan masih banyak yang lain. Berapa keluarga yang tinggal di tempat itu? Pikir Raina."Kenapa tanganmu dingin?" tanya Renza."Ren, apa ini sebabnya kau tidak bisa jawab apakah ini bisa disebut rumah?" tanya Raina."Iya." Renza mengurangi kecepatan motornya.Mereka semakin masuk ke dalam. Pemandangan yang sangat Renza rindukan. Apakah ia akan mendapatkan pelukan rindu atau sebaliknya?"Ren, aku tidak menyangka kalau kau
Magbasa pa
285. Kebersamaan
Selama Renza merawat lukanya, Zavier, Eren, langsung penasaran dengan sosok Raina. Wanita cantik meski terlihat dewasa yang menjadi pilihan Renza."Kak, apa kau punya semacam trik?" tanya Eren."Hust!" Zavier membungkam mulut Eren. "Apa yang sedang kau tanyakan?" pekik Zavier. Eren kesal. Ia menggigit tangan Zavier. "Huh! Aku cuma bertanya. Siapa tahu ada semacam trik biar aku bisa membuatmu semakin tergila-gila padaku," ujar Eren sembari tersenyum menampakkan jajaran giginya yang berbaris."Jangan berekspresi seperti itu. Aku jadi ingin menggigitmu," bisik Zavier."Cih!" Eren mendorong wajah Zavier. Ia lebih memilih mendekati Raina.Raina sedikit terhibur. Ia sama sekali tidak merasa terganggu sedikitpun. Malah, kehadiran Zavier dan Eren melelehkan suasana yang sempat membeku beberapa saat yang lalu."Aku sudah selesai. Nona, nanti kita bisa ngobrol-ngobrol lagi, tapi sekarang aku harus mandi. Kita lanjutkan perkena
Magbasa pa
286. Cemburu
Raina mendengar suara langkah kaki seseorang. Ia menoleh. Bibirnya tersenyum manja. Seorang pria bertelanjang dada, dengan handuk berukuran kecil yang melilit di pinggangnya. Rambutnya turun menjadi poni. Mungkin karena masih basah. "Ren!" panggil Raina. Raina melangkah cepat menghampiri Renza yang terdiam mematung menatapnya. Lampu menyorot sedikit remang karena Renza tidak terlalu suka jika kamarnya terlalu terang. "Ren, kenapa kau diam saja? Apa kau berada di kamar dan menungguku?" tanya Raina sembari merangkul lengan Renza. "Maafkan aku. Seharusnya aku tadi langsung masuk saja," sambungnya.'Apa yang harus aku katakan?' batin Renza. Raina yakin kalau kali ini ia tidak salah orang lagi dalam mengenali Renza. Raina meletakkan tangannya di atas dada Renza. "Kau tidak membawaku masuk ke kamar?" tanya Raina sembari menggoda Renza. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Renza. Bahkan, ia han
Magbasa pa
287. Cemburu
Aretha tidak mengajak Loid bicara sampai tengah malam menghampiri mereka. Entah sejak kapan mata Loid terpejam. Ia tersadar dan membuka matanya."Eh, kenapa tanganku terikat di atas?" pekik Loid.Mata Loid mendelik. Aretha yang mengenakan pakaian dinas malam terlihat sangat seksi. Di bawah penerang kamar yang remang-remang, Loid tahu apa yang Aretha inginkan.Sayangnya, apa yang akan terjadi tidak akan sesuai dengan apa yang Loid bayangkan. Di tangan Aretha, ada sebuah cambuk yang membuat Loid menelan air liurnya.Loid memperhatikan tubuhnya. "Ke mana perginya pakaianku?" gumam Loid.Aretha naik ke atas ranjang. Ia biasanya sangat lembut, tapi kali ini ia terlihat berbeda. Apa selama pernikahan Aretha menahan diri karena kepuasannya cukup mengerikan? Pikir Loid."Sayang," bisik Aretha."Sayang, apa yang kau inginkan?" tanya Loid. Ia tersenyum canggung karena ditelanjangi istri sendiri.'Apa karena cemburu?' bati
