All Chapters of Sang Junjungan: Chapter 51 - Chapter 60
82 Chapters
Bertemu anak indigo
  Sudah 6 bulan lewat, Adi baru mendapatkan beberapa tumbal. Otaknya pusing memikirkan itu semua. Di lain pihak dia ingin mencari Sumi, memperbaiki hubungan serta lepas dari jerat Sang Junjungan, tetapi di satu sisinya nafsu membunuh sekarang menguasai diri.     "Mas Adi!" Baru saja Adi memarkirkan truknya di halaman rumah selepas bekerja, Pak Tejo memanggil. Di belakangnya seorang pria paruh baya serta wanita muda menggendong anaknya yang berusia sekitar lima tahun menuju Adi.   "Iya, Pak." Adi menjawab ramah panggilan tersebut.   "Ini, loh, Mas. Pak Joko, mau lihat rumah Mas Adi buat anaknya Siti." Pak Tejo menjelaskan perihal kedatangannya.   "Oh, silahkan, tapi maaf masih berantakan saya sibuk kerja jadi belum sempat membereskan." Adi membukakan pintu rumah yang terkunci.   "Bagus, besar. Tatanan ruangannya juga rapih." Pak Joko menatap ke seluruh ru
Read more
Merenggut Nyawa Kembali
Adi melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi saat melihat di kejauhan dari arah depan mobil sepasang muda-mudi itu menuju ke arahnya. Tampak pengemudi terlihat gugup di hadapannya sebuah truk besar siap menabrak, sehingga dia membanting stir ke samping padahal saat ini mereka ada di jembatan layang. Membuat mobil mewah itu menabrak tembok pembatas hingga hancur lalu meluncur menghantam jalanan di bawah sana  Boom! Suara mobil saat mendarat di jalan aspal terdengar sangat dahsyat. Tubuh kendaraan tersebut hancur, tentunya keadaan pengemudi serta penumpangnya lebih parah. Adi berlalu dari tempat itu saat melongok ke bawah rembesan darah segar tampak di antara puing-puing mobil dan reruntuhan tembok. Truk yang dikendarai Adi menuju ke pabrik. Seperti biasa ritual dilakukan, kemudian seiiring azan Subuh aktivitas tersebut usai. Raut kelelahan sangat terlihat di wajahnya. Menunggu pagi dia tidu
Read more
Perjalanan Di Pantai Selatan
  Rombongan Sang Pengabdi sampai di salah satu pantai yang terletak di ujung pulau Jawa bagian Barat. Mereka berjalan beriringan dengan dipimpin Pak Steven.Sampai di pinggir pantai, dari kejauhan terlihat rombongan lain yang membawa patung Sang Junjungan. Mata Adi terbelalak saat melihat seorang wanita cantik. Pernah dilihatnya di televisi keluar dari dalam patung lalu berjalan pelan menuju laut terbentang luas disambut ombak yang menari, menenggelamkannya.Pak Steven memberi tanda agar juga mengikutinya, melakukan gerakan-gerakan aneh diiringi rapalan mantra. Kemudian melakukan gerakan menyembah ke arah laut.Seiring suara debur ombak serta binatang malam, dari dalam laut muncul kembali wanita cantik tadi kemudian masuk kembali ke dalam patung yang diiringi teriakan-teriak
Read more
Peristiwa Mengerikan di Hotel
