All Chapters of Guardians of Shan: Chapter 41 - Chapter 50
198 Chapters
Misteri Negeri Awan – 5
✵────────┈⊰✵⊱┈────────✵Sakhor berdecak. "Kau kira aku mati?" "Tidak juga." Khidir membalas. "Orang sepertimu sukar mati." "Bahkan lebih sukar dibandingkan kalian dan Shan," sahut Sakhor. “Shan tidak mati,” tukas Khidir.Tunggu, benarkah? “Shan akan bangkit,” ujar Khidir. “Perlu waktu lama menunggunya kembali.” “Kita pada dasarnya sama, para Guardians dari Shan,” kata Sakhor. “Kita pembunuh haus darah, dan posisi kita juga sering bergantian.” “Kalau begitu, mengapa engkau membenci? Kalau sama, mestinya kita berteman,” sahut Khidir. Sakhor berdecak. "Cih! Mana mungkin aku bergaul dengan sosok sepertimu?" Khidir memberi isyarat kepada Idris. Sahabatnya paham lalu menghampiri Sakhor. "Kamu kami beri pilihan ; berhenti menggunakan sihir hitam, atau menyerahkan diri," tawar Idris. "Kalau
Read more
Misteri Negeri Awan – 6
✵────────┈⊰✵⊱┈────────✵Istana itu bagai tertidur. Tiada tanda kehidupan selama beberapa saat. Aku melirik semua orang, tidak ada yang berkomentar. "Ada apa?" tanyaku. Idris maju, diiringi kami semua. Ada yang tidak beres. Aku terus bertanya, tidak ada yang membalas. Terpaksa aku menutup mulut dan membuntuti hingga masuk ke istana. Hanya Ariya dan Nisma yang turut serta. Yang lain memilih menunggu seakan tahu nasib berikutnya. Aneh. Sepi. Padahal ada banyak orang yang bekerja di sana sebelumnya. Barangkali kabur setelah kedatangan kadal tadi. Terdengar dari kejauhan dentuman keras disertai pecahan kaca. Kami memelankan langkah, berusaha agar tidak terdengar. Pengawal yang seharusnya berjaga, kini lenyap entah ke mana. Suara yang kami dengar rupanya berasal dari ruang singgasana. Mariam memegang bahuku, seakan takut aku menjauh. Pandangannya lurus ke punggung Id
Read more
Misteri Negeri Awan – 7
✵────────┈⊰✵⊱┈────────✵Kulihat keduanya. Duduk bersama menatap langit Aibarab. Di bawah sebuah pohon rindang sambil menikmati buah-buahan. Suasana kota kembali tenang setelah Ariya mematahkan kutukannya. Ya, cara gadis itu mengatur rakyat bisa dibilang kejam. Beruntung tidak ada yang protes apalagi terluka. Untuk sementara waktu. Beberapa saat sebelumnya, aku menyimak obrolan antara Count Wynter dengan Idris. "Terima kasih atas bantuannya, Kakak," kata Idris. "Aku benar-benar tidak menduganya. Engkau baik sekali." "Engkau sekarang mau menjadi adikku?" heran Count Wynter. "Aku tidak layak menjadi kerabatmu. Apalagi setelah kejadian yang kita lalui." "Aku tahu Ayah yang salah," sahut Idris. "Dan aku ingin meminta maaf." "Yang salah ayahmu, kenapa kamu yang meminta maaf?" balas Count. "Sudahlah! Urus saja asmaramu dengan wanita itu. Aku sudah duluan menikah. Kini, giliranku yang memberi hadiah pernika
Read more
Epilog
Negeri yang tercipta. Atas dasar ingin hidup tenang. Di sanalah mereka tinggal. Menunggu dan menunggu. Hingga tiba waktunya. Untuk bangkit. . Isinya tidak hanya penyihir. Tapi, juga para makhluk ajaib. Dengan niat yang sama. Menghidupi dunia baru. . Di dalam negeri itu, tinggal seorang putri. Namanya Azeeza. Sang Raja, ayahnya, mengutus seseorang. Untuk mendidik dan melindunginya. Karena dia salah satu kunci. Untuk menciptakan tujuan baru. Yang lebih dari segalanya. . Dari situ, sang Raja mengutus beberapa orang. Dari situ, ia beritahu rencana sesungguhnya. Para utusan itu mendengar dan patuh. Kini, mereka disebut para "Guardian." . Bersama para Guardian, Azeeza menjelajah dunia bawah. Di sana, dia menemukan beragam hal. Beragam kisah mereka rangkai bersama. Menc
Read more
Secret Chapter (1)
<< ??? >>Dalam ruang yang gelap, hingga menyisakan sedikit pantulan cahaya, tampak tiga orang sedang duduk bersila di meja bundar. Keheningan menyelimuti, tiada dari mereka yang bicara, saling tatap pun enggan.Hingga salah satu dari mereka memecah keheningan."Dia kalah," ucap salah satu pria di antara mereka. "Tapi, ini bukan akhir bagi kita. Ancaman sesungguhnya semakin dekat.""Sudah cukup bagi kita bersantai," sahut seorang wanita. "Sekarang kita harus waspada. Mereka semakin kuat kian hari sementara kita tidak ada kemajuan.""Setidaknya kita tahu dia di sini," ucap pria yang lain. "Tugas kita sekarang tinggal menunggu waktu yang tepat.""Kita sudah berjuang sejauh ini." Pria yang duduk di sisinya berkomentar. "Jangan sampai rencana ini gagal."