Magbasa pa
288. Perasaan Tanpa Sadar
Apa yang terjadi? Naura ingin menguasai Delice malam ini. Dari ujung rambut sampai ujung kaki Delice adalah miliknya. Meski kedua tangan Delice terikat, tapi Delice masih bisa bergerak bebas.Rasa cemburu itu menghilangkan akal sehat Naura. Trauma akan perasaan dikhianati muncul kembali. Ternyata, luka itu sama sekali tidak terkikis.Naura menyentuh Delice. Sepanjang sentuhan tangannya yang semakin terasa panas, Naura berpikir bagaimana caranya membuat Delice tetap tinggal.Delice, pria yang dulunya bebas berganti wanita seperti sebuah pakaian yang mudah ia buang. Hal itu menghantui Naura karena setelah menikah dengannya, Delice hanya memakai pakaian yang sama yaitu dirinya. Bagaimana jika Delice bosan? Bagaimana jika di belakang Naura ia mulai merayu wanita lain?Pikiran dangkal itu terjadi karena trauma masa lalu saat Delice tidak setia padanya. Insiden demi insiden buruk muncul secara berkala."Ngh ... Sayang, jangan menggigit dadaku,"
Magbasa pa
289. Menggoda
Raina terlihat sangat tidak nyaman. Ia begitu cemas dan dalam kondisi yang cukup mengkhawatirkan. Renza yang baru saja kembali, langsung memeluknya.'Dia gemetaran. Apa yang terjadi?' batin Renza. Tubuh Raina sampai dingin. Renza tidak langsung bertanya. Ia menggendong Raina dan membawanya masuk ke dalam kamar."Maaf karena meninggalkanmu terlalu lama," ujar Renza."Aku takut." Tangan Raina meremas kerah kemeja Renza. Menyalurkan ketakutannya melalui reaksi tubuh. Tak bisa dijelaskan dengan kata. Mana mungkin Raina mengatakan ia takut kalau Naura dan Aretha akan bertengkar dengan pasangan mereka karena dirinya."Apa yang terjadi?" tanya Renza."Aku takut kau pergi tanpa bicara padaku. Iya ... Aku hanya takut itu," jawab Raina. Renza menurunkan Raina di atas ranjang. Ia mengambil kaos miliknya yang ada di lemari. Saat ini, Renza bahkan memakai kemeja Delice karena pakaian miliknya sudah tidak ada ya
Magbasa pa
290. Rencana Rahasia
Malam yang panjang dan tegang telah usai. Semua orang sudah berkumpul di ruang santai tanpa terkecuali. Kiana sudah beberapa hari tidak menemui siapapun. Ia juga membiarkan Kumey bebas menjalani kehidupannya. Kiana masih mengenakan baju tidur yang lucu. Rambutnya setengah berantakan dan wajahnya tanpa riasan sedikitpun.Tap ... Tap ... Tap ... Kiana turun dari tangga. Semua kepala menoleh padanya. Namun, Kiana sangat acuh dan tidak menyapa satu orangpun di sana. Kiana mengusap matanya. Ia mengerutkan keningnya sembari menatap semua orang. Semuanya terlihat kelelahan, tapi Kiana tetap tidak peduli."Kiana!" panggil Delice. "Ambil sampah itu dan buang keluar," pinta Delice."Siapa?" tanya Kiana. "Aku, Ayah?" tanya Kiana lagi sembari menunjuk dirinya sendiri."Iya. Buang sampah itu dan jemput seseorang untukku," pinta Delice."Kalian terlihat lelah. Apa yang terjadi? Kenapa bangun sepagi ini kalau masih l
Magbasa pa
PREV
1
...
272829303132
DMCA.com Protection Status