Adi segera mengambil langkah seribu, dia tak ingin mati konyol seperti Parman. Sebenarnya ada yang tidak diketahui Adi. Parman itu hanyalah salah satu pekerja di pabrik diambil acak untuk dijadikan tumbal, biasanya mereka adalah orang-orang awam tak mengetahui bahwa perusahaan tempat bekerja selalu mencari korban untuk Iblis sembahan. "Hosh ... hosh ... hosh!" Napas yang tersengal-sengal membuat Adi menghentikan langkahnya. Dia meringkuk di samping pot besar tempat menanam bunga. Sementara aman sampai  Adi bisa menguasai dirinya kembali untuk balik ke kamarnya. Akhirnya Adi bisa bernapas lega dapat kembali ke kamarnya dengan selamat. Setelah memastikan pintu dan jendela terkunci rapat, diapun bersembunyi di balik selimut tebal. Entah sampai kapan. Mata Adi tetap terjaga, kekhawatirannya teramat  besar. Takut sewaktu-waktu orang tak dikenal masuk ke kamar lalu diseret menjadi santapan wanita menyeramkan yang dil
Read more
Harapan Adi Wirya
 Semua menginginkan Sumi dan anaknya dengan berbagai tujuan. Tini berharap dapat menjadi pelindung bagi anak serta cucunya, keluarga Pak Dodo ingin mengikatnya sebagai menantu agar anak beranak itu dapat mendukung kejayaan keluarga karena Rizky mempunyai keistimewaan sedangkan Adi rasa bersalah karena melalaikan anak istri berusaha menebus serta memperbaiki hubungan, walau sempat terlintas ingin menjadikan Rizky sebagai penerus trah sekte sesat yang dikecimpunginya.Adi tak jenuh menelpon Retno, tetapi selalu jawaban yang sama didapatkannya. Wanita itu belum balik dari luar negeri. Merasa usahanya sia-sia membuatnya berpikir, teringat anaknya sakit. Pasti membutuhkan tenaga medis, sehingga Adi mulai mencari informasi kembali ke rumah sakit, di mana Sumi melahirkan. Wajah Adi tampak cerah, mendapatkan keterangan dari petugas bagian administrasi di rumah sakit, walau harus sedikit menggunakan kekerasan, mengancam dengan halus. "Jadi anakku
Read more
Kenyataan Pahit
Mata Adi terus mengawasi pergerakan orang-orang, tetapi menjelang sore sosok yang dinantinya tak kunjung terlihat. Dia mulai patah arang. "Kamu duluan saja ke mobilnya dengan Rizky, aku ambil berkas ketinggalan di ruang Dokter, ya." Sayup-sayup Adi mendengar suara yang dikenalinya. Dia pun mulai mencari-cari di ramainya manusia. Lambaian ujung jilbab biru, sekilas tampak berbelok di antara batas-batas ruangan. Adi mengenali itu adalah Sumi karena penutup kepala tersebut hadiah dari Adi sewaktu istrinya berulang tahun. Sambil menahan kerinduan Adi berlari mengejar wanita berjilbab biru. Namun, setelah hampir seperempat jam sosok tersebut tidak ditemukannya. Adi melangkah mendekat ke arah jendela, posisinya saat ini berada di lantai dua. Mata Adi langsung berbinar saat pandangannya menangkap Sumi berjalan di parkiran. Ketika Adi ingin menyusulnya ke bawah, binar di matanya meredup menjadi pancaran kekecewaan dan amarah.