Read more
Prolog Season 2
Ia kembali.Setelah terkubur dalam kegelapan, muncul tepat di depanku bagai pencabut nyawa.Negeriku musnah, menyatu dengan tanah. Semua sirna di depan mata.Setidaknya mereka kabur, sebelum pandanganku memudar.Akan kulawan ia, meski harus kehilangan raga!❀❀❀"Kamu marah?"Ya, anakku, aku murka.Mereka merenggut segalanya. Membunuh keluargaku.Mencabut nyawa tak bersalah. Memakan yang lemah. Menyakiti yang kuat.Andai tidak ada Sihir Hitam, mereka sudah pasti bahagia."Kalau begitu, apa yang akan kaulakukan?"Tentu melawannya bahkan jika aku gugur karenanya. Takkan kubiarkan mereka berduka sepertiku. Biarlah aku menanggung derita, demi melihat yang lain bahagia."Kamu terlalu baik."Begitulah aku. Dari lubuk hati, tidak ingin orang lain menderita.Tidurlah, anakku, malam sudah larut. Semoga mimpimu indah. "Aku men
Read more
Guardian dan Sihir Hitam – 1
Aku tidak ingat apa pun sebelum tinggal bersamanya. Saat itu, aku duduk di kereta dan memulai perjalanan bersama sekelompok orang yang wajahnya tak terlihat. Kami tampak akrab bersama. Kuhabiskan waktu sambil mengobrol dengan gadis yang barangkali sedikit lebih tua. Kami tampak saling kenal karena saling bertukar kisah tanpa ragu. Tidak tahu persis apa yang mereka tuturkan. Kami memakai kalung yang sama, biru muda berpendar menghias kegelapan. Sayangnya, aku lupa ciri-ciri gadis itu selain dia berambut hitam. Beberapa jam berlalu dengan cepat, tanpa kusadari sebuah cahaya kemerahan mengarah ke kereta.DUAR! Api menjalar ke mana-mana. Aku sempat menghindar, sementara gadis itu terkapar. Aku berusaha bernapas, mulutku turut berjuang sementara dada terasa berat. Tanganku mendekati gadis itu, berniat membopongnya.Tubuhku dihalau seorang pria dengan tatapan tajam. Aku tidak bisa melihat wajahnya. Yang kudengar hanya suara
Read more
Guardian dan Sihir Hitam – 2
Sepanjang jalan, terasa aneh kalau Arsene tidak mengubah kecepatan jalannya. Aku heran seberapa kuat pria ini mengendongku di punggung. Lagi-lagi, aku yang memulai percakapan. "Ezilis Utara itu jauh, ya?" tanyaku. "Dari mana?" Arsene balik bertanya. "Kamu sendiri lupa dari mana asalmu." "Kalau tidak salah, aku seperti ... Berasal dari daerah yang berpasir." Aku memutar otak, mencari bongkahan memori yang barangkali tersimpan di suatu tempat. "Ada gadis berambut hitam di sampingku." Yang kuingat, hawanya juga panas serta hidung terasa terbakar setiap kali menghirup napas. Aku seolah berada di tempat terpencil waktu itu, tapi juga ragu bagaimana bisa ke sana sementara ciri-ciriku berbeda. Orang-orang di sana memiliki kulit kuning langsat sementara aku sedikit lebih putih. Dari reaksiku juga, aku seperti pengunjung di sana."Daerah berpasir." Arsene tertegun. "Barangkali dari Shyr. Daerah itu memang kering dan panas. Pendudukny
Read more
Guardian dan Sihir Hitam – 3
"Kumohon, jangan sakiti kami!" Mereka saling tatap. Pria tambun itu–yang tadi memegang kapak–mendekat. Ia mengerutkan kening melihat kondisi kami, apalagi hutan yang sebagian kini menjadi abu dan menyatu dengan angin. Arsene terbaring di tanah, tidak sadarkan diri. Aku berlutut dan mengelus dahinya, panas sekali. Karena cemas, aku lantas berdiri dan menatap pria tambun tadi. Pria itu tampak mengenal Arsene, dia langsung berpaling dan menyuruh pria lain untuk melanjutkan jalan. Sementara di mendekat lalu membopong Arsene. Aku berjalan di samping kiri sementara pria itu menyusul kawanannya. Sesekali kulirik ke belakang, berharap rubah itu tidak kembali. "Siapa kamu, Nak?" tanyanya. "Aku baru tahu jika Monsieur Perrier punya putra." Terpaksa, aku berbohong. Namun, entah kenapa, seakan mengucapkan yang sebenarnya. "Aku Remi, putra Monsieur Perrier." "Kamu tahu kondisi ayah
Read more
Guardian dan Sihir Hitam – 4
Aku menatapnya dalam diam. Namun, dia membalas dengan senyuman yang terkesan ramah hingga aku jadi merasa aman."Pangeran," ucapnya lagi. "Kukira kita bakal ketemu lebih lama lagi."Dia seperti bicara seakan kedatanganku direncanakan. Baru saja hendak bertanya, suara Arsene terdengar dari belakang. Dia rupanya bangkit karena menunggu terlalu lama."Remi, siapa-Ah, kamu." Arsene terdengar tidak senang maupun keberatan akan kedatangan tamu ini.Arsene keluar sambil membalut tubuh dengan selimut, tanda bahwa dia lekas-lekas keluar begitu mendengar suara.Pemuda tadi menautkan alis, jelas tersinggung. "Aku hanya ingin berkunjung, Arsy. Apa salahnya?"Fakta kalau dia memanggil Arsene dengan nama kecil sudah menggambarkan sedekat apa hubungan mereka. Jika kalungku bercahaya, itu seakan menjadi nilai plus. Berarti, ada dua orang yang bisa kupercaya. Setidaknya, itu kata kalungku.Arsene memutar bola mata. "Silakan masuk. Remi, ini Tom, Thoma
Read more
PREV
1
...
34567
...
20
DMCA.com Protection Status