Read more
Sakit Hati
Bangsat!" Sumpah serapah keluar dari mulut Adi, dia tidak menyangka Sumi pergi dengan laki-laki. Timbul banyak pertanyaan di otaknya, antara penasaran serta emosi tinggi. Kemudian Adi pergi meninggalkan tempat itu setelah menghempaskan semua barang bawaannya ke tempat sampah.Adi yang penuh amarah lalu pulang, bukan untuk beristirahat. Namun, membawa truknya mencari mangsa. Sayangnya akibat emosi meletup-letup membuat Adi kehilangan keseimbangan saat mengendarai truk tersebut hingga terjadilah kecelakaan tunggal. Kendaraan Adi menabrak tiang listrik, meski tidak mengancam nyawa, peristiwa itu menyebabkan Adi terluka dan pingsan di tempat. Warga segera membawa Adi ke klinik terdekat untuk pertolongan pertama."Bagaimana, Pak, sudah enakan?" tanya seorang pria berpakaian putih. Sepertinya Dokter jaga di klinik tersebutAdi hanya memandangi suasana dalam klinik sebelum memutuskan menjawab."Sedikit pusing.""Kalau begitu, Bapak istirahat dulu. Apa ada
Read more
Kematian Kembali
Sepeninggal Pak RT dan istrinya, Adi kembali melanjutkan tidurnya. Lain halnya dengan sepasang suami istri tadi, melihat keadaan Adi yang berantakan timbul berbagai pertanyaan di benak mereka. "Si Adi, kok, aneh, sih, Pak? Serem begitu?"  "Ya, Bu. Darah apa, ya, di sekujur tubuhnya tadi? Aku mau nanya, enggak enak plus takut." Suami istri itu terus berbincang-bincang selama di jalan yang lumayan jauh. Walau satu RT, perkampungan tersebut luas, dibatasi jalan raya. Ketika Pak RT dan istrinya terus memperbincangkan keanehan Adi, tanpa disadari sebuah truk hijau melintas cepat. Menabrak tubuh mereka hingga terpental dan tewas di tempat. Warga yang melihat berlarian menghampiri sedangkan truk berlalu begitu saja. "Ya Allah, Pak RT, Bu RT!" teriak histeris beberapa warga yang mengenali korban tabrakan. Ambulans serta aparat berdatangan setelah ada yang menelepon dan langsung mengevakuasi ke rumah sak
Read more
Mbak Yuli, berkhianat?
"Bajingan! Pantas, tuh, laki enggak pernah kemari lagi. Awas, kamu Gondo!" Mbak Yuli segera menyuruh orang-orangnya menutup warung. Kemudian dengan diantar salah satu anak buahnya dia menuju rumah Nyi Iyah, orang sakti di Banten.  "Walah, Yul ... Yul ... saya enggak berani. Berat!" Wajah Nyi Iyah menyiratkan ketakutan saat Mbak Yuli mengutarakan niatnya. "Bagaimana Nyi? Aku hanya ingin dia bertekuk lutut padaku. Biasanya kamu dengan mudah melakukannya?" tanya Mbak Yuli kembali. "Hahaha, Nduk Ayu kamu tahu'kan berurusan dengan siapa? Gondo itu salah satu pengabdi kesayangan junjungan kalian. Aku tidak mau ambil resiko." Nyi Iyah menggeleng sambil mengunyah daun sirih serta tembakau di mulutnya. "Aku mohon, Nyi. Nanti aku siapkan lima perjaka serta daun sirih yang kupesan dari seberang." Tampaknya Mbak Yuli tahu kelemahan Nyi Iyah terbukti mata perempuan tua itu melotot, air liur menetes d
Read more
Persekutuan Mbak Yuli dan Dukun Sesat
"Berikan ini pada pria yang kamu incar. Hati-hati dia bukan orang sembarangan." Nyi Iyah kemudian berbaring lalu memejamkan mata seolah Mbak Yuli tidak ada di dekatnya. Namun, saat Mbak Yuli hendak beranjak, Nyi Iyah tanpa membuka matanya berseru, "Aku tunggu malam ini para perjaka itu. Untuk memulihkan tenaga!"  Mbak Yuli mengiyakan, walau dalam hatinya merutuk. Kali ini dia tidak beristirahat harus menuju tempat penampungan para pekerja gelap yang dia rekrut dari desa-desa, lalu mencari siapa saja yang masih perjaka. Akhirnya setelah pamit dan meletakkan sejumlah uang dalam amplop, Mbak Yuli pun pergi. Di dalam mobil yang menuju penampungan para pekerja, Mbak Yuli menimang-nimang cupu pemberian dari Nyi Iyah. Dia tersenyum membayangkan dapat memiliki Mas Gondo seutuhnya, bercinta sepanjang hari, memuaskan birahinya. "Aaah, Gondo ... aku rindu sentuhanmu, Sayang ...." Belum selesai Mbak Yuli be
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status